Sore itu juga, Farisha membawa Usman kembali ke swalayan. Di dalam mobil hanya ada dua orang, membuat lelaki itu terdiam kikuk di samping wanita seksi itu. Sementara ia melihat ke arah leher Farisha yang memiliki sebuah tanda merah. Tapi tidak berani untuk mengatakannya.
"Kamu lihatin apa?" tanya Farisha yang menyadari gerak-gerik pemuda di sampingnya. Ia sesekali melirik pada Usman.
"Eh, enggak ada apa-apa, Tante. Mungkin hanya perasaan Tante sendiri, mungkin," elak Usman. Lelaki itu tidak mau ketahuan dan tidak ingin wanita itu tahu apa yang ada di dalam benaknya.
"Oh, baiklah kalau begitu! Tapi kalau ada sesuatu, lebih baik kamu untuk jujur saja! Aku tidak mau kamu melakukan hal-hal yang mencurigakan. Oh, iya ... kamu sudah kasih KTP kamu ke ibu atau belum? Dia yang akan mengurus ke pak RT untuk membuat surat pengantar."
"Aku sudah memberikan pada Tante seminggu yang lalu, kan? Aku sekarang saja nggak bawa KTP punyaku, lah," ungkap Usman yang mengingat kejadian itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com