webnovel

Seperti Iblis

Athena bukan gadis lemah. Ia tak mudah menyerah ketika badai datang melanda hidupnya. Tapi apa ini? Hatinya seperti tercabik-cabik melihat kemesraan suaminya dengan wanita lain.

Athena mampu memberikan apapun asalkan jangan menyentuh sesuatu yang ia sayangi. Pangeran Philo adalah suaminya dan tidak sepantasnya ada wanita lain yang menganggu kehidupan mereka.

Athena mendesah. Ia harus melampiaskan kekesalan yang sedari tadi ia pendam.

Dengan langkah gontai Athena menuju ke tempat latihan di kediamannya setelah ia mengganti pakaiannya yang serba hitam ditambah lagi sepotong kain yang menutupi sebagian wajahnya.

Ia mengambil pedang yang telah di asah dan mulai mengayunkan pedang itu kesegala arah. Ia melakukan berbagai serangan seakan-akan musuh ada disekelilingnya. Matanya tajam dan pikirannya fokus.

Begitulah Athena jika sedang berlatih. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya sejak 10 tahun lalu ketika James mengajarinya.

Lama-kelamaan, Athena mulai bosan berlatih sambil membayangkan ada ribuan musuh. Ia kembali ke ruangannya dan memanggil salah satu pengawal istana.

"Derek, maukah kau membantuku?" tanya Athena.

"Apapun yang kau inginkan putri." Jawab Derek, salah satu pengawal di kediaman Athena.

"Tapi sebelum itu, jangan beritahu siapapun mengenai hal ini!" ucap Athena dengan nada suara mengancam.

Derek menganggukan kepalanya. Dan seketika itu juga, Athena melayangkan pedangnya didepan wajah Derek. Pedang itu nyaris melukai wajah Derek jika ia tak pandai menghindar. Athena tersenyum miring melihat tindakan Derek yang siap siaga.

"Awalan yang bagus Derek aku suka. Sekarang temani aku berlatih pedang!"

Derek terkejut mendengar ucapan Athena. Tak terlintas di pikirannya kalau putri bungsu raja Zeus pandai menggunakan pedang.

Derek tak bisa berpikir lama karena Athena terus menyerangnya. Wanita itu bahkan tak takut sedikitpun ketika pedang Derek tiba-tiba menyentuh leher putih mulusnya. Dengan tenang ia menggerakkan tubuhnya lalu menangkis pedang Derek yang hampir mengenai lengannya. Athena tak suka di serang terus-menerus. Cukup sudah kesempatan yang ia berikan pada Derek untuk menyerangnya. Kini giliran Athena yang menyerang.

Derek mulai lengah ketika pedang Athena dengan begitu kuatnya melukai tubuhnya. Pria itu merasa terhina karena dikalahkan oleh wanita.

"Ayo Derek kenapa lemah sekali?" keluh Athena tanpa menghentikkan serangannya.

Dengan sisa-sisa kekuatannya, Derek mencoba untuk menghindar dan melindungi dirinya. Ia tak mampu menyerang Athena lagi. Wanita itu terlalu bergairah untuk melayangkan pedangnya hingga menghacurkan seterunya.

"Hentikan putri hamba mohon. Hamba tak kuat lagi. Kau sudah membuat tubuh hamba terluka." Pinta Derek dengan wajah memelas.

"Berhenti? Kemarahanku belum tersulut Derek. Aku tak akan berhenti sebelum darah menetes." Balas Athena dengan tenang.

"Apa maksudmu putri?"

"Baiklah kau boleh berhenti!"

"Terimakasih putri. Izinkan hamba kembali."

"Silahkan."

Pria itu membalikkan tubuhnya. Namun baru beberapa langkah, Athena memanggilnya.

"Derek." Pria itu menatap Athena dengan mata terbuka lebar dan mulut yang mengeluarkan darah segar.

"Terimakasih telah bersedia menjadi tempat pelampiasanku Derek." Ucap Athena sambil memandangi Derek yang kini bersimbah darah karena pedang yang ia tancapkan di perutnya.

"Sayang sekali kau tidak ditakdirkan untuk hidup lebih lama Derek." Athena menarik pedang itu dan membuang mayat Derek di hutan.

Ia kembali ke kamarnya dan merenung. Ia menatap pedang yang baru saja digunakan untuk melenyapkan Derek. Athena mendesah pelan. Untuk kesekian kalinya ia merenggut nyawa seseorang.

Inilah sisi lain Athena. Ia punya dua kepribadian. Disatu sisi, ia adalah seorang malaikat dan disisi lain, ia adalah seorang iblis. Dua kepribadian ini akan muncul pada situasi yang tepat.

............

Philo mengepalkan tangannya sambil memandangi danau. Kejadian beberapa jam yang lalu membuatnya sangat marah. Berani-beraninya Athena yang hanya seorang anak pungut berkata seperti itu. Dan lagi ia mengaku sebagai istri Philo. Demi dewa ia tak pernah menganggap Athena sebagai istrinya.

"Sepertinya kau mulai berani menantangku Athena." gumamnya.

Philo tampak berpikir. Kemudian ia mengangkat kepalanya sambil tersenyum licik.

"Pangeran Agusto dan Athena."

...........

Putra mahkota dan istrinya putri Merlyn sudah kembali dari pertemuan besar mereka dengan raja Arthur.

"Kau pasti lelah suamiku." Ucap putri Merlyn dengan lembut.

"Kau benar istriku. Seharian ini aku tak punya waktu untuk beristirahat dan bersamamu." Balas pangeran Agusto sambil tersenyum. Mereka segera memasuki kamar dan berbaring.

"Lindungi Putra mahkota dan putri!!!!!" suara itu terdengar sangat kuat hingga membangunkan pangeran Agusto dan putri Merlyn. merema membuka mata dan terkejut melihat seseorang berdiri tepat di depan pangeran Agusto sambil menodongkan pedangnya.

"Kurangajar." Desis pangeran Agusto. Disampingnya, ada putri merlyn yang sudah sangat ketakutan. Dengan cepat pangeran Agusto meraih pedang dari balik kasurnya.

"Jika kau menyerangku, maka nyawa istrimu akan kulenyapkan." Ucap pria asing itu.

Pangeran Agusto mengalah. Ia harus mengikuti alur pria itu. Tak lama kemudian, pengawalnya datang dan menghunus pedangnya pada pria asing tersebut. Pria itu tumbang seketika.

"Kau baik-baik saja yang mulia?" tanya pengawal itu dengan cemas.

"Aku baik-baik saja. Cepat tangkap salah satunya yang berhasil kabur!"

"Baik yang mulia."

Pangeran Agusto mengenggam tangan istrinya erat. Ia tahu istrinya sangat ketakutan. Meskipun ini bukan serangan pertama, putri Merlyn masih merasa takut mengingat nyawanya pernah melayang ketika seorang pria asing tiba-tiba menyerang mereka.

"Aku takut suamiku…" gumam putri Merlyn.

"Tak usah takut aku ada disini. Dan pria itu harus ditemukan karena aku tak tahan lagi diteror seperti ini." Ucap pangeran Agusto.

.........

Sementara itu, Athena juga mengalami apa yang baru saja terjadi di kediaman putra mahkota. Jika putra mahkota menghadapi satu orang, maka Athena sedang berhadapan dengan tiga pria sekaligus. Pengawal yang menjaganya tewas karena panah. Kini tersisa Athena seorang diri.

"Jadi kalian tak mau mengakui siapa pemimpin kalian?" tanyanya dengan tenang.

Ketiga orang itu tak menjawab. Dengan cepat mereka menyerang Athena dan tentu saja wanita itu berhasil menghindar sambil memberikan beberapa serangan.

Dengan satu hantaman, ia berhasil menumbangkan salah satunya.

"Sial." Pekik salah satu pria dengan nafas terengah-engah karena berusaha menghindar dari serangan Athena.

Kedua pria yang masih tersisa itu kompak untuk menyerang Athena dengan membabi buta. Yang satunya dari depan, yang satunya lagi dari belakang.

Athena akui mereka cukup kuat. Buktinya, ia mulai lengah hingga sebuah pedang tajam mengiris lengannya. Darah bercucuran dimana-mana. Athena meringis namun ia belum menyerah. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.

Kemarahannya memuncak. Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia menyerang kedua orang itu dengan gerakan memutar. Ia terus membolak-balik tubuhnya hingga setiap serangannya berhasil melukai kedua orang itu. Athena tak memberikan kesempataan pada mereka berdua untuk menyerangnya. Dengan cepat ia meraih pedang lain dan menghunuskan pedang itu di leher kedua pria tersebut. Salah satu pria tumbang tapi yang satunya masih berusaha menyerang. Athena tersenyum licik.

"Kau pikir bisa menghindar dariku setelah kau melukai tubuhku?" ucapnya sambil melayangkan pedangnya tepat di leher pria itu.

Siapa yang menginginkan kematianku?