webnovel

Siapa Dia?

Perjalanan menuju kediaman pangeran Philo memerlukan waktu 20 menit. Kini Athena dan Philo berada di kamar. Dan menjadi suatu kebahagiaan karena Philo mengizinkan Athena untuk mengobati lukanya. Wanita itu membuka jubah Philo pelan-pelan lalu membersihkan lukanya dengan air. Setelah itu, ia mengambil ramuan yang baru saja ia racik dan mengolesinya di lengan Philo yang terluka. Athena melakukannya dengan sangat lembut hingga Philo tak merasakan perih ketika diolesi obat.

"Kau perlu istrahat dulu pangeran. Aku dengar kau tidak tidur selama 2 hari karena memikirkan peperangan." Ucap Athena.

"Kalau aku istrirahat, lalu siapa yang akan memimpin pasukan? Kau hanya mengatakan apa yang kau lihat bukan apa yang terjadi."

"Aku tak berpikir begitu pangeran. Aku hanya tak ingin kau sakit."

"sudahlah, aku tak perlu mendengar alasan tak masuk akalmu itu!" tandas Philo.

Athena menghela napas pelan sambil memutupi luka Philo dengan kain.

"Kau harus mengganti ramuanmu setiap hari agar tak infeksi."

"Sudah selesai? Kau boleh pergi! Aku tak tahan melihat wajahmu terus-menerus."

"Sebenci itukah kau padaku pangeran?"

"Lebih besar dari yang kau pikirkan."

"Aku tak tahu apa kesalahanku tapi aku akan terus menjalankan kewajibanku sebagai istrimu. Kau boleh membenciku sesuka hatimu tapi jangan larang aku untuk melakukan tugasku."

"Terserah padamu."

Percakapan itu terhenti setelah Philo meninggalkan Athena.

Gadis itu memilih untuk mengelilingi kediaman pangeran Philo. Dan kakinya berhenti melangkah ketika ia melihat danau yang berada diantara kerajaan Matinus dan kerajaan Onan. Athena begitu senang karena selama ini ia tak pernah melihat secara langsung danau tersebut. Dan pangeran Philo begitu lihai merubah danau biasa ini menjadi tempat yang menarik. Buktinya, ia membangun beberapa pondok kecil di danau dan tanaman obat-obatan yang mengelilingi danau.

"Sepertinya kau sangat menikmati pemandangan disini." Ucap seseorang yang membuat Athena terkejut. Ia membalik tubuhnya dan melihat ratu Benedicta berdiri dibelakangnya sambil tersenyum lembut.

"Putri Athena memberi hormat pada ratu." Athena membungkukkan badannya.

"Kenapa kau disini sendirian? Dimana putraku?" tanya ratu Benedicta.

"Pangeran sedang sibuk melatih prajurit kerajaan yang mulia."

"Bisakah kau memanggilku ibu saja? Aku lebih suka dipanggil seperti itu."

"Seperti permintaanmu ibu. Apakah ibu memerlukan sesuatu?"

"Aku kesepian di istana. kau tahu sendiri kalau raja tak pernah punya waktu bersamaku akhir-akhir ini. Jadi lebih baik aku mengunjungi putra dan menantuku."

"Ibu sejak kapan kau disini?" suara itu tiba-tiba terdengar dan tampaklah pangeran Philo menghampiri mereka. Ia tersenyum. Senyuman paling indah yang pernah Athena lihat. Dan Athena tahu bahwa Philo memberikan senyuman paling tulus pada ratu Benedicta.

"Baru saja putraku. Ibu sangat merindukanmu akhir-akhir ini. Dan ibu ingin bicara denganmu."

"Mari kita ke ruangku ibu." ajak Philo.

"Lalu istrimu?"

"Kau tak masalah jika kami tinggalkan bukan?" tanya Philo pada Athena yang dibalas dengan anggukan.

Ibu dan anak itupun meninggalkan Athena.

........

Wajah Benedicta tampak serius menatap Philo. Ada keresahan dan kemarahan didalamnya.

"Sekali lagi kau membuatku kecewa putraku." Ucap Benedicta.

"Maafkan aku ibu. Aku tak tahu kalau putra mahkota menyiapkan penjagaan yang ketat. Tapi bisa aku pastikan kalau dia tak tahu pelakunya."

"Sampai kapan putraku? Ibu tak tahan lagi melihat pangeran Agusto dan putri Merlyn."

"Bersabarlah ibu. Aku tak tahu kapan rencana kita akan berhasil tapi aku janji untuk terus mencoba sampai takhta jatuh ketanganku." Ucap Philo sambil mengelus pundak ibunya.

"Itu janjimu putraku. Janjimu untuk menjadi raja di Onan."

"Tentu saja ibu. Aku akan menjadi raja. Akan ada saatnya aku duduk di takhta dan memerintah sesuai kehendak ibu dan juga aku."

Benedicta memeluk putranya lalu keluar. Ia harus kembali ke istana sebelum raja mencarinya. Ia tak akan membiarkan siapapun mencurigai keberadaannya di kediaman pangeran Philo supaya rencana yang sudah ia susun selama 22 tahun itu berjalan mulus. Rencana untuk menguasai Onan melalui putranya Philo yang berhasil ia didik menjadi putra raja yang penuh ambisi.

......…

Athena masih setia memandangi danau walaupun sudah tengah malam. Ia tahu sebentar lagi jam 12. Ia terpaksa mengingkari janjinya kembali ke kediamannya sebelum jam 11 karena pemandangan di danau begitu indah pada malam hari. Beberapa lampu hias menerangi danau dan suara binatang malam terdengar. Keadaan sekitar tampak sepi membuat suara sekecil apapun terdengar jelas.

Tiba-tiba, Athena mendengar suara langkah kaki di kediaman suaminya. Ia menoleh keasal suara dan melihat seorang wanita asing berlajan pelan-pelan menuju ke ruangan pribadi Philo.

Siapa dia?