webnovel

Pernikahan

Keheningan terjadi selama beberapa waktu. Claudya tidak mampu untuk pergi kemanapun saat ini. Hanya terdiam membisu di tempat.

Acara pernikahan Claudya dan Arjuna sudah selesai beberapa jam yang lalu. Para tamu undangan sudah pulang ke tempatnya masing-masing. Kini hanya tinggal Claudya seorang.

Sementara Arjuna telah meninggalkan Claudya tepat setelah gedung tempat pernikahan mereka hanya menyisakan mereka berdua saja. 

"Kenapa dia belum kembali juga?" Berkali-kali Claudya ke arah pintu gedung berharap Arjuna segera kembali. 

Kemudian Claudya pun menatap jam dinding di tempat tersebut, dia menarik nafas panjang untuk menghalau rasa kesal karena ditinggal pergi begitu saja. 

"Ini sudah hampir satu jam, ke mana sebenarnya dia pergi? Apa dia sengaja meninggalkan aku di sini sendirian?"

Pikiran-pikiran buruk mulai berseliwahan di kepala Claudya. Bagaimana tidak, pernikahan yang terjadi saat ini bukan karena cinta. Namun karena keterpaksaan dan sebuah tanggung jawab dari Arjuna.

Claudya tahu jelas, dengan minta pertanggungjawaban laki-laki itu, membuat kehidupannya tidak akan seperti dulu lagi. Namun, dia terlalu takut membayangkan jika benih-benih dari laki-laki itu hadir di perutnya. Takut mendengar hujatan orang-orang, bahwa dirinya hamil di luar nikah.

"Apa aku harus menunggu lagi di sini? Tapi bagaimana kalau dia benar-benar meninggalkan aku. Apa dia akan setega itu?"

Dari yang Claudya lihat Arjuna adalah sosok yang bertanggung jawab. Terlihat jelas saat dia dengan sukarela menikahi Claudya yang bahkan tidak Arjuna kenali.

Hati Claudya dipenuhi rasa bimbang. "Apa aku pergi saja dari sini? Tapi bagaimana kalau dia kembali dan tidak menemukan keberadaanku?"

Kalau dia berdiri, perusahaan memadamkan hati untuk pergi dari sana. Namun, dia kembali dulu karena tidak enak hati kalau ternyata Arjuna benar-benar datang lagi.

"Ayo tunggu sebentar saja, Clau. Kalau Dalam waktu lima menit dia tidak datang juga, aku harus pergi dari sini."

Setelahnya, Claudya benar-benar menunggu. Satu menit berlalu, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan Arjuna. Dua menit berlalu, tetapi semua sama saja.

Detik jam dinding Claudya perhatikan secara intens, dan ... Lima menit yang ditunggu telah tiba. Claudya tersenyum miris, ternyata Arjuna memang benar-benar sengaja meninggalkan dirinya di tempat itu.

"Aku harus ke mana sekarang?" gumamnya kembali ke tempat semula sambil menunduk memikirkan apa yang harus dia lakukan. 

Claudya menatap sekelilingnya yang sudah sepi. Tubuhnya bergetar ketakutan, pasalnya siang telah berganti menjadi malam. Tidak ada yang bisa dia minta pertolongan, bahkan suaminya tidak akan memperdulikan keadaannya sekarang.

"Aku tidak mungkin pulang ke rumah, bagaimana tanggapan Ayah dan Ibu nantinya?" lirih Claudya dengan tatapan nanar.

Mereka sudah senang mengetahui dirinya telah menikah, apa jadinya kalau mereka tahu anaknya ditelantarkan begini. Rasanya Claudya terlalu takut membayangkan kemarahan mereka, takut merusak nama baik Ayah dan Ibunya.

Claudya merapatkan tubuh saat merasakan hawa dingin menyelimuti, karena dirinya hanya mengenakan kebaya yang tidak mampu menghangatkan tubuh. Claudya hanya berharap semoga saja Arjuna mengingat kalau dirinya masih berada di tempat ini.

Puk! Sebuah tepukan perang di pundaknya membuat Claudya mendapatkan sedikit harapan.

"Kamu masih di sini?"

Pertanyaan itu membuat Claudya mendongak senang. Namun, kesenangan itu tidak berlangsung lama, karena sosok laki-laki itu bukanlah Arjuna yang dia tunggu kedatangannya.

"Kamu siapa?" tanya Claudya. Pasalnya, kalau dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu, dia baru kali ini melihat sosoknya. 

Atau mungkin, Claudya saja yang tidak terlalu memperhatikan para tamu yang berdatangan.

"Aku diminta oleh Pak Arjuna untuk membawamu ke kamar pengantin. Dia sudah menunggumu sejak tadi, tapi kamu belum juga datang ke sana."

Claudia mengernyit bingung. "Lalu kenapa bukan dia yang datang ke sini untuk menjemputku? Aku sudah menunggu dia di sini lebih dari satu jam yang lalu."

"Tolong maafkan, dia sepertinya sangat kelelahan tadi dan memutuskan untuk istirahat sejenak. Sampai dia lupa kalau kamu masih menunggu di sini. Mari kita temui dia, dia sudah menunggumu sejak tadi."

Pantas saja, Arjuna ternyata tidak meninggalkannya seperti yang dia pikirkan. "Dia menungguku?"

Laki-laki asing itu mengangguk. "Iya, ayo aku antar. Kasihan dia sudah lama menunggu."

Claudya mengangkat tubuhnya yang sejak tadi menempel di kursi. Dia mengikuti laki-laki itu dengan perasaan tenang.

"Dia ada di lantai atas, ayo!" Laki-laki itu menuntun Claudya untuk masuk ke dalam lift.

Claudya hanya menurut, karena dia memang tidak tahu seluk beluk hotel ini. Yang terpenting dia cepat sampai di ruangan yang telah disediakan oleh keluarga Arjuna, meski dia tidak tahu harus bersikap bagaimana di malam pertama ini.

Lift terbuka, laki-laki itu kembali melangkah di lorong hotel yang sepi. Bulu kuduk Claudya berdiri, dia melirik sekelilingnya dengan perasaan takut.

"Apa tempatnya jauh?" Claudya membuka suara karena sejak tadi mereka hanya berjalan tidak tentu arah.

"Tidak jauh, kok. Sebentar lagi," ucapnya tanpa menatap Claudya.

"Kenapa di sini sangat sepi sekali?" 

"Karena kan sudah malam, para tamu pasti sudah beristirahat. Atau kalau tidak mereka keluar untuk mencari makan malam," jelas laki-laki itu.

Claudya kembali terdiam dan terus mengikuti sosok asing itu. Hingga mereka tiba di sebuah kamar yang telah dihias sedemikian rupa.

Bola mata Claudya bersinar memancarkan kebahagiaan. Hiasan indah yang mampu memanjakan mata membuatnya berdecak kagum.

"Silahkan masuk."

Claudya melangkahkan kaki ke dalam kamar tersebut. Tatapannya mengelilingi ruangan itu, dan ternyata semua memang dia dengan sangat indah. 

"Benarkah dia menyiapkan semua ini untukku?" gumam Claudya merasa tidak percaya.

"Tentu saja benar." 

Sebuah tangan melingkar di pinggang ramping Claudya. Sontak saja Claudya terkejut. "Apa yang kamu lakukan?"

"Menurutmu apa yang tengah aku lakukan, Sayang? Aku sudah menyiapkan semua ini untukmu."

"Lepas!" Claudya memberontak, laki-laki asing itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Tolong lepaskan!" pekik Claudya dengan suara yang bergetar. 

Air mulai mengalir membasahi pipinya. Claudya merasa hina saat laki-laki itu mulai mengecup pipinya. "Tolong jangan! Jangan lakukan ini!"

Ingatan Claudya kembali pada beberapa hari yang lalu, saat Arjuna menidurinya dengan kasar. Claudya takut merasakannya lagi. Tidak untuk kedua kalinya, Claudya tidak rela.

"Jangan, kumohon!"

"DIAM!!!"

Laki-laki itu mendorong Claudya ke kasur dengan kasar. Tangannya cekatan mulai merobek kebaya yang Claudya kenakan.

Tangis perempuan itu semakin menjadi-jadi. Tubuhnya letih karena terus memberontak, tenaga laki-laki itu sangat kuat.

"Tolong! Siapapun tolong aku! Aku tidak mau!"

"Kubilang diam, Sayang. Aku pastikan kamu akan menikmatinya."

Claudya menggeleng. Dia sama sekali tidak merasakan kenikmatan itu, hanya ada ketakutan yang ada dalam dirinya.

"Lepaskan aku, aku sama sekali tidak mengenalmu! Kenapa kamu melakukan semua ini?!"

Namun, laki-laki itu seolah tuli dan terus berusaha membuka kain yang Claudya kenakan.

BRAK!

"BRENGSEK!"