webnovel

Tales of The Philosopher

Alex, seorang remaja laki-laki dengan latar belakang yang misterius. Remaja laki-laki yang bisa melihat sisi lain kehidupan melalui mata tajamnya. Dia adalah seorang yang berani untuk berdiri teguh melawan dunia yang menindasnya.

NagaPerak · Histoire
Pas assez d’évaluations
8 Chs

Act 03 Extras

Sesampainya di gereja, St. Martell Uskup Johanes langsung bergegas masuk kedalam. Sementara itu, aku terus mengikutinya dari belakang dengan penuh rasa heran. Alasan apa yang membuat beliau sangat peduli dengan anak kurang ajar itu.

"Mark, kau tunggu disini saja." Ungkap Uskup Johanes.

"Tapi-"

"Kau tidak perlu khawatir. Keberadaanmu tidak diperlukan saat ini. Sebagai gantinya kau bisa melakukan pemeriksaan pada para pendeta disini." Lanjut Uskup Johanes sambil pergi meninggalkanku dengan sedikit tergesa-gesa.

Meski uskup tidak ingin aku mencari urusannya, bukan berarti aku akan diam. Saat ini aku tidak bisa melawan perintahnya, jadi aku hanya akan bertindak sesuai arahan beliau yaitu untuk memeriksa para pendeta yang ada di gereja St. Martell ini. Biasa para pendeta itu ada di sebuah ruang khusus yang dibuat untuk tempat pendeta itu tinggal. Namun aku sudah setelah aku mengecek tempat itu, aku tidak menemukan satupun pendeta sama sekali.

Setelah itu aku mendatangi beberapa tempat, aku menemukan seorang pendeta sedang menyembunyikan sesuatu dalam sebuah kantung hitam besar. Pendeta itu melihatku dari kejahuan dan sepertinya dia cukup terkejut saat aku datang menghampirinya.

"Apa yang sedang kau lakukan." Tanyaku pada pendeta itu.

Pendeta itu juga tidak cukup bodoh untuk tidak mengenali pelayan gereja pusat sepertiku ini. Dia dengan cepat langsung menyembunyikan kantung hitam besar itu dibalik tubuhnya.

"Apakah anda tuan pelayan yang dikirim dari gereja pusat?" Tanya pendeta itu dengan gugupnya.

Sudah tertulis di kitab peraturan, hukuman bagi para pendeta yang melakukan penyelewengan akan mendapatkan siksaan menyakitkan untuk membalas kejahatan mereka. Selain itu pelaku juga akan diberi sebuah cap dengan besi panas di punggungnya sebagai tanda jika diadalah seorang pendosa besar, tidak lupa jabatannya sebagai pendeta akan dilepas.

"Apa yang ingin kau sembunyikan dariku?" Tanyaku sambil memojokan pendeta itu.

"Eh… Apa… Apa maksud anda?" Balas pendeta itu dengan gugupnya. Aku bisa melihat keringat mulai bercucuran dari dahinya itu.

"Berikan padaku. Kau tidak ingin mendapat siksaan dari para dewan tinggi gereja Parmos kan?" Ungkap terus memojokan pendeta itu.

"Ba.. Baiklah." Lanjut pendeta itu sambil memberikan kantung hitam besar itu kepadaku.

Sesuai dugaanku kantung hitam itu berisi uang. Pendeta itu pasti sudah melakukan penyelewengan dengan memaksa orang-orang untuk membayar sejumlah uang atas nama gereja Parmos. Terlebih uang yang ada didalam kantung ini cukup banyak.

"Siapa namamu?" Tanyaku kepada pendeta itu.

"Saya adalah pendeta Willskin." Balas pendeta itu sambil menundukan kepalanya. Dia tidak berani menatap wajahku.

"Kau harus bertobat pendeta Willskin. Aku berbaik hati tidak akan membawa masalah ini ke dewan tinggi gereja Parmos. Tapi kau harus bertobat mulai dari sekarang." Ungkapku.

"Te… Terimakasih. Saya berhutang kepada anda! Saya pasti akan bertobat!" Balas pendeta Willskin sambil bersujud didepanku.

Dia sepertinya sangat tahu hukuman berat yang bisa menimpanya jika masalah ini sampai diketahui. Meski tidak bisa menyakinkan uskup agung untuk bertemu dengan anak sialan itu, setidaknya aku mendapat sesuatu yang sebanding sebagai gantinya.

"Lalu untuk apa anda datang kemari." Tanya pendeta Willskin.

"Aku kesini Bersama dengan Uskup Johanes. Sepertinya beliau ingin menemui seseorang. Apa kau melihat seseorang datang kesini sebelum aku datang kemari?" Tanyaku.

"Eh… Tadi aku hanya bertemu dengan dua pemuda. Mereka datang untuk berziarah sepertinya." Balas pendeta Willskin.

Aku cukup terkejut mengetahui jika apa yang dikatakan uskup Johanes benar-benar terjadi, Ini membuatku menjadi bertanya-tanya tentang hubungan yang mereka berdua miliki.

"Memang ada apa dengan mereka berdua? Apa… Mereka orang penting?" Tanya pendeta Willskin yang sepertinya sudah dipenuhi oleh rasa penasaran.

"Diantara dua pemuda itu, ada yang berambut hitam bukan?" Tanyaku untuk memastikan.

"Benar, salah satunya berambut hitam. Dia seperti seorang dengan keturunan campuran." Balas pendeta Willskin kembali.

Rambut hitam adalah salah satu cirikhas dari rambut orang timur. Sudah hal yang wajar jika orang timur akan selalu menjadi orang kelas dua di benua barat ini. Hal ini semakin membuatku heran, rahasia apa yg dimiliki anak itu.

"Aku tidak tahu latar belakangnya. Ada kemungkinan dia hanya anak haram seorang bangsawan tapi siapa peduli? Seorang anak haram dari bangsawan itu tidak lebih rendah dari pada sampah." Balasku dengan penuh keyakinan.

Aku yakin anak yang tidak tahu diri itu hanyalah sampah masyarakat yang bahkan tidak pantas diperhatikan! Namun kenapa uskup Johanes sangat memperhatikan anak itu?

"Jadi apa tindakan yang sebaiknya kita ambil?" Tanya pendeta Willskin memecah lamunanku.

"Jauhi pemuda berambut hitam itu. Jangan membuat masalah dengannya untuk saat ini." Ungkapku kepada pendeta Willskin.

Selama anak itu memiliki dukungan uskup Johanes. Terlebih lagi latar belakagnya sangatlah misterius. Aku tidak bisa gegabah saat ini.

"Baiklah, aku mengerti." Balas pendeta Willkskin mengiyakan.

Setelahnya aku pergi menemui beberapa pendeta lainnya dan tidak membicaran tentang apa yang telah dilakukan pendeta Willskin ataupun pembicaraan kami berdua. Hingga akhirnya uskup Johanes keluar dari gereja St. Martell.

Yohoho.... Akhirnya selesai juga menulis Act 03 Extras ini! Lumayan banyak yang harus dibahas disini.

Act 03 Extras ini, kita melihat sudut pandang karakter bernama Mark Leaves. Seorang utusan petinggi gereja parmos yang ditugaskan untuk melayani uskup agung Johanes.

Apa kalian bisa liat ada sesuatu yang ganjil di gereja parmos? Atau mungkin kalian tidak sadar?

Untuk itu jangan ketinggalan untuk Act selanjutnya! Semua mulai kompleks saat ini dan karakter utama kita, Alex akan mulai beraksi juga lohh... Ditunggu saja Act selanjutnya ya...

NagaPerakcreators' thoughts