Hal yang sama kulakukan sembari terus berteriak tidak jelas. Hah, sebenarnya apa yang sedang kulakukan ini.
"Apa kamu tidak bisa diam?" Suara direktur tiba-tiba memenuhi ruang dengarku. Dia sudah membuka pintu dan berdiri tepat di hadapanku. Wangi tubuhnya selepas mandi dapat kucium dengan jelas. Bahkan rambutnya masih basah membuat wajahnya tampak semakin tampan.
"A-anu ... itu ... sarapan sudah siap!" teriakku dengan tegas.
"Hah, apa kamu sedang latihan berteriak? Ya sudah ayo kita sarapan," ujar direktur sembari berjalan melewatiku.
"Eh, tapi Naoki?"
"Dia sedang keluar. Ayo!" Wah, pantas saja aku berisik seperti itu dia tidak marah-marah. Ternyata memang sedang tidak ada di kamar.
Hanya direktur saja yang berhasil kuajak sarapan. Namun, itu lebih baik, karena aku masih terpikirkan kata-kata Naoki pagi tadi. Bagaimana jika dia memberitahu direktur, pasti itu sangat memalukan untukku.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com