webnovel

HARAPAN SESUAI EKSPEKTASI

Suara notifikasi pesan terus berbunyi tak henti-hentinya. Pagi itu, Sean dibangunkan oleh notifikasi pesan HP. Karena sekolah yang sudah libur, jadi Sean bisa tidur lebih lama tanpa dibangunkan pagi-pagi oleh mama. Sean meraih HP yang ada diatas meja sebelah tempat tidurnya. Dengan mata yang masih berat, sayup-sayup ia melihat pesan itu berasal dari grup chatnya yang berisi teman-teman dekatnya. Group itu bernama "6 Sense". Mira dan Devan adalah otak terciptanya nama itu, secara random terbentuklah "6 Sense" dimana 6 adalah jumlah mereka dan Sense merupakan kata yang mewakili bahwa setiap dari mereka mempunyai kemampuan masing-masing.

Melihat 6 Sense yang sedang ramai, Sean hanya melihatnya dan menaruh HP Nya dengan posisi terbalik disebelahnya. Sean tidak membaca pesan itu, hanya melihat notifikasi yang muncul. "Argghhh.. Berisi banget si pagi-pagi!" gumamnya. Sean melanjutkan tidurnya, namun suara notifikasi pesan itu terus berbunyi, malah kali ini ada notifikasi panggilan group yang berbunyi. Sean semakin kesal. Ia melihat sebentar lalu kembali menutupnya. Setelah itu suara notifikasi pesan semakin berbunyi dengan cepat dan ramai. Kelima teman-temannya sudah berencana agar Sean bisa bangun dan membuka HP Nya. Akhirnya, Sean duduk dan membuka HP Nya.

Ketika membuka HP, Sean membaca pesan yang banyak sekali dengan teks yang sama.

"SEAN BANGUN! BURUAN BUKA EMAIL!"

Sean terdiam sebentar sambil mengingat-ingat ada apa dengan email. Setelah berfikir, Sean tidak juga menemukan jawabannya. Sean langsung membuka email dan muncul email dari SMAN17. Sean membuka email tersebut dan membacanya, isi email itu mampu membuat Sean terbelalak dan hilang rasa kantuknya.

"DITERIMA"

Sean mengusap-usap matanya, menampar-nampar pipinya untuk memastikan bahwa itu bukanlah mimpi. Sean membacanya lagi dan benar itu sama seperti yang tadi dibacanya. Semangat Nya sudah menggelora, namun ia masih harus memastikannya lagi. Sean bergegas ke kamar mandi dan mencuci mukanya dengan air yang sangat banyak dan tergesa-gesa.

Sean langsung kembali ke tempat tidurnya dan mengambil HP Nya. Kali ini, Sean menarik nafas dan membuangnya perlahan sebanyak tiga kali untuk memastikan. Ia mulai membaca semua isi email itu secara perlahan-lahan dan isi email itu menyatakan bahwa Sean lolos dan diterima menjadi siswa di sekolah tersebut.

Sean berteriak dan bersorak gembira sampai loncat-loncat diatas tempat tidurnya.

"Yeyyyyyy!!!!!!!! Terimakasih tuhan, sudah mengabulkan doa Sean!!!!!"

Sean langsung menghampiri mama dan papa Nya dilantai bawah. Sean menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Mama Sean terlihat sedang merawat tanaman-tanaman kecil di halaman belakang rumah mereka.

"MAMA!!!!!" Sean berteriak sambil menuju mamanya.

"Kenapa? Ih ngagetin aja!" kata mamanya yang kaget

"Mama Sean Diterima ma!" katanya gembira

"Diterima dimana?" mama memastikan karena Sean juga sempat mengikuti tes ke beberapa sekolah.

"Ini mama baca sendiri deh!" Sean menyodorkan HP Nya. Mama Sean langsung membacanya dan ikut berteriak senang.

"Waaahhhh!!! Selamat Anak Mama Sayanggggg!!!!!" soraknya sambil memeluk Sean.

"Ma, Sean pergi dulu!" kata Sean sambil berlari menuju keluar.

Suara teriakan mamanya mampu membuat papa Sean hingga keluar dari ruang kerjanya. Hari itu ayah Sean sedang menggambar untuk proyek terbarunya. Papa Sean berlari menghampiri sumber suara karena khawatir sesuatu terjadi. Ketika hendak menghampiri, papa Sean dikejutkan dengan Sean yang berlari melewatinya dengan cepat.

"Sean mau kemana?" Tanya mama Sean sambil berteriak

"Mau ke rumah Sere!" jawab Sean yang juga sambil berteriak berlari ke rumah Sere. Papa Sean menghampiri istrinya.

"Tadi ada apa ma? Ko teriak?" Tanyanya cemas

"Nggapapa pa, Sean diterima di sekolah favorit itu" jawabnya senang

"Hah? Beneran ma?" Papa Sean memastikan

"Iya pa" Mama Sean mengkonfirmasi

Mereka berdua tampak sangat gembira, mereka tahu perjuangan Sean hingga sakit karena belajar untuk mengejar ketertinggalannya. Mereka bahagia Sean bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

--------------

Sementara itu, Sean yang berlari dengan kencang langsung mengetuk pintu Sere dengan sangat antusias.

"TOK TOK TOK TOK TOK!!!!"

Ibu Sere membuk pintu dengan terkejut.

"Tante ada Sere ngga?" Tanya Sean dengan terengah-engah

"A..ada di belakang"

Sean langsung masuk dan menghampiri Sere yang sedang duduk di ayunannya.

"RE, GUA DITERIMA!!!!!!!!" Katanya dengan sangat antusias.

"Telat! Baru bangun lu ya!" kata Sere sinis

"Hehehe.. Ya namanya juga libur"

"Dasar" kata Sere

"Re, lu juga lolos kan?"

"Iya"

"Yesssss!!!!" Sean bersorak dengan sangat gembira.

Sere berdiri hendak mengambil minum, namun tiba-tiba Sean memeluknya.

"Gua seneng banget akhirnya bisa bareng sama lu" katanya perlahan sambil memeluk Sere. Sere terdiam untuk beberapa saat. Jantungnya berdetak kencang, Sere tidak tahu harus berbuat apa. Kemudian Sere dan Sean tersadar secara bersamaan. Sere dan Sean melepaskan pelukan itu. Seketika mereka canggung dan merasa aneh satu sama lain atas apa yang terjadi.

"Sean juga diterima ya?" kata ibu Sere

"Eh.. I.. Iya tante" Sean gugup

"Selamat ya, tante ngga nyangka kalian akan bareng lagi" Ibu Sere senang

"I.. I ya tante.. Kita juga, Eh maksudnya.. Sean juga ngga nyangka" Sean semakin gugup

"Sean mau jus Strawberry?" Tanya ibu Sere

"Engga tante, makasih.. Sean mau pulang lagi hehe..." kata Sean

"Lho, kok buru-buru?"

"Sean belum mandi Bu!" Sere menjawab spontan

Ibu Sere terkejut dan tersenyum mendengarnya. Sean menengok ke arah Sere, Sere membalasnya dengan matanya yang melotot. Sean memalingkan kembali pandangannya ke arah ibu Sere secara perlahan. "Iyaaaa tanteee... Mandi! Sean Mandi ya tante.. Daah tante" kata Sean sambil berjalan melewati Ibu Sere dan langsung berlalu setelahnya. Ibu Sere merasa aneh dengan sikap Sere dan Sean yang tampak tegang.

"Bener ngga ada apa-apa nih?" Tanya ibu Sere yang mulai curiga

"I.. Iya... Ngga ada" kini Sere yang gugup.

Ibu Sere mengangguk dan meninggalkan putrinya itu. Ketika ibu sudah naik tangga, Sere menghela nafasnya dengan panjang. Sere terduduk di kursi panjang ambil memegang dadanya. Jantungnya masih berdegup kencang, entah apa yang dirasakan Sere itu. Sere tidak tau ia harus seperti apa, rasanya aneh sekali. Sere terus mengatur nafasnya.

Sementara itu, Sean kembali kerumahnya dengan jantung yang juga berdebar. Papa dan mama Sere sudah menunggunya di kursi halaman belakang. Sere masuk kerumah dengan nafas yang terengah-engah. Melihat itu, papa dan mama Sean tampak heran.

"Kenapa nak? Kaya abis dikejar sekomplek?" tanya papa Sean

"Hehe.. Engga pa, capek" kata Sean sambil mengusap keringatnya.

"Sini deh papa mau ngomong" kata papa sambil menyuruh Sean duduk di hadapannya. Sean duduk dan mendengarkan papanya.

"Papa seneng banget Sean diterima, papa dan mama bangga sama kamu, Selamat Ya" kata papa

"Hehe.. Makasih pa"

"Papa dan mama bangga atas kerja keras kamu selama ini nak" mama menambahkan.

"Dalam rangka merayakan keberhasilan anak papa, hari ini Kita jalan-jalan gimana? Mau?" kata papa

"Mau pa? Kemana pa?"

"Ke Bandung yuk, sekalian mampir ke rumah nenek"

"Oke pa, asikkkk"

"Tapi sebelum itu mandi dulu yaaa" kata mama

"Heheiya ma.."

Sean bergegas mandi dan menyiapkan berbagai peralatan yang ingin dibawanya. Setelah itu, mereka pun pergi bersama-sama. Sedangkan Ayah dan Ibu Sere merayakan keberhasilan putri mereka dengan makan malam bersama di tempat favorit Sere. Mereka hanya sempat makan bersama karena Ayah Sere punya banyak pekerjaan dan sedang sibuk-sibuknya. Namun, Karena Sere memang tidak terlalu suka bepergian, jadi makan malam diluar bersama ayah dan ibu sudah cukup untuknya.