webnovel

THE BIG BOSS BRONDONG

Sinopsis Alex, remaja 16 tahun. Tampan, Tinggi, tapi bermasalah, dikeluarkan dari sekolah, diremehkan dan dikucilkan. Sejak  Ayah dan Ibu Alex meninggal karena kecelakaan. Alex hidup luntang-lantung. Saudara-saudaranya mengusirnya karena Alex bukan saudara kandung mereka. Pria Arab, Waleed Alan Tabarak, mengaku sebagai Ayah kandungnya. Menjemputnya paksa dan menjadikan dirinya sebagai CEO di perusahaan minyak cabang Indonesia. Dia menjadi CEO termuda sepanjang sejarah. Bahkan, Alex harus melanjutkan sekolahnya di SMA meskipun dia seorang CEO. Nama belakang Alex menjadi Alex Waleed Tabarak. Ayahnya merupakan salah satu pangeran Arab yang pernah menikahi perempuan Indonesia. Seketika hidup Alex berubah drastis. IG: @i_karameena

IrmaKarameena · Urbain
Pas assez d’évaluations
23 Chs

Identitas Baru (2)

5.

Identitas Baru (2)

~ Semua orang merendahkan dan mencaci maki. Rasanya seperti ingin menghilang dari dunia ini. Namun, saat Tuhan mengangkat kepala kita. tak ada seorang pun yang mampu menjatuhkan. ~

-Kesedihan Alex-

Copyright ©Irma Karameena the novel & the quotes

***

"Berhenti di sini saja, Pak," kata Alex.

Alex sudah berganti pakaian menggunakan seragam sekolah SMA. Seragam baru. Bukan lagi seragam bekas kakak sepupunya, si Pras. Alex juga menggunakan tas ransel mewah dan branded tentunya.

"Tuan muda yakin? Gak sekalian diantar depan halaman sekolah?" tanya Marco.

"Tidak, Paman Marco. Aku  berjalan saja dari sini," katanya mengalungkan jaketnya ke bahu.

"Kalau begitu hati-hati Tuan. Jangan khawatir, bodyguard akan mengikuti Tuan," kata Marco.

Alex mengangguk. Dia berjalan kaki menuju sekolah. Hanya 5 menit sudah sampai di pintu gerbang. Benar saja, empat bodyguard itu mengikutinya dari belakang.

"Jaga jarak! 1 meter," kata Alex, "kalian hanya boleh di luar sekolah. Tidak perlu masuk."

"Baik, Boss," kata salah satu dari mereka.

Kemudian, Alex masuk ke dalam sekolah. Sedangkan mereka berdiri di depan gerbang. Di sisi lain Marco masuk mobil dan kembali ke kantor. Dia haru melanjutkan pekerjaannya.

Ketika dirinya kembali menginjakkan kaki di sekolah itu, semua mata memandangnya. Penampilan Alex sangat berbeda dari sebelumnya, tentu saja itu sangat mencolok. Alex terlihat lebih terawat dan aura tampannya lebih bersinar. Apalagi dia terlihat lebih keren dari penampilan sebelumnya yang acak-acakan.

"Wowwwww... itu bukannya Alex?" Dina berteriak kepada teman-temannya.

Seluruh penjuru sekolah tahu kalau Alex sudah di DO (DROP OUT) dari sekolah. Mereka tak menyangka Alex masih berani nongol di sekolah.

"Bukannya dia sudah dikeluarkan ya? Iya setelah berantem dengan Yoga."

"Dia sih, macem-macem sama anak donatur tetap sekolah. Pasti kepsek lebih membela Yoga."

Alex terus berjalan menyusuri lorong meskipun semua orang menggunjingnya. Alex tak peduli. Meskipun waktu telah berputar, menunggu antrian pembalasan darinya. Ini hanya masalah waktu.

"Gilaaa... ! Alex menghilang 2 minggu langsung sekinclong itu. Tampan banget... gue gak papa deh meski dia nakal."

"Tapi kayaknya dia bukan Alex deh. Mana mungkin dia pakai tas dan sepatu branded? Apa Alex punya saudara kembar?"

Simpang siur para siswi membicarakannya.

"Alex...!" tiba-tiba seorang perempuan berdiri di depannya, "kamu Alex kan?"

Misca?? Alex sempat menghentikan langkahnya. Alex menatapnya lekat-lekat.

"Kamu Alex kan?" tanya Misca dengan gayanya yang girly abis.

"Kamu Alex kan?"

Pertanyaan itu diulang-ulang meskipun tidak selalu dari mulut yang sama. Pertanyaan teror macam apa ini?

"Bukan," jawab Alex dengan tegas.

"Bu-kan?" Misca ternganga kemudia berlari ke teman-temannya.

"Guyssss... ! Dia bukan Alex  yang kita kenal Guys!"

Sedangkan Alex masuk ke kantor ke kepala sekolah. Dia mengetuk pintu ruangan itu dengan hati-hati. Dia menunggu reaksi kaget dari seseorang yang tak peduli tentang alasan apapun bagi murid yang tak bersalah.

"Permisi, Pak. Saya murid baru yang kemarin didaftarkan ke mari," kata Alex berdiri di depan kepala sekolah.

Pak Arka membelakanginya dan tampak sibuk mengecek berkas-berkas di lemari tinggi itu. Saat dia menoleh padanya. Alangkah kagetnya dia, sampai-sampai dia terlonjak tanpa aba-aba.

"Astaghfirullah! Kau kenapa lagi ada di sini?" tanya Pak Arka, "bukankah kau sudah kukeluarkan dari sekolah?"

"Maksud Bapak apa ya?" tanya Alex berusaha untuk tak membahas itu, lagipula identitasnya sudah berbeda. Dia bukan Alex yang dulu. Alex yang dulu sudah mati.

"Sebentar-sebentar...," Pak Arka memeriksa berkas siswa baru kemarin. Lalu dia membacanya, "di sini namanya.... Astaga! Pangeran Alex Waleed Alan Tabarak, Nama Ayah Pangeran Waleed Alan Tabarak berkebangsaan Saudi Arabia. Kau pangeran?"

"Sssssttt... Jangan sesekali bapak menyebarkan identitas saya," katanya tanpa senyum apapun. Kemarahannya pada Pak Arka sebenarnya belum selesai, namun Alex sadar, dia hanyalah seorang murid dan dia tetap saja seorang kepala sekolah yang mesti dihormati.

"Kau itu sebenarnya siapa?" tanya Pak Arka nampak kebingungan, "jangan coba-coba mempermainkanku dan sekolah ya."

"Bapak pikir nama itu saya yang buat?"

"Kau Alex yang kami keluarkan dari sekolah kan?"

"Bukan... Siapa orang yang bapak maksud?" kata Alex dengan mimik wajah serius.

"Tapi di sini namamu Alex juga. Dan wajah kalian mirip. Sangat mirip! Hanya saja, kau lebih tampan darinya. Mungkin karena kalian berbeda nasib. Apa kalian kembar?" tanya Kepala sekolah dengan muka linglung, "mana mungkin sepersis ini. Usia kalian sama. Tanggal lahir pun sama persis."

"Maaf Pak, saya tidak mengerti apa yang bapak bicarakan," kata Alex, "saya mau ke kelas. Saya mau belajar dengan benar. Tolong jangan sebarkan kalau saya seorang pangeran. Saya tidak suka."

"Oke..oke... nampaknya kau bukan Alex tengil itu," ucapnya. Tetap saja bikin Alex gregetan. Pak Arka merangkul bahu Alex dan membawanya keluar ruangan. Berjalan menuju kelas.

Di kelas XI-A-1, kelas yang sama, hanya kelas itu yang kosong, kurang satu murid. Kelas lainnya penuh. Pasti Alex juga masuk kelas itu lagi.

Pak Arka dan Kepala sekolah masuk ke kelas. Terdengar dari luar kelas, suara para siswa di kelas itu sangat gaduh.

"Dia bukan Alex," terdengar bisik-bisik itu lagi.

"Tapi mereka sangat mirip."

Yoga dan gengnya memandang Alex dengan wajah dendam.

"Anak-anak! Diam! Jangan ribut!" kata kepala sekolah.

Bu Dewi, wali kelasnya, baru saja masuk.

"Ada murid baru ya, Pak?" Bu Dewi melihat ke arah Alex dengan menutup mulutnya. Bu Dewi menyembunyikan syocknya.

Pak Arka mengangguk.

"Anak-anak kalian akan dapat teman baru. Silakan perkenalkan dirimu pada mereka," kata Pak Arka yang berdiri di sampingnya.

Alex membuka mulut, "perkenalkan nama saya, Alex Waleed Alan Tabarak. Pindahan dari sekolah internasional timur tengah."

HAAAAAAAAAA~

Semua tercengang.

"Bagaimana bisa namanya sama juga?" kata Dina paling ekspresif, "ini Alex versi baru guys!"

"Dina! Tolong jangan ribut," kata Bu Dewi berusaha tenang.

"Oke, saya permisi, Bu," kata Pak Arka pada Bu Dewi.

"Baik Pak," jawab Bu Dina.

Alex masih berdiri di depan kelas.

"Anak-anak, ada yang ingin kalian tanyakan lagi pada teman baru kita?" tanya Bu Dina berusaha untuk setenang mungkin. Meskipun Bu Dina sangat shock melihat Alex.

Yoga mengacungkan tangannya dengan sombong.

"Lalu aku harus memanggilmu siapa?" tanya Yoga dengan memicingkan matanya.

"Alex," sahut Alex singkat.

"Alex? Bahkan panggilannya sama cecenguknya dengan Alex sebelumnya," kata Yoga.

Semua siswa tertawa dengan ucapan Yoga.

"Yoga! Dia bukan Alex itu, dia murid baru. Tolong bersikap sopan," kata Bu Dewi, "silakan duduk di bangkumu, Alex."

Alex mangangguk. Bahkan dia duduk dibangku yang sama. Bangku Alex sebelumnya. Alex menoleh pada Bagas teman bangku sampingnya. Bagas juga memandangnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Kau benar-benar bukan Alex yang kita kenal?" tanya Bagas, "atau... kau sedang menipu kami semua??"

***

To be continued...

Instagram @i_karameena