webnovel

Tiada Disangka.

"Hiks est ... keadaanya sedikit drop. Aku harus bagaimana Bun, Bu Susi memintaku untuk menikah dengan Kak Eza."

"Alhamdulillah ...."

Mendengar ucapan syukur dari Bundanya Rina menatap Bundanya sampai tersedu-sedu.

"Bunda sangat bersyukur jika kamu dengan dokter Eza. Lagian memang dulu yang dijodohkan itu kamu dan Eza. Bukannya kamu dengan Dirga. Doa almarhum kedua kakek memang seperti itu," jelas bundanya. Rina malah cemberut dan lemas.

"Disyukuri sayang Jangan mudah mengeluh seperti itu tadi senang-senang sekarang mengeluh lagi. Yang penting kamu tidak berjodoh dengan Dirga," kata bundanya ringan sambil mengelus pipi Rina.

Rina bernapas berat kemudian Bundanya tersenyum sambil memijat hidungnya. "Lihat itu," tunjuk sang Bunda kepada kedua kerawat desa. Rina menoleh ke arah belakang dan samping terkejutnya.

"Ngapain tukang Ijab kemari?" tanya Rina sambil menggaruk kepalanya.

"Hus. Kamu ini, tukang ijab. Hehehe. Itu pegawai KUA. Ayahmu tadi telepon, dan meminta Bunda untuk membawa mereka. Karena mendesak mereka pun mau walaupun jam sepuluh malam," jelas sang bunda. Rina hanya meneguk ludahnya secara kasar.

"Apanya yang mendesak, lalu apa pekerjaan mereka? Tidak mungkin menikahkan aku sekarang kan Bun? Benar-benar majnun," umpat Rina. Bundanya hanya tersenyum kemudian menarik tangan Rina.

Langkah wanita paruh baya itu sangat cepat membawa putrinya ke ruangan Bu Susi. Begitu terkejutnya ketika sampai di ruangan itu.

'Apa-apaan ini semua?' tanya Rina dalam hati ketika melihat dua Paman Eza. Ayahnya, sepupunya. Serta seserahan mas kawin. Terlebih lagi ketika pegawai KUA masuk ke dalam ruangan itu. Pandangan Rina seakan melihat hantu.

Banyak pertanyaan di dalam benak gadis itu, namun Rina tidak bisa berkata apapun. Bu Susi memandanginya, dan terlihat seperti akan mengatakan sesuatu. Bundanya segera membawa Rina mendekat kepada Bu Susi.

Eza memberikan lembaran kepada Rina. Tulisan yang sulit dibaca. Rina yang seperti bodoh seketika pun akhirnya kertas itu.

[Ibu meminta kamu menerima pernikahan ini. Ibu sudah menyiapkan pernikahannya sekarang juga. Jika nanti Ibu meninggal Ibu titip Eza. Walaupun dia sering melakukan kesalahan tapi mohon tetap maafkan dia dan terus dampingi dia. Dia memang cinta buta kepada Intan. Tapi Ibu yakin dan ibu selalu mendoakannya agar dia bisa membuka hatinya untukmu. Biasanya awal-awalnya memang terpaksa tapi Ibu sangat yakin jika Eza bisa mudah mencintaimu karena terbiasa. Yang penting sekarang ibu ingin melihat kalian menikah di tempat ini, di ruangan ini. Ibu ingin menyaksikan pernikahan kalian sebelum Ibu menutup mata. Ibu serasa sudah tidak kuat lagi dan tidak sanggup lagi. Rasanya sangat sakit di dalam dada ini.]

Belum selesai membaca Rina menatap Eza. Eza saat itu hanya tertunduk lemas dan tidak berdaya. Rina juga melihat jika Eza menutupi air matanya yang jatuh.

Melihat Eza yang lalu menggenggam tangan ibunya. Kemudian Reza memeluk ibunya dengan tangis pilu yang menyesakkan dada.

[Ibu ingin kamu selalu mendampingi Eza di masa sulit sulitnya. Kamu adalah gadis terhebat yang pernah ibu temui. Ibu sangat menyayangi kamu seperti anak ibu sendiri. Harapan ibu kamu bisa menemani Eza sampai nyawa memisahkan.

Selama ini memang dia sangat mencintai Intan. Tapi dia sangat tahu batasan-batasannya. Dia sama sekali tidak pernah menuruti kemauan Intan yang dilarang agama. Selama ini dia sudah cukup berbakti kepada Ibu. Ibu menitipkan amanah dari almarhum. Kakekmu dan kakeknya Eza. Berharap jika kalian nanti menjadi keluarga. Eza akan sangat mencintaimu lebih dari cintanya kepada Intan. Namun, semuanya butuh proses. Ibu akan selalu mendoakan kalian. Sayang, sekarang ibu merasa sudah sangat sakit. Mungkin ini benar-benar sudah waktunya. Semoga kamu bisa membaca tulisan Ibu ini. Berjanjilah kepada ibu kamu akan terus mendampingi Eza. Apapun yang terjadi dan semua masalah. Ibu harap kamu tidak akan menyerah. Rasa haus benar-benar sudah berada di tenggorokan. Kalau sudah seperti ini apa yang bisa disilaukan dari miliki sesuatu di dunia.

Sesungguhnya manusia kembali kepada Allah tidak membawa apapun. Asal muasalnya semua yang sudah dititipkan Allah kepada manusia, akan ditinggalkan manusia ketika manusia kembali ke tanah. Doakan Ibu bisa mendapat kenikmatan kubur ya sayang ....]

Rina menangis dengan bibir bergetar hebat.

[Apa Ibu pantas mendapat kenikmatan jika Ibu diamanahkan seorang putra tapi Ibu lalai. Bantu doakan juga untuk Dirga ya sayang. Semoga dia mendapat karma lalu bertaubat. Aamiin.

Ya Allah ... sungguh ibu akan bahagia jika Ibu pernikahan kalian Di sini. Terimalah apa adanya Eza.]

Tangis Rina pecah ketika membaca itu. Dengan penuh keharuan Rina menatap Eza. Mata Eza yang terlihat sangat sedih tanpa cahaya sama sekali.

"Apakah bisa sekarang dimulai pernikahannya?" salah satu pihak KUA.

"Tentu," jawab dari pihak saksi dari Eza. Eza melepaskan genggamannya dari sang ibu dengan pelan. Terlihat jelas jika Bu Susi berusaha membuka matanya walaupun Bu Susi merasa kesakitan. Rina tidak henti menatap wanita paruh baya itu yang tidak berdaya.

Malam itu tanpa hiasan pengantin seperti biasanya. Eza menjabat tangan Pak Mhudi. Berusaha mengendalikan diri agar suaranya tidak terpecah. Rina terus menahan air matanya sambil di peluk mesra sang Bunda.

Malam itu sangat hening. Perasaan dari masing-masing hati tidak bisa digambarkan. Biasanya calon pengantin adalah pasangan yang sangat membahagiakan dari kedua belah pihak.

Dengan keadaan sendu dan pilu, Eza masih menguatkan hati. Menata suara, menahan tangis. Ketika pihak KUA.

Memulai ijab qobul. Rina memejamkan mata sambil memeluk erat sang Bunda.

Tiada disangka suara itu benar-benar tegas ketika mengucapkan ijab qobul. Lebih tidak terduga lagi ketika adzan mengucapkan ijab qobul itu dengan bahasa Arab. Yang jelas-jelas itu yang sangat diinginkan Rina sejak dulu.

"Qobiltu nikahaha watazwijaha bimahrin madkur. Hallah."

Menjadi pusat perhatian Rina ketika Eza mengucapkan ikrar suci itu dengan suara lantang dan sangat jelas di telinganya. Suara yang benar-benar masih nyaring dan terus menggema di dalam pikiran Rina.

"Sah?"

"Sah ...."

Suasana haru bahagia serta menyedihkan. Membuat Bu Susi tersenyum bahagia dan mengikuti doa dari ayahnya Rina. Setelah doa selesai, Eza diminta untuk mengulurkan tangan kepada Rina.

Dengan perasaan canggung dan tidak bisa dikatakan lagi Rina akhirnya meraih tangan orang yang dicintainya selama ini. Dan, kini akhirnya menjadi suaminya.

Dengan pelan Eza menyentuh ubun-ubun Rina dengan tangan kirinya. Saat itu Rina benar-benar memejamkan mata dan air matanya menetes.

'Ya Allah Restu ikatan ini. Kuatkan hatiku ketika aku mendampinginya. Berkahi ya Robb.' Rina masih mencium punggung tangan Eza. Dan para tamu pun juga membacakan 'Asroqol Badru Alaina.' Saksi telah merestui keduanya.

'Apakah dalam diamnya dia mendoakanku? Apa itu mungkin? Dan kali ini aku benar-benar tidak menduga jika ucapkan ikrar suci dengan bahasa Arab. Jelas saja aku tidak pernah meminta itu,' batin Rina jelas bertanya-tanya. Ketika tangan Eza sangat lama berada di ubun-ubunnya.

Bersambung.