webnovel

Tangisan Rindu

"Tak perlu ragu untuk mengucap atau pun memulai. Aku sudah paham dan mengetahuinya sejak dulu. Cinta memang tidak dapat dipaksa, pun aku tak bisa memaksa dirimu agar lulus 'melupa'. Semuanya memiliki hak. Aku berharap padamu, kamu berharap padanya. Biar saja." -o0o- Lupakan saja apa yang sudah terjadi. Miliki seutuhnya tentang apa yang baru kita peroleh saat ini. Karna kesempatan tak mampu didapat untuk yang kedua kali. Jika memang dapat, itu mungkin anugrah. Kita bersyukur saja atas semua yang telah dikehendaki oleh-Nya. Jangan menuntut, atau pun menyesali. Karna semua hal pasti akan indah pada waktunya. Percayalah.

SitiMaisyaroh2_ · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
416 Chs

Godaan Pagi Hari

"Hamzah, ayo bangun...," aku menggerak-gerakan tubuhnya yang sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. "Ini sudah pukul tujuh pagi. Bukankah kita mau jenguk Alif?"

"Hm...." Hamzah menggeliat tapi matanya masih mengatup rapat.

"Ih ayo bangun..., bagaimana kalau akang dan Amzar menunggu kita terlalu lama di sana?"

Dia terdiam dan masih terlelap.

"Hamzah?"

"Hm?" tanyanya singkat.

"Ish ayo bangun." aku menarik tangannya tapi Hamzah benar-benar lemas sekali.

Karena kesal, aku segera ke kamar mandi lalu membawa segayung air.

"Hamzah. Ayo bangun...." pintaku ketika kembali.

Lagi-lagi, dia masih tak bergeming.

"Oke. Kalau aku hitung sampai tiga kamu belum bangun juga, aku siram pakai air.

"Hm. Jangan." lirihnya pelan.

"Iya makanya bangun. Ayo." aku menarik tangannya.

"Lima menit lagi. Masih ngantuk." ujar ya kemudian berganti posisi jadi membelakangiku.

"Ish." aku semakin kesal lalu berdiri.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com