"Heliaoww, Sayangkuhh ... apa kabarmu hari ini? Apakah aku boleh bersandar di hatimu sejenak? Aku sangat merindukan kamu, Farisha," tutur Bram dengan senyuman menggoda.
"Kenapa selalu kamu, Bram? Ku kira kau tidak akan datang ke sini untuk menggangguku lagi! Lebih baik kau pergi dari sini." Dengan malas, Farisha menghela nafas panjang.
Rasanya tidak ingin ada orang yang mengganggu saat bekerja. Di antara semua lelaki yang pernah mendekati Farisha, hanya Bram yang tidak pernah menyerah. Ia tidak pernah membenci wanita di depannya. Karena ia benar-benar tulus semenjak mereka sekolah di tempat yang sama. Bahkan ambisi Bram bukan hanya di situ. Ia tetap menginginkan Farisha untuk menjadi miliknya dan akan menjadikan wanita itu sebagai satu-satunya yang ia cintai.
Wanita yang belanja di swalayan itu bisa melihat ketampanan Bram. Apalagi postur yang tinggi dengan gaya rambut dan gaya berpakaian yang membuat wanita meleleh. Baik muda dan tua, semua senyum-senyum melihat Bram.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com