'Tindakan apapun darimu memang tidak pernah bisa ku duga. Kadang kamu bertingkah membuat aku benci. Tapi dengan mudah pula kamu membuat aku, kembali jatuh cinta lagi kepadamu. Sangat mudah kamu membuat aku kembali terperangkap oleh cintamu. Caramu yang sederhana itu membuat aku terus terbelenggu dan terikat. Sekarang aku sudah menjadi kekasih halalmu. Namun pertanyaannya apa kamu akan mencoba mencintaiku? Atau hanya terpaksa mencintaiku? Bagaimana aku tidak akan mencintai mu, jika kamu terus memberi pesonamu. Sekarang ini perasaanku seimbang. Antara cinta Dan kebingungan,' kata Rina dalam hati kemudian mengangkat kepalanya.
Saat itu pula Eza segera melepaskan tangan kanannya dari tangan Rina dan tangan kirinya dari kepala Rina.
Paman Eza memberikan cincin pernikahan. Rina melihat rasa terpaksa dari Eza. Eza memakaikan di jari manisnya Rina. Rina terus menatap laki-laki yang baru saja mempersuntingnya.
'Aku haru bahagia atau bagaimana?' tanya Rina dalam hati. Eza sama sekali tidak mengangkat wajahnya.
"Maaf buku nikahnya masih harus dibenahi, dan ... kami pamit," ujar pihak KUA. Ayahnya mengangguk lalu mengantar.
"Hehk."
Terlihat tubuh terangkat dari bawah pinggang Bu Susi. Eza segera mendekat dan membisikkan sesuatu kepada wanita yang melahirkannya. Kalimat tauhid terus di bisikan oleh Eza dan Rina.
Eza di telinga kanan dan Rina di telinga kirinya. Air mata terus berderai dan suara bergetar hebat. Terlihat jika Ibu Susi nafasnya sudah di ujung hela. Dengan suara lemas dan tidak berdaya. Eza masih bertahan untuk membisikan asma Allah kepada sang Ibu.
Napas terakhir sudah terhembus Eza pun lemas seketika. Tubuh yang lemas dan tidak berdaya.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun." Mereka semua mengucapkan bersama-sama.
Rina sangat tak kuasa melihat orang yang dicintainya pedih dan lemah. Ayahnya segera mendekat kepada Eza.
Memberi sebuah pelukan untuk menenangkan, Eza berusaha ikhlas dan tidak mengeluarkan air mata lagi. Setidaknya dia sudah mengabulkan permintaan terakhir dari ibunya. Dan melihat ibunya tersenyum bahagia sebelum meninggalkan dunia.
Eza melepas ayah mertuanya pelan-pelan, lalu membisikkan sesuatu. Rina sedari tadi memperhatikan suaminya. Eza memilih keluar dari ruangan, Paman-pamannya segera mengurus pemakaman.
Rina dan Bundanya keluar juga dari ruangan itu. Dia terus memperhatikan suaminya yang terlihat sedang menghubungi seseorang namun tidak bisa.
"Agrhhh ...!" teriak Eza membanting ponselnya dan jatuh tepat di depan kaki Rina. Rina mengambil ponsel itu. Jelas saja Eza berusaha menghubungi Dirga sebagai adiknya.
Namun, Dirga tidak menjawab telepon itu malah memberi foto kemesraannya dengan Intan. Kemesraan yang harusnya terjalin dengan ikatan suci pernikahan dan tidak semestinya diumbar. Kemesraan yang seharusnya rahasia ranjang tidak perlu dipamerkan.
Melihat Eza yang duduk di lantai sambil meremat kepala. Melihat Eza hancur dua kali. Rina hanya bisa membuang napas panjang, sambil menggelengkan kepala setelah melihat foto itu.
Namun hebatnya Eza dia sudah mengirim pesan.
[Ibu sudah meninggal dunia. Aku harap kamu bisa hadir di pemakamannya.]
Pesan itu sama sekali tidak mengatakan apapun. Di situlah Rina melihat kesabaran Eza.
Gadis itu ingin mendekat ke suaminya namun tidak memiliki keberanian sama sekali.
"Sayang hiburlah suamimu," pinta bundanya. Dari jarak lima belas langkah. Rina hanya diam dan terus memperhatikan suaminya.
Rina mengambil napas panjang-panjang dan segera berjalan menghampiri Eza.
"Kita berduka bersama. Jangan terlalu bersedih, Ibu juga akan sedih jika melihat Kak Eza seperti ini."
Eza pun berdiri. Menatap Rina dengan tajam. "Apa dia kira aku tidak bisa melakukan apa yang dilakukan Dirga? Ha?" tanya Eza. Rina hanya terbungkam dan menelan salivanya.
Saat itu, malam itu pula Eza menggandeng erat tangan Rina. Melangkah cepat bersama, Rina hanya menatapnya dari belakang. Dan terus mengikuti langkah Eza yang sangat cepat.
"Apa kesalahanku? Ha ...?" Pertanyaan itu lagi yang diajukan oleh Eza. Dengan mata berkaca-kaca Rina tidak bisa mengatakan apapun.
'Kamu tidak salah dalam mencintai, kamu mencintai dan juga bisa meredam nafsumu. Salahmu adalah kamu mencintainya dengan terlalu.'
Eza menatap tajam Rina dengan penuh tanda tanya. Dan mencekram kedua bahu Rina. Eza memejamkan mata segala napas kesalnya. Dia membuka mata dengan cepat mengambil bibir Rina dengan bibirnya.
Betapa terkejutnya Rina dengan tindakan tidak terduga dari suaminya. Rina sangat sadar jika itu semua hanya peluapan emosi dari Eza. Rina masih membungkam bibirnya tidak membukanya sama sekali. Eza berusaha menarik bibir kecil itu.
Bibir Eza yang sudah menempel pun akhirnya berhenti memaksa Bibir Rina yang tetap merapat. Eza menangis tertegun saat itu. Nangis dalam ciuman bibir. Perlahan dia melepaskan bibirnya dan kedua tangannya dari bahu Rina.
"Apa karena ini? Karena ini kan? Aku tidak bisa melakukannya kan? Aku tidak bisa memuaskan sekalipun kamu mencintaiku. Jadi karena ini Intan meninggalkanku, kan? Heh ... heh ...." Eza pergi dengan langkah palan. Rina masih berdiri mematung tidak berdaya.
Rina menangis menundukkan kepalanya, dia mengangkat wajah dan berbalik ke arah Eza. "Kamu sangat bisa melakukannya! Tapi aku bukan bahan praktek. Aku juga bukan benda pelampiasanmu. Aku tidak menerimanya karena perasaan kacaumu!" teriak tegas dari Rina yang membuat Eza berhenti berjalan tanpa menoleh.
Napas cepat keluar, Eza pergi meninggalkan Rina dengan langkah cepat. Rina yang masih merasa syok dengan tindakan Eza. Dia memegang dadanya yang berdetak cepat.
'Melakukan itu memang kesalahan jika belum menjadi kekasih halal. Kamu bisa melerai nafsumu saat berpacaran dengannya. Itu adalah sesuatu hal yang sangat istimewa. Dalam hasratmu kamu masih bisa mengingat Allah dan takut dosa. Ha ... aku sangat ingin teriak,' keluh Rina dalam hati.
Ponsel milik Eza berdering saat Rina yang memegangnya. Ternyata pesan Whatsapp dari Dirga.
[Maaf sekali aku tidak bisa hadir di pemakaman ibu. Bagaimana aku bisa hadir, saat ini saja aku sedang bulan madu dengan mantan calon istrimu. Dia terus memaksaku untuk melakukannya. Dan aku sangat berhasil. Kau pasti akan menyesal karena dia benar-benar bisa diandalkan dalam melayani hubungan ranjang.]
Dengan sangat kesal Rina menghapus pesan Whatsapp itu tanpa berpikir panjang.
[Selamat ya silakan menikmati.] Rina membalas itu kepada Dirga dan segera menghapus chat yang ditulisnya.
[Maaf Mas.]
Balasan yang terakhir tidak dihapus oleh Rina. Rina segera berjalan ke mobil. Saat raga yang tak bernyawa itu masukkan ke mobil jenazah.
'Semoga khusnul khatimah. Aamiin.' Rina mengusap wajah.
"Ayo sayang," ujar bundanya.
Rina melihat Eza yang juga masuk ke dalam mobil jenazah. Bundanya mengajak Rina untuk masuk ke mobilnya Eza. Rina mengikuti bundanya. Walau matanya terus melihat ke arah mobil jenazah yang berlalu, Rina bersandar kepada bunda, ketika tak lagi melihat mobil itu.
Bersambung.
Hai Readers semoga suka dan terima kasih jika terus mengikuti cerita aku yang seperti ini. Buat authornya semangat dong. Beri komen atau power stone. Komen saja juga boleh kok. Krisan juga boleh. Biar tambah semangat up nya.