webnovel

Mencari Informasi

Beberapa hari yang lalu, tepat setelah Arjuna mengungkapkan fakta tentang dirinya yang telah meniduri seorang perempuan.

Dirgantara terdiam di meja makan memikirkan semuanya. Hanya ada dirinya di sana, Arabel dan Arjuna sudah kembali ke kamarnya masing-masing.

"Hah ...."

Helaan napas Dirgantara kembali terdengar di tengah sunyinya malam.

"Aku tidak setuju dengan semuanya," ucap Arabel yang entah sejak kapan duduk di samping sang suami.

Tangan Dirgantara tergerak memijit keningnya untuk mengurangi pusing yang datang. "Arabel, kamu jangan mengajarkan Arjuna untuk terus kabur dari masalah. Kalau dia berani berbuat, itu artinya dia berani bertanggung jawab."

Suara tawa mengudara dari Arabel, tetapi tatapan sinisnya tidak sekalipun hilang.

"Kamu terlalu naif. Apa kamu pikir perempuan itu benar-benar perempuan baik-baik? Aku yakin, dia sengaja menjebak Arjuna," ujar Arabel dengan perasaan dongkol.

Karena, menurut Arabel hanya Agretha yang pantas untuk Arjuna. Selain itu, tidak ada lagi. Dia tidak rela Arjuna bersanding dengan wanita lain, karena hanya Agretha lah yang paling Arabel harapkan.

Dirgantara memang memikirkan hal itu. Bagaimana kalau perempuan itu memang menjebak Arjuna? Demi mendapatkan harta. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau perempuan itu adalah perempuan baik-baik. Jika perempuan itu adalah perempuan baik-baik, tidak ada alasan untuk Dirgantara menolak dia menjadi istri Arjuna.

"Dirga! Dengarkan aku untuk kali ini saja, Agretha merupakan perempuan yang terbaik untuk Arjuna. Lagipula, hanya orang bodoh yang percaya dengan semua ini. Arjuna tidak akan sudi menyentuh perempuan itu kalau dia tidak merancang semuanya sejak awal!"

"Bagaimana kamu bisa yakin kalau Arjuna tidak bersalah?" Kali ini Dirgantara tidak ingin memihak siapa pun, sebelum semuanya terungkap.

"Kamu pikir pakai logika. Mana mungkin Arjuna mau meniduri perempuan, sementara selama ini dia hanya fokus pada pekerjaannya. Juga, dia bahkan menolak Agretha, dan tepat pada malam itu, Arjuna tiba-tiba meniduri perempuan asing," jelas Arabel panjang lebar.

"Kamu bener ...," ucap Dirgantara setelah memikirkan secara matang.

Semunyan Arabel seketika merekah. "Jadi, semua masalah beres, kan? Sekarang kita harus fokus untuk membuat Arjuna menerima perjodohan dengan Agretha."

"Jangan gegabah, Ma." Dirgantara menatap sang istri datar. "Kita perlu membuktikan terlebih dahulu ucapan kamu tadi, baru kita buat keputusan."

"Ya ampun! Kamu ini ngeyel terus!" ketus Arabel sebal.

Dirgantara tidak memedulikan respon Arabel. Dia justru lebih memilih untuk meraih ponselnya, lalu memanggil nomor telepon seseorang.

"Arel, aku ada tugas untukmu."

[Apa yang bisa saya kerjakan, Tuan?]

Ares merupakan tangan kanan Dirgantara yang tidak dapat diragukan lagi. Dia tidak pernah membuat Dirgantara kecewa satu kali pun.

"Cari tahu siapa perempuan yang telah ditiduri oleh Arjuna di Club Artx kemarin malam," pinta Dirgantara.

[Baik, Tuan. Saya akan secepatnya mengirimkan data-datanya, beri saya waktu hingga besok.]

"Tentu, lebih cepat itu lebih baik," ujar Dirgantara setelahnya mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Arabel berdecak malas. "Kamu memang tidak pernah mau mendengarkan aku!"

"Arabel ... untuk sekarang, tolong jangan membuatku semakin pusing," keluh Dirgantara.

"Terserah kamu!" Arabel pergi dari sana dengan kekesalan yang menggebu-gebu.

Sementara Dirgantara hanya menatap kepergian Arabel dengan wajah malas.

-----

Esok harinya, sebuah surat sampai di tangan Dirgantara yang berasal dari Arel. Suasana sarapan menjadi sedikit memanas, pasalnya Arabel begitu emosi dengan kedatangan Arel.

"Ma, kamu bisa diam? Biarkan aku melihatnya dulu!"

Arabel berdecih. "Kamu hanya akan buang-buang waktu tahu!"

Arjuna kebingungan. Entah apa yang dipermasalahkan oleh kedua orang tuanya. "Apa isi map itu, Pa?"

"Tunggu sebentar," sahut Dirgantara mulai mengeluarkan seberkas data yang kemarin dia minta.

Claudya Maheswari. Nama yang tercetak tebal di sana, Dirgantara membaca dengan teliti dari atas hingga bawa.

"Perempuan ini ...," gumam Arjuna meletakkan data tersebut di atas meja. Lalu, dia mengalihkan pandangan pada Arjuna dan Arabel. "Arjuna, Papa sudah memutuskan kalau kamu harus mempertanggung jawabkan semuanya. Nikahi peerempuan itu, dan untuk perjodohan kamu dengan Agretha, akan dibatalkan."

"Apa-apaan!" pekik Arabel tidak terima.

"Jangan membantah, Ma! Aku sangat yakin, kalau perempuan itu tidak menjebak Arjuna."

"Tidak bisa! Pokoknya aku mau Arjuna dengan Agretha!" tukas Arabel.

Dirgantara tahu pasti Arabel akan menolak keputusannya. Namun, dia tidak ingin masalah terjadi suatu saat nanti. Lagipula, perempuan bernama Claudya itu merupakan perempuan baik-baik dan sederhana. Dirgantara hanya berharap perempuan itu dapat mengubah pandang Arjuna tentang kehidupan, supaya tidak terpaku kepada pekerjaan saja.

"Bagaimana dengan kamu Arjuna? Apa kamu mau kabur? Bagaimana kalau perempuan itu hamil dan menyebarkan ke semua orang? Bukankah itu akan membuat nama baik keluarga kita rusak?"

"Justru nama baik keluarga kita akan rusak kalau kamu ingin membatalkan perjodohan dengan Agretha, Arjuna!" Arabel menyahut, tidak ingin mengalah.

"Perjodohan Arjuna dan Agretha tidak diketahui oleh siapapun, kecuali kita dan keluarga Agretha. Jika mereka menyebarkan berita itu, tidak akan ada yang mempercayai mereka!" balas Dirgantara cepat.

"Kamu juga jangan salah. Kalau belum tentu perempuan itu akan hamil anak Arjuna. Dan, kalaupun dia berkata kepada banyak orang dia hamil anak Arjuna, bukankah tidak ada yang akan percaya?"

"Bagaimana kalau dia punya bukti tentang apa yang Arjuna lakukan malam itu?"

Pertanyaan Dirgantara membuat Arabel kelu.

Arjuna menatap kedua orang tuanya secara bergantian. "Aku memang harus mempertanggung jawabkan semuanya. Ini hanya formalitas, aku tidak mau nama baik kita hancur."

Arabel mendelik. "Apa kamu yakin? Kenapa tidak bungkam saja perempuan itu, kita kasih uang berapa pun, aku ingin kamu menikah dengan Agretha bukan dengan perempuan yang tidak jelas asal usulnya itu!"

"Aku tidak bisa asal membungkam dia seperti itu, Ma. Bagaimana kalau meminta pertanggung jawaban? Bukankah seharusnya aku mempertanggung jawabkan semuanya? Walaupun malam itu aku tidak salah sepenuhnya."

Arjuna mengingat apa yang terjadi malam itu. Saat perempuan asing mendekati dan memberikan obat itu kepadanya. Sampai, dia tidak menyadari telah meniduri Claudya yang bahkan tidak tahu apa-apa.

Dari CCTV hotel pun, Arjuna tahu kalau Claudya berada dalam situasi yang tidak tepat.

"Mama yakin perempuan itu sengaja menyerahkan diri, dia hanya menginginkan harta kita!" Arabel tidak akan menyerah untuk memperburuk nama baik perempuan itu sampai Arjuan memutuskan lebih memilih Agretha.

"Tidak, Ma. Dia tidak melakukan itu."

Mata Arabel menyorot tajam. "Kamu membela dia? Sadar Arjuna! Dia menjebak kamu, Mama tidak mau kamu menyesal nantinya!"

"Cukup, Ma. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, yang penting aku sudah mau bertanggung jawab, kan?"

"Kamu-!"

"Berhenti berbicara Arabel!" sentak Dirgantara yang merasa emosi pada sang istri. Sejak semalam dia hanya mencoba bersabar, tetapi semakin didiamkan, Arabel semakin menjadi.

"Kenapa aku harus berhenti berbicara?" tanya Arabel lantang.

"Hari ini juga kita temui keluarga Agretha, kita batalkan perjodohan itu!"

Mata Arabel membola. "A-apa?"