Seluruh tulangku terasa lemas sesaat ketika dia kini berada di depanku. Tingginya hampir dua meter, dengan telinga runcing, mata merah menyala seolah menusuk tajam ke arahku.
Cakar tajam di jemarinya seolah tak sabar untuk bisa mencabik-cabikku hingga berkeping-keping. Dia semakin dekat denganku, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Rasanya hidupku telah ditakdirkan di tangannya, dan tanpa dikenang oleh siapapun.
Entah apa yang bisa aku lakukan sekarang, karena aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, hanya bisa pasrah dengan keadaan. Kepalaku pusing dan mataku berat untuk membuat ku tetap terjaga, seolah sosok tersebut memiliki kekuatan khusus untuk menghipnotis seseorang, dan kali ini aku adalah salah satunya yang berhasil dia hipnotis.
Semuanya menjadi gelap.
Jeep hitam itu melaju kencang di sisi jalan, dengan tatapan khawatir, mata pria itu melihat ke kiri dan ke kanan dari setiap sudut jalan. Sangat aneh. Tidak seperti biasanya, malam itu suasana di jalanan yang biasanya ramai menjadi sangat sepi seperti terkena Lockdown dan mengurung diri di rumah masing-masing.
Karena jalanan yang begitu sepi, membuatnya melaju tanpa berpikir panjang. Tangannya gemetar, tangan kanannya memegang kemudi, lalu jari telunjuk kirinya, dia memasukkannya ke dalam mulutnya, menggigit kuku kecil di jari telunjuknya. Dia selalu seperti itu jika sedang dalam keadaan panik.
"Ayo di mana kamu!" Dia mendesis saat dia melihat sekeliling, matanya tidak berkedip sama sekali, saat dia mengintai setiap jalan yang dia lewati.
Meski sudah dua kali mengitari kompleks itu, saat kembali ke depan toko bunga tempat temannya bekerja, Richard sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan temannya di sana.
Dan yang membuatnya bingung adalah ketika pesan darinya hanya terbaca namun tidak dibalas oleh Nicholas. Itulah yang membuatnya berpikir cemas sampai sekarang.
Apalagi setelah dia membaca artikel di internet seharian penuh, membuatnya sangat panik dengan ribuan pertanyaan bermunculan di kepalanya saat ini.
"Ini salahku, kenapa aku bersikap dingin padanya, padahal dia seharusnya membutuhkan bantuanku, ada apa denganku? Seharusnya aku tidak melakukan itu padanya, karena aku tahu Jika dia merasa seperti itu, dia pasti sangat bingung sekarang dan membutuhkan teman!" Richard bergumam menyesali apa yang telah dia lakukan, karena bersikap dingin pada teman satu-satunya.
"Ayolah ini adalah waktunya di jam yang aku lihat di artikel itu," desisnya kembali sambil melihat ke kiri dan ke kanan dengan cemas, dia ingat tentang artikel yang dia baca, jika beberapa hari sebelum bulan purnama, Alpha akan mendatangi orang yang dia gigit sebelumnya, memastikan apakah orang itu berhasil menjadi kawanannya atau tidak.
Karena jika berhasil, maka sang Alpha akan mengizinkan orang yang digigitnya sebelumnya, untuk bisa merasakan bulan purnama pertama. Namun bagi orang yang gagal beradaptasi dengan gigitan yang diberikan olehnya, maka dia akan dibunuh pada saat itu juga.
Dan itulah yang terlintas di kepala Richard sekarang. Memang semuanya masih abu-abu, tidak ada kejelasan yang menegaskan jika temannya telah digigit makhluk itu. Tapi setidaknya berjaga-jaga adalah hal utama yang dibutuhkan untuk saat ini.
[Suara Klakson]
Richard menekan klakson mobilnya beberapa kali, dengan tanda yang biasanya hanya diketahui Nicholas. Namun sejak dari tadi tidak ada tanda-tanda keberadaan dari sahabatnya sama sekali.
Ketika dia melihat ke kiri dan ke kanan di jalan, matanya langsung berhenti melihat ke depan ketika dia melihat sosok pria tergeletak di jalan.
"Astaga, jangan katakan itu, Nicholas"
Richard dengan cepat mengegas mobil dan menuju ke arah di mana dia melihat sosok pria itu tersungkur di sisi jalan.
Dia mengerem dengan cepat, lalu membuka pintu mobil, Dia melompat keluar begitu cepat, lalu mendekati pria yang dia pikir adalah Nicholas.
Matanya melebar, ketika dia mendekat dan melihat bahwa pria yang jatuh di pinggir jalan itu memang Nicholas. Richard dengan cepat langsung menghampirinya.
"Hei, Nico. Bangun! Hei, ada apa?" Richard dengan panik mencoba membangunkan Nicholas yang tidak sadarkan diri, dia mengangkat kepalanya dan meletakkannya di pangkuannya, lalu menepuk pipinya beberapa kali untuk membangunkannya.
"Bangun Nicholas!!!" Suara gemetar dan khawatir itu keluar dari bibirnya, dia yang merasa sangat ketakutan, ketika melihat temannya pingsan di pinggir jalan.
Dengan paksa, Richard segera mencoba mengangkat tubuh temannya dan membawanya ke mobilnya. Karena tidak mungkin jika dia tinggal di tempat yang sama, tanpa meminta bantuan dari seseorang yang mengerti situasinya.
Dia menggendongnya dengan susah payah, karena bisa dikatakan bahwa tubuh Nicholas lebih besar dari Richard. Tapi dia mati-matian berusaha menggendong temannya, agar dia bisa masuk ke mobil.
Setelah berusaha keras dan keringat yang bercucuran di dahinya, Richard segera membuka pintu mobil dan memasukan Nicholas yang tidak sadarkan diri dengan tubuh yang begitu lemas. Tubuhnya sangat dingin dan napasnya juga sangat lambat.
"Brakkk"
Richard menutup pintu begitu keras, lalu dia dengan cepat berlari ke sisi kiri mobil, lalu dia masuk dan membanting pintu hingga tertutup. Setelah itu, dia langsung tancap gas dan meninggalkan tempat itu.
Raut panik dan khawatir tergambar jelas di wajahnya,
"Ah, arah rumah sakit terdekat harus berbalik," katanya sambil memukul stang mobilnya, lalu dia dengan cepat membelok untuk berbelok ke jalan yang sepi.
Saat dia melihat ke kaca spion, untuk memastikan jalanan sepi, matanya terganggu ketika dia melihat seorang pria berdiri di bawah tiang lampu jalan.
Namun ketika dia mencoba menoleh dan melihat langsung ke arah itu, dia tidak menemukan sosok pria itu.
"Sialan! Siapa lagi itu!" Richard mengutuk, lalu melesat cepat dari tempat itu.
Saat dia melewati lampu jalan di mana dia melihat sekilas sosok pria itu, Richard menyipitkan matanya untuk memastikan dia tidak salah paham dalam pantulan jendela mobilnya.
Tapi ketika dia melakukannya, sosok pria itu tidak ada di sana.
"Mungkin aku hanya salah melihatnya!"
Dia bergumam, dan segera kembali menancap gas mobilnya.
"Oke, Nicholas tunggu sebentar, aku akan membawamu ke rumah sakit terdekat," kata Richard dengan panik sambil mengemudikan mobilnya.
Dia dengan cepat bergegas ke rumah sakit, hanya perlu lima menit sebelum dia akhirnya tiba di pintu ruang gawat darurat terdekat.
Saat Richard menghentikan mobilnya, dia langsung turun dari mobilnya dan memanggil suster yang ada di area depan.
"Tolong bantu aku!" teriak Richard sambil membuka pintu, lalu menunjukkan bahwa ada seorang pria di dalam mobilnya.
Tidak lama kemudian dia perawat itu tiba dengan membawa ranjang pasien, dan dengan segera memposisikan tepat di sebelah mobil Richard.
Saat perawat mengurus Nicholas, Richard hanya bisa diam, dia mencengkeram rambutnya dengan kuat, raut wajah panik menghiasi wajahnya saat ini.
"Kumohon sadarlah Nicholas!!!"