Kini Illona berjalan berdampingan bersama Hugo menuju ruang kelas mereka yang searah. Keduanya meninggalkan Andre yang peka dengan keadaan. Sebab sahabat Hugo mengatakan akan kembali nanti karena ia masih ingin menikmati makanan di kantin. Laki-laki itu sengaja karena ia ingin memberi ruang untuk sahabatnya yang tengah jatuh hati.
Sebenarnya Hugo sendiri belum menyadari perasaannya. Namun, dari apa yang Andre lihat, tampak jelas laki-laki itu menaruh perhatian lebih kepada Illona dan hal itu bukan hanya sekedar rasa penasaran yang awalnya Hugo rasakan.
"Terima kasih ya, Hugo," ucap Illona. Keduanya berdiri di depan pintu belakang kelas Illona.
"Terima kasih untuk apa?" tanya Hugo sembari menyengir.
Wajah gadis itu memerah. "Ayolah, aku serius," jawabnya kesal. Ia tidak bisa mengatakan alasannya berterima kasih karena gadis itu enggan mendengar ejekan dari Hugo.
Laki-laki itu tertawa. "Sudahlah bukan masalah besar. Kembalilah ke kelas. Nanti kita bertemu lagi saat istirahat selanjutnya ya," ucap Hugo. Saat laki-laki itu melihat gerak bibir Illona yang hendak menjawab, ia langsung meninggalkan gadis itu sembari melambaikan tangan. Hugo tidak ingin Illona menolaknya, jadi dia terpaksa melarikan diri sebelum mendengar jawaban dari gadis cantik itu.
Kini langkah Illona membawa tubuh ramping itu memasuki kelas. Banyak mata yang menatapnya dengan tajam, diiringi suara-suara yang terdengar merendahkan. Banyak dari teman-temannya yang meminta gadis itu untuk sadar diri. Mereka meminta Illona melihat penampilannya sendiri sebelum bergaul dengan laki-laki tampan pujaan hati para gadis di sekolah.
Mendengar semua makian untuknya, membuat hati Illona terasa sesak. Namun, dia tidak ingin mengambil pusing karena bagaimanapun juga orang yang tidak menyukainya akan terus mengkritik setiap tindakannya.
Gadis berponi panjang itu kini segera duduk di bangkunya. Ia lantas mengeluarkan buku untuk mengalihkan pikiran dari makian teman sekelasnya. Namun, ia tidak jadi membaca buku itu, sebab matanya tertuju pada layar ponsel yang menampilkan pesan baru.
"Hugo?" gumam Illona. Ia lantas membuka pesan masuk itu.
Hugo : Jangan lupa nanti ya!
Illona : Ada apa dengan nanti?
Gadis itu ingat bahwa Hugo mengajaknya bertemu, tetapi ia tidak tahu alasan laki-laki itu mengajaknya. Yang jelas, Illona akan menolak jika Hugo lagi-lagi membelikannya makanan. Ia merasa tidak enak hati karena sejak dulu ia selalu melakukan apa pun sendiri.
Saat Illona hendak membalas pesan dari Hugo, tiba-tiba tiga gadis mendatanginya. Hal itu membuat gadis yang tengah memegang ponsel menatap ke arah ketiganya.
"Wah bagus ya, sekarang sudah berani menggoda Hugo!" Clara menatap tajam Illona.
Gadis itu hanya tertunduk gemetar. Illona tidak berani menjawab karena kedua teman Clara memegangi pundaknya dari dua sisi. Terlebih lagi teman sekelas mereka hanya menatap dan beberapa lagi bahkan mencoba mengabaikan apa yang terjadi. Banyak dari mereka yang hanya penasaran atau tidak mau terlibat dengan Clara.
Sebenarnya ada beberapa anak yang merasa kasihan terhadap Illona. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa pun karena yang mereka inginkan juga kehidupan sekolah yang tenang dan damai.
Kali ini Clara tidak merundung Illona secara fisik. Gadis itu hanya memberi peringatan dan sedikit mengancam Illona. Meski rasa takut menghantui gadis berponi panjang itu, tetapi dia teringat pada perkataan sahabatnya yang memintanya untuk fokus pada kebahagiaan dan hubungan baiknya saja. Alhasil, perkataan itu menjadi penguat Illona meski rasa sesak tetap terasa saat mendengar perkataan Clara.
Karena bel sudah berbunyi dan guru sudah datang, Clara kembali ke tempat duduknya meski matanya masih menatap tajam ke arah Illona yang tidak henti-hentinya bergidik. Melihat hal itu Clara merasa puas. Ia semakin yakin kalau gadis penakut seperti Illona benar-benar tidak cocok untuk Hugo.
Selama pelajaran berlangsung, mata Clara masih setia menatap gadis berparas cantik yang sebagian wajahnya tertutup poni. Tindakannya itu membuat guru marah hingga meminta Clara untuk maju yang mengerjakan soal yang tertulis di papan tulis.
Matematika, pelajaran yang sangat tidak disukai Clara. Wanita itu sangat lemah pada mata pelajaran itu hingga ia pun merasa gugup saat melangkah ke depan. Meski tidak bisa, mau tidak mau gadis itu tetap berdiri di depan papan tulis, karena guru yang mengajar lebih tidak suka jika ada murid yang menolak saat diminta mengerjakan.
"Apa kamu tidak bisa mengerjakannya?" tanya guru itu tegas.
Clara hanya terdiam sembari menahan malu di hadapan teman-temannya. Ia pun menunduk sembari memegang spidol yang sudah ia tutup. Saat itu juga guru mengomeli Clara. Beliau meminta gadis itu memperhatikan kalau dia memang tidak bisa.
"Illona!" Tiba-tiba guru memanggil Illona hingga membuat Clara sontak menatap ke arah gadis itu.
"I-iya," jawab Illona lirih.
"Maju dan kerjakan soal itu!" perintah guru. Illona lantas segera maju dan menerima spidol yang diulurkan oleh Clara. Sedangkan gadis yang tidak bisa mengerjakan soalnya, masih berdiri di depan papan tulis sembari menatap Illona.
Tidak sampai dua menit, Illona dapat mengerjakan soal yang dianggap Clara sangat sulit. Setelah guru mengeceknya, beliau sontak memuji Illona karena berhasil menjawabnya dengan benar. Kini Illona pun dipersilakan duduk, tetapi tidak dengan Clara.
Gadis itu masih dinasihati dan diminta untuk belajar dengan sungguh-sungguh jika memang tidak bisa. Guru bahkan meminta Clara untuk belajar dari Illona agar nilainya sedikit lebih baik.
Perkataan sang guru membuat Clara semakin kesal. Gadis yang sudah tidak suka dengan Illona, kini menjadi semakin murka karena merasa dibanding-bandingkan di hadapan banyak orang.
"Hah, sudahlah. Kembali ke tempat dudukmu dan perhatikan pelajaran dengan baik! Jangan perhatikan yang lain!" seru guru. Clara mengangguk dan segera kembali ke tempat duduknya. Saat tengah melangkah menuju meja kecilnya, gadis itu melirik tajam ke arah Illona.
Pelajaran telah usai. Setelah melewati beberapa mata pelajaran, istirahat kedua pun tiba. Illona awalnya ingin di kelas saja, tetapi ia merasakan firasat buruk terlebih lagi setelah guru membandingkannya dengan Clara.
Gadis itu lantas melangkah dengan cepat. Ia berusaha keluar dari ruangan yang selalu membuatnya merasa sesak. Namun, baru saja melewati satu meja, tiba-tiba saja Illona terjatuh dengan cukup kencang.
"Illona!"
Suara yang terdengar berteriak dari pintu belakang membuat seisi kelas menoleh. Begitu juga dengan Illona yang berusaha melihat meski tertutup oleh bangku lain.
Hugo yang datang untuk menghampiri Illona lantas berlari mendekat. Ia langsung menghampiri gadis itu dan bertanya, "Kamu baik-baik saja? Ada yang sakit?"
Wajahnya terlihat panik, hal itu kembali memancing kecemburuan Clara hingga membuat gadis itu menatap kesal.
Belum sampai Illona menjawab, tiba-tiba Hugo menatap Illona yang berdiri di dekat mereka. Gadis yang semula menatap penuh kebencian, kini merubah pandangannya menjadi lebih lembut.