webnovel

Kecewa Karena Gagal

"Ih, sialan!" umpat Caroline seraya menatap Alice yang sudah mulai menjauh.

Niat hati ingin menunjukan video yang ia buat kepada Alice, namun Alice malah enggan menanggapinya.

Wanita itu seakan tak peduli lagi kepada Carlos.

Padahal Caroline sangat menanti untuk melihat ekspresi cemburu Alice hingga amarahnya.

Dia ingin membuat Alice semakin depresi dan bila perlu sampai membuat Alice gila.

Namun ternyata tidaklah mudah. Alice yang justru mengejeknya, Caroline merasa tak terima akan hal ini. Alice seakan jauh lebih baik dibandingkan dirinya.

'Sok jual mahal'

Setidaknya itu yang ada dipikiran Caroline, Alice tidak mempedulikan Carlos yang tengah mengejarnya.

Harusnya Caroline merasa senang karena itu artinya, dia tidak perlu khawatir jika Alice akan merebut Carlos kembali. Hanya saja Caroline merasa Alice jauh lebih baik darinya jika begini. Padahal jelas-jelas selama ini Caroline yang jauh lebih cantik dan sempurna dibandingkan Alice.

"Alice, semakin lama aku semakin membencimu. Sikapmu itu benar-benar membuatku muak. Aku benci kamu Alice!" ucap Caroline dengan gigi gemertak.

"Setelah kejadian sore itu, aku memang sempat diglayuti rasa bersalah! Tapi tidak untuk sekarang! Aku sudah melupakan rasa bersalah itu! Karena semuanya sudah menjadi benci!" Kedua mata coklatnya tampak menajam.

Dia bergegas dari restoran itu dengan perasaan marah.

Dia memutar balik mobilnya, dan kembali melewati rumah Alice. Tentu saja hal ini ia lakukan bukan tanpa alasan. Caroline ingin melihat informasi tentang Carlos. Dia takut Carlos akan datang ke rumah Alice lagi.

"Aman, dia tidak datang." Gumam Caroline saat berada tepat di depan gerbang rumah Bellla.

Dan ternyata Carlos memang tidak ada.

"Baguslah, dia tidak datang lagi. Aku bisa langsung pulang. Dan mampir ke rumah Carlos!" Caroline kembali mengemudikan mobilnya dan berlalu pergi.

Tentu saja tujuan selanjutnya adalah rumah Carlos. Dia yakin jika saat ini pria itu sedang berada di rumah, dan dengan begitu dia bisa melakukan rencana-rencana llicik selanjutnya.

***

"Wah, pintu gerbangnya terbuka, aku yakin  Carlos ada di dalam," tukas Caroline seraya tersenyum penuh ambisi.

Kemudian dia meraih sebotol anggur dan meneguknya sedikit, sementara sebagian, sengaja ia tumpahkan ke bagian tubuhnya. Hal ini bertujuan agar dia terlihat seperti orang yang tengah mabuk berat.

Perlahan Caroline keluar dari dalam mobil dan dia berjalan sempoyongan, seraya mengetuk pintu rumah Carlos.

Tok! Tok! Tok!

"Iya, sebentar!" sahut Carlos dari dalam rumahnya.

Ceklek!

"Carol! Kamu ngapain datang kemari?" tanya Carlos dengan raut wajah yang heran.

Lalu muncul senyuman kecil dan Caroline menjawab dengan nada suara layaknya orang yang tengah mabuk berat.

"Carlos! Maaf ya, aku datang lagi hehe ... aku mau ambil barangku yang ketinggalan!" ujar Caroline.

"Carol, kamu sedang mabuk, ya?" tanya Carlos memastikan.

"Aku tidak mabuk, aku hanya minum beberapa botol anggur saja, ehehe ...." jawab Caroline.

"Ah, dasar! Merepotkan saja!" tukas Carlos, "biar aku yang akan mengambilkan barangmu yang tertinggal! Sekarang cepat katakan kepadaku! Apa yang tertinggal?" tanya Carlos.

"Hati!" jawab Caroline sambil tersenyum dengan tubuh yang seakan ingin ambruk.

"Jangan bercanda!" bentak Carlos.

Caroline sedikit tersentak, dan dia langsung meralat ucapannya.

"Eh, maksudku ada pakaian dalamku yang tertinggal Carlos! Aku menaruhnya di bawa kasur! Biar aku yang mengambilnya sendiri!" tukas Caroline. Dan wanita itu langsung menerobos masuk begitu saja.

"Hei! Tunggu! Jangan  masuk Carol! Biar aku yang mengambilkan untukmu!" teriak Carlos, "kau tunggu di luar saja!" imbuhnya.

Namun Caroline tak mendengar teriakan Carlos.

Dia tetap menerobos masuk ke dalam kamar, dan sesampainya di dalam kamar Carlos, bukannya langsung mencari benda yang ia maksud, Caroline malah tidur di atas kasur.

"Carol! Apa yang kamu lakukan? Cepat menyingkir!" suruh Carlos.

"Ah ... Carlos ... aku mengantuk, aku ingin tidur ...." jawab Caroline dengan suara yang malas.

"Cepat ambil barang-barangmu yang ketinggalan, dan biar aku yang mengantarkan kamu pulang!" ujar Carlos.

Namun gadis itu seakan tak peduli, dan dia malah semakin menikmati kasur itu. Dia memejamkan matanya seraya memeluk guling.  Carlos benar-benar muak dengan sikap Caroline, dia menarik tangan Caroline dengan paksa.

"Ayo bangun!" bentaknya.

"Carlos! Kamu itu kasar! Aku lelah  ... biar aku tidur di sini malam  ini saja ya ...." Caroline kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dan yang lebih parahnya, dia mulai membuka kancing bajunya sendiri.

"Ah ... suasananya begitu panas," gumam Caroline.

Dan Carlos segera menghentikannya.

"Cukup, Carol! Jangan mengada-ada! Ini sudah mulai memasuki musim dingin!" bentak Carlos. "Kamu pasti akan menjebakku! Supaya aku tidak bisa lepas darimu!" Carlos menarik paksa tangan Caroline.

Dia hendak menyeretnya keluar kamar. Namun Caroline berusaha meronta, tentu saja dia tidak mau keluar dari dalam rumah ini. Karena rencananya untuk bermalam di rumah ini akan gagal.

"Ayolah ... Carlos, biarkan aku berada di sini, semalam saja ...," rengek Caroline.

"Sudah cukup, Carol! Kesempatanmu hanya kemarin saja! Sekarang kamu harus pergi!" usir Carlos.

Pria itu mulai menyadari jika wanita yang ada di hadapannya ini sengaja membuatmu tak bisa lepas.

Dia yakin Caroline hanya pura-pura mabuk saja, atau memang sengaja bermabuk-mabukan agar bisa menginap di rumahnya

Sudah cukup untuk yang kemarin saja, Carlos tidak mau menghianati Alice lagi.

Dia ingin bersungguh-sungguh mencintai Alice dan memilikinya selamanya. Dia ingin menjadi pria setia untuk Alice dan menjaga Alice seumur hidupnya. Meski saat ini dia masih berjuang untuk mendapatkan Alice.

***

Sesampai di depan mobil, Caroline mendorong tubuh Carlos hingga terjatuh.

"Kamu jahat! Aku ini masih mencintaimu, Carlos!" bentak Caroline.

"Aku sudah bilang jika aku tidak mencintaimu lagi, Carol! Aku hanya mencintai Alice!" sahut Carlos.

"Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan kamu bersama Alice!" tegas Caroline.

"Sampai kapan pun aku tetap akan mencintai Alice!" sahut Carlos.

"Aku akan membunuh Alice, Carlos!" ancam Caroline pada Carlos.

"Lihat saja kalau kamu berani! Aku yang akan membunuhmu!" sahut Carlos. Dan pria itu memaksa Caroline untuk masuk ke dalam mobilnya.

Carlos tak peduli dengan ancaman dan ocehan Caroline, dia mengemudikan mobilnya dan mengantarkan Caroline pulang ke apartemen.

***

"Kamu diam di rumah saja! Jangan berkeliaran! Apalagi sampai beraninya datang ke rumahku lagi!" ujar Carlos seraya mendorong tubuh Caroline masuk kedalam kamar.

"Carlos! Tunggu!" teriak Caroline, namun Carlos malah menutup pintunya dengan kasar. Pria itu sudah menjauh. Teriakan sekenceng apapun dari Caroline, tidak berarti apa-apa bagi Carlos.

Caroline hanya bisa pasrah dengan perasaan penuh kecewa.

"Semua ini gara-gara Alice! Carlos jadi membenciku!" ucapnya.

"Awas, Alice! Aku benar-benar akan membunuhmu!" bicara Caroline penuh ambisi.

Rencana liciknya gagal, kali ini Carlos begitu tegas dan tak bisa terkena bujuk rayunya.

Caroline meluapkan emosinya dengan membanting seluruh barang yang ada di dalam rumahnya.

To be continued