webnovel

Sweet Sinner 21++

ROMANCE 21+ Permainan tidak datang begitu saja tanpa garis yang terbentuk ketika Robert Luxembourg memperbudak gadis yang tanpa sengaja melibatkan kematian pengantinnya. Claudia Pricilia atau yang kerap disapa Persia pun tak mampu sekedar menolak untuk bernapas di samping pria yang rutin menghukum dirinya atas tragedi, meski tak percaya tapi Persia harus tahu jika dirinya adalah terdakwa kasus pembunuhan terhadap Hilda Luxembourg, "Ini tidak sebanding ketika kau meremukkan jantung istriku." Robert berkata lagi saat jengkal tangannya mencakup jemari Persia disusul lidahnya menjilat dada Persia. "Itu kecelakaan," Persia harus tetap menghindari wajah di atasnya, "aku tidak sengaja!" "Kalau begitu anggap aku tidak sengaja menyetubuhi mu, Baby!" Jejak merah sengaja Robert tinggalkan saat caruk leher Persia begitu menggoda. Hukum alam telah berkuasa ketika Persia mulai menahan sakit saat Robert melakukan petting. Kali ini Robert harus merenggut apa yang telah direnggut paksa oleh keadaan, dendam pun kini menjadi isyarat untuk Robert tetap mencumbui kecantikan yang tak kalah dengan almarhum istrinya sekaligus menghantam ancaman dari mantan kekasih Persia bernama Edo Mahardika.

El_BryanBrunch · Urbain
Pas assez d’évaluations
22 Chs

Sweet Sinner | MENCUMBUINYA [LAGI]

Belaian lembut itu semula memberi dampak hingga imaginasi Persia terbentuk. Pelan Persia hanyut ketika rayuan Robert memang menjanjikan makna hingga Persia tanpa sadar sudah merelakan harga diri sekaligus keperawanan. Tapi berbeda saat Persia mengerti artinya kesakitan fisik dan batin karena Robert enggan berhenti bereaksi, wajah tampan itu mencurangi kelemahan Persia dan ragam caranya memang memabukkan.

Persia menoleh ke sembarang arah hingga ia meremas-remas kain sprei, meski Robert berulang kali menjerat tangannya agar rasa pedih itu segera hilang tapi Persia muak saat mendapati lidah dan bibir itu berkecamuk. Bahkan Persia jijik ketika Robert menatapnya sembari menarik warna cokelat kemerahan di dadanya dengan sengaja, melepas kemudian tersenyum miring saat Persia menggeliat hebat mendapati kilikan,

"Emhh... Sedikit lagi sayang," Robert meninggikan punggungnya sengaja untuk melihat raut Persia lebih jelas dari jarak 30 centimeter, "aku juga sedikit merasa tidak nyaman oleh milikmu yang masih sangat rapat! Tapi aku mencoba menikmati ini."

Meski demikian Robert berusaha untuk berkata mencela, tapi sungguh ia tidak sanggup melihat air mata Persia. Meski baginya hal lumrah ketika wanita baru permata kali melepas keperawanan, tapi sedikit pengetahuan tentang kehidupan Indonesia Robert paham itu menjadi hal berat untuk seorang wanita. Meski tidak semua, tapi Persia terlihat kecewa dan hancur.

Segala rasa peduli Robert hilang saat rasa itu menghujam malam dan ia tidak sanggup menopang beban berat di bawah sana. Miliknya merasa di manjakan, melata di dalam celah hangat dan getaran yang merambat pikiran terutama Robert hendak mencapai puncaknya. Ia terus menggerakkan pinggul, pelan namun kali ini berubah brutal dan Robert semakin menjadi, mulutnya rakus mencecap bentuk sintal terasa menyenangkan di lidah. Telinganya memang sukar mendengar rintihan bahkan kali ini Persia berteriak, meminta untuk mengakhiri tapi Robert tidak sanggup. Sampai akhirnya ia mengerang tanpa batas dan semakin kuat dalam bercinta.

Menit sudah terlalu menghina bahwa Persia sudah tidak suci lagi, ia menangis tak hanya merasa sakit hati tapi bentuk besar itu semakin merajalela hingga Persia tidak sanggup menahan dengan mata terbelalak menerima pacuan hasrat Robert.

Entah itu memaksa atau tidak sengaja Robert bersetubuh dengan wanita yang sudah membunuh istrinya, Robert tidak mengenal artinya sekarang. Ia hanya mengusaikan klimaks berujung kenikmatan saat mencapai orgasme, Robert juga tidak pernah mempermasalahkan saat benih-benih cintanya tertuang di dalam rahim Persia. Bagi Robert itu hanya pencapaian yang adil, kalaupun Persia harus mengandung anaknya itu suatu keberuntungan dan hadiah.

Napas panjang berakhir memukuli wajah dan lengan, Robert menyusupkan wajahnya di leher kemudian berlanjut mendecap dada Persia. Sampai pukulan tangan Persia berhenti, Robert meneliti raut yang masih terpenuhi air mata. Pelan kelopaknya terpejam sampai Robert terpana dan merasa pikirannya dangkal,

"Cantik," Robert mengikuti gerak-gerik keringat menetes dari pelipis Persia, "bahkan kau sangat cantik Persia, kau tidak pantas menangisi pria 'berengsek' milikmu itu."

Rupanya Robert masih setia memikirkan kegundahan hati Persia hingga terjadi hal di luar dugaan. Bullshit! Tidak ada tindakan di luar nalar bagi Robert sekarang, yang ia tahu tubuh Persia merupakan ramuan,

"Maafkan aku Persia, tapi aku tidak akan pernah menyesali perbuatan ini." Robert menunduk untuk mencabut segala gairah yang tertanam. Tapi matanya tak beralasan untuk beranjak saat bercak darah ada di sekitar sprei terutama miliknya.

Entah Persia tertidur atau karena tidak sanggup dengan pengaruh alkohol dan permainan Robert. Padahal itu hanya segelintir sesi tes Robert saat bercinta dengan seorang gadis, ia sendiri tidak pernah berlaku lembut saat gairahnya memuncak, tapi kali ini lain saat terbukti bahwa Persia bukan wanita-wanita yang sering Robert temui,

"Aku... Tidak percaya Persia, tapi kau membuatku yakin masih ada wanita cantik sepertimu menjaga baik mahkotanya." Robert tersenyum gila! Kemudian ia beranjak dari tempat tidur, menarik selimut keemasan untuk melindungi pori yang nampak sangat lembut.

"Nice dream, Baby!" Rambut panjang Persia ia belai, menyimpannya di antara sentuhan lembut Robert. Lalu Robert mengecup kening Persia.

[...]

Lama Robert mencoba menyibukkan diri dengan ponsel, berjalan kesana kemari meski matanya terlalu memburu tubuh berbalut dengan selimut tebal, sesekali Robert beralih muka ketika mendapati tubuh Persia menggeliat, satu bahkan dua kali Robert harus memperbaiki selimut yang kurang ajar terbuka. Bentuk sempurna bak biola itu gagal mengurung pertahanan jika Robert tidak akan menyentuh, bahkan sekedar berdekatan dengan wajah Persia saat ia membetulkan posisi tidur saja di dalam sarafnya sudah memikirkan hal itu lagi.

Semula rambut tertata rapi itu berantakan saat Robert terus memijit-mijit kepalanya, rasa itu membuat Robert sesak napas bahkan di bawah sana sudah enggan berlama-lama terkurung di dalam brief boxer. 'Keparat, bisa-bisa aku mejadi maniak sex.' Hatinya mencoba mengutuk namun gelora tubuh tidak berhasil ditipu, apalagi saat itu selimut tidak sengaja jatuh karena Persia tidak sadar sudah menyingkirkannya. Tapi sebentar, Robert tidak akan tergoda karena hatinya masih berusaha yakin ia bisa. Lalu Robert kembali meraih ponsel dan nyata layar canggih itu gagal menghibur, sampai Robert mencoba untuk tidur di atas sofa namun iris emasnya tanpa lelah mengintai tubuh Persia di atas ranjang.

Robert mulai malas dengan gairah yang kembali timbul, kemudian ia meraih jas dan celana panjang. Tak lama Robert mulai akan membuka pintu kamar dan terdengar Persia melenguh dan tanpa basa-basi mata Robert menangkap geliat tubuh itu terlalu mempesona, ia pun hanya mematung tanpa ingin beranjak dari sana,

"Aku sudah berusaha, tapi dua kali ini kau memulai dan membuat keinginanku timbul Persia." Gumam Robert tidak sanggup menahan gairahnya lagi.

Robert segera membuang jauh jas dan kemeja, ia melepaskan seluruh kemauan dengan mendekati tubuh Persia. Nada dari napas Persia seakan melambai diiringi degup jantung Robert semakin cepat. Saat Robert mulai menunduk untuk mengecup betis Persia hal tidak waras sudah bersorak ingin kembali mengulang percintaan. Kemudian buku jari Robert merayap di kulit Persia, lidahnya menjadi peran utama agar Robert berhasil mencipi rasa tubuh Persia. Ia tersenyum dan melanjutkan menjilati paha saat tangan Persia mencoba menari di atas kepalanya,

"Ungh..." Persia menggigit bibir bawahnya, dan ia mengerjap mulai bangun dari tidur.

Tidak percaya tapi memang Persia sudah berada dalam jeratan Robert lagi, lalu Persia berusaha bangkit dan mencari pelindung agar Robert tidak berhasil menyentuh tubuhnya. Tapi memang kebebasan tidak lagi berpihak padanya,

"A...apa yang kau lakukan?" Persia menarik kakinya dari waajah Robert, "pergi!"

Tidak ada jawaban karena Robert malas meluangkan waktu terutama mulutnya memberi alasan, lebih baik Robert mencecap kulit Persia,

"Pergi! Aku... Tidak mau," Persia menggeleng dan mencoba bangun sambil menutupi dadanya dengan kedua tangan, "aku mohon jangan!"

Sekedar menghindar dan pukulan tidak menghalangi niat, karena yang ada di kepala Robert hanya mencumbui gadis di depannya. Dan dengan menarik kedua kaki mulus itu Robert berhasil mendapatkan bentuk sintal ke dalam mulut, terutama jemari Robert sudah berhasil mencengkeram kedua tangan Persia ke atas. Satu tangannya lagi mencakup liang sempurna yang sudah sangat kurang ajar dengan miliknya, membelai tanpa Robert memasukkan ibu jari ke labia mayor Persia karena Robert berusaha hati-hati dengan foreplay kali ini. Bagi Robert permainan yang adil untuk kedua kali sangat baik,

"Kau akan terbiasa Baby, aku sangat bahagia jika membantumu." Kewanitaan terasa lembut itu sudah mampu menggetarkan bentuk spektakuler milik Robert.

Tenaga Persia belum terkumpul sepenuhnya terutama hasil persetubuhan tadi, Persia hanya bisa menolak dengan menoleh ke sembarang arah. Tapi untuk bebas memang tidak akan mungkin, sebuah dampak dari sentuhan Robert pun seperti ekstasi dan Persia merasa Robert memujanya. Seolah dihargai meski Persia tahu ini bukan keinginan tapi pelan pikiran Persia hanya menuruti reaksi tubuh, memang rasa itu terlalu menjijikkan tapi Persia tidak bisa berbuat banyak serta suaranya mulai habis saat menangis.

Sedikit bermain dengan organ di bawah sana Robert merasa Persia menyetujui permainan malam ini, lalu Robert melepas kedua tangan Persia dan mengubah posisi tubuh Persia menyamping. Robert leluasa mengecup bongkahan bokong seksi serta meremas-remasnya meski Robert tahu Persia masih saja menghalangi niatnya tapi Robert tidak akan mengerti rumus itu, kepalanya cuma berisikan gairah di saat Robert mencakup dada Persia dengan kedua tangan. Mulutnya tanpa berhenti bergulir di punggung berlanjut tengkuk Persia,

"Tidak akan sakit," Robert membuka satu paha Persia lebar-lebar, "kalau kau diam dan menuruti sesi nikmat ini Persia."

Persia tidak tahu dengan ocehan sialan yang sebenarnya membuat telinga Persia gatal, Robert terlalu binal ketika menjilat daun telinga Persia. Lidah hangat dan basah itu mulai menimbulkan rasa aneh karena desiran darahnya mulai menggugah selera,

"Peluk aku dan lampiaskan rasa sakit mu ketika kita bersetubuh Baby," Robert membelai celah nikmat Persia dengan miliknya, "aku janji ini tidak akan terasa sakit seperti tadi."

Tidak mungkin. Rasa itu saja masih meninggalkan bekas dan Persia tidak yakin meski kini ujung besar itu sudah mulai menerobos dan menagih hak-hak pelampiasan bercinta, Persia menahan rasa perih kedua kalinya namun sentuhan Robert di dada sedikit mengecoh apalagi bentuk mungil areola yang sudah dimainkan memberi rasa yang berbeda,

"Sakit?" Tanya Robert saat vitalnya mulai terbenam.

Tanpa jawaban hanya saja Persia mendongak serta kembali menangis sudah cukup memberitahu, tapi Robert memiliki cara lain dan ia mengusap lembut paha Persia. Mulutnya bergerilya di telinga lalu Robert melingkarkan tangan Persia di tengkuknya untuk mempermudahkan Persia melampiaskan di area kepala Robert.

Pelan Robert mulai melakoni gairah sang malam, ia menggerakkan pinggul agar miliknya berhasil keluar masuk dengan sempurna. Tangannya mencoba berlaku seimbang saat Persia melenguh dan mengucapkan kata 'sakit', saat itu Robert mengamati wajah cantik tanpa mengingat sosok Hilda. Matanya sudah terkecoh oleh wujud yang mulai menggeliat, menahan desahan dan sesekali menolak ciuman Robert. Tapi itu tidak masalah karena bentuk berbahaya miliknya sudah mendapatkan tempat khusus di dalam miss v Persia, saat Robert melihat dengan jelas miliknya keluar masuk di celah kecil itu sungguh luar biasa, gairahnya pun melambung hingga menembus batas-batas indah yang ada di dunia ini.

Sesi spooning Robert wujudkan agar Persia sedikit terbebas dari rasa sakit. Dan Persia mulai meremas-remas rambut cokelat Robert, jemari mereka saling berhubungan tanpa jeda Robert memberi kecupan di leher Persia.

Persia menatap langit-langit kamar yang berwarna putih keabu-abuan, matanya berair namun suaranya terbenam di dalam kecupan Robert,

"Eemmhh... Le...pashh!" Persia terus mengumpulkan kondisi yang hanya mampu menggeliat, ia sudah tidak layak untuk bangun karena tangan Robert terlalu kuat.

Bukan sesuatu yang gila bagi Robert sekarang, meski tidak ada satu perasaan apapun terhadap Persia tapi pesona wajah itu terlalu memabukkan. Ia berusaha tidak peduli karena bukti kesabaran Persia terhadap laki-laki 'berengsek' itu cukup bukti Persia wanita yang kuat. Rasa kagum mulai timbul berulang kali ketika permainan tubuh mereka sudah terlalu jauh dan Persia berhasil mendesah panjang, entah itu pelampiasan rasa sakit atau hal nikmat yang sepantasnya.

Tak ingin menyudahi percintaannya, Robert menarik pinggang Persia untuk lebih saling berdekatan. Lalu Robert merubah posisi lagi dan kini Persia berada di atasnya, dengan tubuh tetap telentang Robert tidak menyangka jika Persia sangat cantik. Dari arah belakang Robert melihatnya saja itu nampak hal paling menggemparkan pikiran,

"Tahan sayang, peluk aku!" Robert meneliti raut wajah enggan melihat kearahnya.

Persia merasa dilecehkan. Ah bukan, sesi yang menunjukkan dirinya berada di atas tubuh Robert sangat memalukan. Terutama saat itu posisi punggung Persia berada di dada Robert, dan Persia melihat dengan jelas miliknya yang menelan habis Mr. P pria bermata emas menyilaukan,

"Aaahhh..." 'Fuck you Persia.' Sontak Persia mengutuk mulutnya saat Robert terus menikamnya dengan kasar dan membelai klitorisnya.

"Yeah, apparently you have enjoyed my hand Persia, continue my Sweet Sinner!" Rancau Robert ketika mencubit kecil klitoris Persia.

Benar-benar sial, Persia sudah mulai teracuni oleh tangan dan bentuk besar di dalam miliknya. Ia terus mendongak dan kali ini Persia mulai berteriak nakal saat tiba-tiba Robert melahap dadanya, menjilat agar bentuk mungil dari payudara itu bergerak-gerak oleh pengaruh lidah Robert,

"Eengghhh... Awhhh..."

Kain lembut sprei yang awalnya membungkus tempat tidur sudah tidak berbentuk lagi saat keduanya saling terguncang hebat. Terutama Robert yang semakin bergairah ketika nampak jelas Persia telanjang di atasnya, gaun yang semula hanya melingkar si pinggang Persia sudah Robert singkirkan dengan merobeknya.

Kondisi itu memang mendermakan keinginan dan suara saling berkaitan dengan ambisi. Persia yang mencoba menolak entah pengaruh jahat kebencian itu tiba-tiba meraih peran, merayu bahkan membawa rasa yang sulit dimengerti. Persia tidak tahu artinya karena tubuh dan pikirannya menerima sampai ia merasa sudah mencapai orgasme, yang disusul dengan beberapa menit Robert menuntaskan nafsu.

Tidak ada yang berhasil memikul arti kenyataan saat tubuh mereka saling melekat lagi dan lagi. Suara mereka saling menukar rasa dan kenikmatan, aroma beserta gairah terus merantai pikiran. Baik Persia atau Robert mereka mulai terpenjara oleh situasi satu malam persetubuhan mereka.