webnovel

Panglima Perang

Kediaman Athena terletak di ujung yang jaraknya 1 km dari kediaman Philo. Athena tak mengerti kenapa Philo memilih tempat yang sangat jauh dari kediamannya. Dengan begitu, Athena tak bisa mengunjungi suaminya setiap saat. Dan selama satu minggu pernikahan mereka, tak ada perubahan pada Philo. Pria dingin dan bermulut tajam itu tak pernah menghampiri Athena. Bahkan Athena tak bisa menemui suaminya dengan alasan sang suami sedang turun dimedan perang. Jujur saja pertama kali mendengar bahwa pangeran Philo merupakan panglima perang tertinggi kerajaan Onan, Athena sangat terkejut. Ia kira pangeran Philo hanyalah seorang putra raja yang kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan bersenang-senang, memerintah, dan berdiam diri di istana. Tetapi yang sebenarnya terjadi adalah pria itu seorang pejuang yang siap mengorbankan nyawanya demi kejayaan kerajaannya.

Dari sinilah Athena merasa lega karena menurutnya sikap kejam dan dingin suaminya itu karena ia terbiasa dengan kehidupan yang keras dan penuh perjuangan. Itu lebih baik dari pada mendapati kenyataan bahwa suaminya bersikap kasar padanya karena ia mencintai wanita lain. Sungguh Athena tak tahan jika menghadapi situasi seperti itu.

"Permisi nyonya. Anda mendapatkan surat dari raja." Ucap salah satu pelayan sambil menyerahkan sebuah gulungan kertas.

"Terimakasih." Balasnya.

Athena membuka gulungan kertas itu. disana tertulis bahwa sang raja mengundangnya untuk datang ke istana dan menemui raja.

"Kenapa yang mulia memanggilku kesana?" tanyanya dalam hati.

......…..

"Putri Athena memberi hormat pada yang mulia." Ucap Athena sambil membungkuk dihadapan raja Arthur.

"Duduklah Putri!"

Athena menuruti perintah sang raja.

"Sepertinya yang mulia punya sesuatu yang ingin ditunjukan pada hamba."

"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?"

"Tatapan yang mulia menjelaskan segalanya."

"Aku tidak salah menikahkan putraku dengan wanita sepertimu. Kau memang pandai."

"Yang mulia terlalu memuji."

"Baiklah langsung pada intinya saja. Bagaimana hubunganmu dengan pangeran Philo?"

"Hubungan kami berjalan dengan baik yang mulia." Athena terpaksa berbohong. Ia tahu suatu saat akan ada yang menanyakan perihal hubungannya dengan Philo, karena itu ia sudah lebih dulu menyiapkan jawaban. Ingat! Bukan Athena namanya jika terlambat berpikir.

"Aku senang mendengarnya. Dan aku harap kau akan selalu mendampingi putraku. Kau harus berjanji untuk menjaganya meskipun dia menyakitimu."

"Itu tugas hamba sebagai seorang istri yang mulia."

"Meskipun hatinya belum sepenuhnya terbuka untuk menerimamu putri Athena."

Athena terkejut mendengar penuturan raja. Ia mendongak dan mendapati tatapan sedih sang raja.

"Ada apa yang mulia? Kau tampak tidak senang."

"Sudahlah putri Athena. Tak perlu kujelaskan karena sekarang bukan tugasku lagi untuk selalu memperingati pangeran Philo. Dia sudah punya istri yang baik."

Athena mengerutkan dahinya. Ia tahu benar ada yang disembunyikan oleh raja tapi ia tak bisa memaksa raja untuk bicara.

Tiba-tiba terdengar teriakan dari pintu gerbang membuat Athena dan raja menoleh ke asal suara.

"Panglima Philo memasuki istana raja!!!!!!!"

Tak lama kemudian, pintu gerbang terbuka dan menampakkan wajah Philo yang dipenuhi keringat dan beberapa luka dilengannya. Pria itu tampak biasa saja melihat istrinya ada di istana bersama raja.

"Pengeran Philo memberi hormat pada yang mulia."

"Aku tahu kau membawa kabar baik lagi putraku."

"Seperti yang hamba katakana sebelumnya bahwa hamba akan datang dan membawa kemenangan untukmu yang mulia."

"Bagaimana ini? Sekarang aku punya menantu cerdas dan pahlawan kerajaan. Aku sungguh bahagia. Dan aku tak sabar menantikan pangeran Philo dan putri Athena selanjutnya."

Wajah Athena bersemu mendengar ucapan sang raja. Ia menatap Philo yang juga tengah menatapnya.

"Pangeran Philo, kerajaan Arunda sudah kembali. Dan menurut penuturan mata-mata kerajaan, mereka telah menyusun kembali kekuatan yang sempat hilang. Mereka sudah memiliki raja yang baru. Itu artinya kita tidak akan tenang selama mereka ada."

"Hamba tahu yang mulia. Hamba akan mengerahkan kekuatan prajurit dan terus melatih mereka. Jika mereka menginginkan perang, maka semuanya sudah siap."

"Bagus sekali pangeran. Suruh Mores berlatih lebih keras lagi supaya strategi yang sudah ia susun tak meleset."

"Hamba mendengar perintah yang mulia."

"Baiklah kalian berdua bisa kembali. Dan aku harap kau membiarkan putri Athena mengobati lukamu itu. sejak tadi aku perhatikan istrimu itu terus memandangi luka di tubuhmu."

"Baik yang mulia." Ucap Philo sambil menatap istrinya. Dan Athena paham maksud dari tatapan itu. Ia mengikuti Philo sampai diluar.

"Pangeran, izinkan aku untuk mengobati lukamu. Izinkan aku untuk menjalankan kewajibanku sebagai istrimu."

"Kau bisa menaiki kuda sendiri?" tanya Philo yang di balas dengan anggukan.

"Aku akan membiarkanmu berada dikediamanku. Tapi sebelum jam 11 malam, kau harus pergi."

"Baik pangeran." Balas Athena dengan senyum merekah. Ia begitu bahagia hanya karena pangeran Philo mengizinkannya berada di kediamannya sampai tengah malam.

Dengan sigap Athena menarik tali kekang kudanya dan mengiringi pengawal pangeran Philo. Siapa bilang Athena tak pandai menunggangi kuda? Gadis itu sudah berlatih sejak ia masih kecil.