Happy reading😘
•
•
•
Pagi ini Zhimin tampak rapi meski hanya dengan kaos putih polos di lapisi kemeja denim biru sepinggang dengan bawahan celana panjang warna navy dan sneaker shoes warna kuning. Hari ini adalah hari pertama ia memasuki Universitas Seoul. Untuk melanjutkan kuliahnya. Saat sedang membenarkan bajunya, ponselnya berdering. Zhimin pun segera meraihnya dan melihat nama penelpon.
爸爸 (𝙥𝙖𝙥𝙖) 𝙞𝙨 𝙘𝙖𝙡𝙡𝙞𝙣𝙜...
"Papa?" Ia bingung untuk apa ayahnya menghubunginya. Apa ada sesuatu hal penting? Namun Zhimin tak mau berfikir lebih dan ia segera mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseo, papa?"
"𝘉𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘮𝘪𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘥𝘪 𝘯𝘦𝘨𝘦𝘳𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘥𝘢?"
"Eh? Um.. D-dubuqui, papa zenmeliao?" Tanya Zhimin sedikit takut akibat teguran ayahnya.
"𝘒𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘚𝘦𝘰 𝘫𝘰𝘰𝘯 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘬𝘦 𝘶𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘪𝘵𝘢𝘴?"
"Shi papa."
"𝘉𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘡𝘩𝘪𝘮𝘪𝘯. 𝘗𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘭 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘭𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬. 𝘕𝘪 𝘭𝘪𝘢𝘰𝘫𝘪𝘦 𝘦𝘳𝘻𝘪 𝘮𝘢?"
"Shi de papa, Zhimin mingbai."
"𝘏𝘢𝘰 𝘣𝘢. 𝘑𝘢𝘨𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪, 𝘱𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘮𝘱𝘶𝘵𝘮𝘶."
"Shi de, wo ai ni papa."
"𝘞𝘰 𝘢𝘪 𝘯𝘪 𝘡𝘩𝘪𝘮𝘪𝘯."
Sambungan telepon selesai. Zhimin menatap kearah ponselnya sambil menatap benda persegi itu.
"Papa tenang saja, Jimin tak akan mengulangi kesalahan dulu. Duibuqui." Ucap Zhimin sambil menunduk.
𝗧𝗼𝗸 𝗧𝗼𝗸 𝗧𝗼𝗸
"Jimin? Turun dulu nak. Kajja kita sarapan dulu." Ucap Seo joon dari balik pintu.
"Nde paman, aku akan segera turun."
"Cepatlah nanti kau terlambat."
"Nde." Jimin pun segera memasukkan ponselnya pada saku celananya kemudian menyambar tasnya yang ada di kursi meja belajar.
Kini Jimin sudah berada di ruang makan duduk di samping Hyun joong yang sedang menikmati sarapannya.
"Selamat pagi hyung! Selamat pagi paman!" Sapanya pada kedua orang di sana.
"Selamat pagi saeng! Apa kau terlambat bangun? Kenapa lama turunnya?" Ucap Hyun joong sambil mengusap rambut Zhimin.
"Mianhe, tadi papa menghubungi ku."
"Tuan Zhu?" Jimin pun mengangguk.
"Ah.. Maaf paman aku tidak makan udang." Ucap Zhimin saat melihat Seo joon akan meletakkan beberapa udang pada piringnya.
"Waeyo? Kau tak suka?" Seo joon pun menatap bingung pada Zhimin.
"Bukan tak suka. Emm.. Aku bisa mati jika memakannya." Ucapnya sambil menyengir.
"Jangan konyol Jimin-ah. Bagaimana bisa makan udang bisa membunuhmu? Kalau alergi palingan juga gatal-gatal dan ruam." Ucap Hyun joong menatap heran pada Zhimin.
"Dalam kasus ku berbeda hyung alergi ku sudah sangat parah. Dokter mendiagnosis alergi ku sudah tahap Anafilaksis. Tepatnya satu bulan yang lalu aku mengalaminya untuk yang kedua kalinya.
"Mwo?!" Seo joon dan Hyun joong tampak terkejut.
"Astaga.. Appa mulai besok hilangkan udang dalam menu. Aku tak ingin terjadi apa-apa pada adik ku." Ucap Hyun joong sambil menatap ayahnya.
"Ne, mulai besok Appa tidak akan memasak udang lagi." Seo joon pun mengiyakan ucapan putranya.
"Astaga paman, hyung jangan berlebihan jika kalian ingin makan udang, makan lah."
"Tidak! Pokoknya tidak ada udang mulai besok." Dan di angguki oleh Seo joon. Zhimin hanya bisa menghela nafasnya. Kenapa jadi seperti ini. Kedua orang itu sebegitu perduli nya pada kesehatannya.
"Baiklah.. Terserah kalian kalau begitu. Sekarang kita lanjutkan sarapan. Hyung bisakah kau mengantar ku?" Tanya Zhimin.
"Ah.. Maaf tapi, kau sudah ada yang menjemput."
"Eh.. Siapa hyung?" Ucap Zhimin sambil mengerutkan keningnya.
"Kau akan tahu nanti."
"Oke, baiklah." Setelah obrolan itu selesai mereka pun melanjutkan sarapan mereka.
Setelah selesai sarapan, Zhimin mendekati Hyun joong yang tengah memakai jam tangannya di ruang tamu.
"Hyung, ngomong-ngomong siapa yang akan menjemput ku? Karena aku tak mengenal orang lain selain kau dan paman." Ucap Zhimin sambil menatap Hyun joong yang memakai jam tangannya. Kemudian Hyun joong pun tersenyum dan mengusap kepala Zhimin.
"Kau juga mengenal orang yang menjemputmu, Jimin." Zhimin memiringkan kepalanya sambil mengerjap polos membuat pria di depannya tak dapat menahan gemasnya untuk mencubit pipi Zhimin.
"Aw.. Hyung~!" Rengek Zhimin sambil mempoutkan bibirnya.
"Kau menggemaskan sekali eoh.."
𝗧𝗶𝗻 𝗧𝗶𝗻
Terdengar suara klakson mobil dari luar membuat kedua orang yang berada di ruang tamu menoleh ke arah pintu.
"Ah.. Kelihatannya dia sudah datang. Kajja, kita berangkat!"
"Um!" Zhimin dan Hyun joong pun segera kembali ke arah dapur untuk berpamitan pada Seo joon yang sedang mencuci piring bekas sarapan tadi.
"Appa! Aku berangkat!"
"Paman, Jimin berangkat dulu!"
"Ne! Kalian berhati-hatilah!" Sahut Seo joon sambil menoleh ke arah pintu dapur.
"Ne!" Sahut keduanya.
Setelah berada di halaman rumah, Zhimin menatap heran pada mobil sport berwarna merah di depan sana entah milik siapa. Ia pun menoleh pada Hyun joong memberikan tatapan seolah bertanya 'siapa?' pada pria itu. Namun, Hyun joong hanya tersenyum dan menarik tangan Zhimin untuk mendekat ke arah mobil sport itu.
"Masuklah, kau akan terlambat nanti." Ucap Hyun joong setelah berada di samping mobil itu.
"Ta-tapi.. Hyung.." Ucapan Zhimin terhenti saat kaca mobil di dekatnya perlahan turun kemudian menampilkan seseorang yang tak pernah terbayangkan akan datang menjemputnya.
"Jimin-ah! Ayo masuk." Zhimin pun menoleh dengan matanya yang terbuka lebar.
"Jungkook hyung!" Jungkook pun tersenyum lebar hingga menampilkan dua gigi depannya yang seperti milik kelinci, menggemaskan pikirnya.
"Cepat masuk, sekarang sudah tahu kan siapa yang akan mengantarmu." Zhimin pun mengangguk kemudian ia pun berpamitan pada Hyung joong dan segera masuk ke dalam mobil sport milik Jungkook.
"Tolong jaga Jimin untuk ku."
"Nde, hyung kalau begitu kami pergi sekarang." Hyung joong pun mengangguk kemudian ia melambaikan tangannya sebentar kemudian berjalan ke arah mobilnya sendiri.
"Kita pergi sekarang?" Tanya Jungkook pada Zhimin yang sudah duduk tenang di sampingnya.
"Nde hyung." Jungkook pun segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah keluarga Park.
Di dalam mobil Zhimin sangat gugup dan canggung karena tak menduga bahwa di hari pertamanya ia akan diantar oleh pria yang ia sukai. Eh tunggu! Sukai? Ya.. Zhimin menyukai Jungkook sejak awal pertemuan mereka di klinik Hyun joong. Saat ini ia benar-benar gugup tak tahu harus apa untuk menghilangkan kecanggungan itu. Jantungnya berdebar kencang saat ini dalam hati ia menggerutu, mengumpati jantungnya yang sedang ribut.
"Ni zhen ben! Jantung sialan! Semoga Jungkook Gege tak mendengar detak jantung ku yang menggila!" Ucapnya dalam hati sambil tangannya menyentuh di depan dadanya tepat di mana Jantung nya berada.
Jungkook mengernyit heran saat melihat namja mungil di sampingnya tengah memegang dadanya.
"Jimin ada apa? Apa kau sakit?" Ucapnya. Zhimin pun tersentak kemudian ia salah tingkah saat melihat Jungkook yang menatapnya khawatir.
"A-aku tidak apa-apa hyung."
"Kau yakin?" Tanya Jungkook sambil sesekali menatap Zhimin dan kembali pada jalanan di depan sana.
"Ne hy...
Ucapan Zhimin terpotong saat suara ponselnya berbunyi dan Zhimin pun segera mengambil ponselnya pada saku celananya.
宜丰兄弟 (𝗸𝗮𝗸 𝗬𝗶 𝗙𝗲𝗻𝗴) 𝗶𝘀 𝗖𝗮𝗹𝗹𝗶𝗻𝗴....
Zhimin melihat bahwa kakaknya menghubungi nya saat ini. Ia pun segera mengangkat teleponnya karena ia merasa sangat senang saat kakaknya menghubunginya sebab Zhimin sangat merindukan pria itu.
"Ni hao Gege!" Ucap Zhimin terdengar sangat antusias mengundang senyum tipis pada bibir pria di sampingnya. Kemudian terdengar kekehan dari sebrang sana.
"Ni hao ma? Apa kau baik di sana?"
"Wo hen hao jie.. (Kabarku baik kak) bagaimana dengan kabar Yi feng Gege, papa dan mama?"
"Kami semua baik di sini. Ku dengar dari papa hari ini kau akan mulai kembali sekolah ke Universitas mu yang baru.."
"Shi de Gege, sekarang aku dalam perjalanan ke kampus."
"Hao ba, belajarlah yang benar. Jaga dirimu di sana. Gege juga akan mengingatkan padamu, jangan pernah mengulangi kesalahanmu. Gege tak ada di sampingmu untuk menjagamu. Ku harap kau mendengar dan terus mengingat kata-kata Gege."
"Shi Gege. Wo mingbai." (Ya kak, aku mengerti)
"Hao ba, Gege akan tutup telepon nya sekarang. Semoga harimu menyenangkan di sana."
"Um."
***
𝗦𝗵𝗮𝗻𝗴𝗵𝗮𝗶, 𝗖𝗶𝗻𝗮.
Yi Feng saat ini tengah berada di dalam sebuah gudang miliknya di mana letaknya berada di distrik Kangbashi kota Ordos, Mongolia dalam.
Setelah menghubungi Zhimin, Yi feng kembali pada sesuatu yang sejenak tadi ia tinggalkan untuk melepas rasa rindunya pada adik kesayangannya. Kini ia melangkah perlahan masuk kembali ke dalam ruangan yang lembab dan kotor di mana di tengah ruangan seorang pemuda tengah duduk terikat dengan bersimbah darah dari wajahnya dan pada lengan kanannya terdapat luka menganga akibat sayatan pedang yang sangat tajam.
"Bagaimana kabar Zhimin?" Tanya seorang wanita paruh baya yang tengah menatap Yi feng. Terlihat wanita itu memegang sebilah pedang katana yang berlumuran darah meski sekilas tampak mengerikan namun tak menghilangkan keanggunan pada wanita cantik itu.
"Ia baik, tadi sempat menanyakan kabar mama dan papa." Jawab Yi feng seraya mendudukkan pantatnya pada kursi yang berjarak sedikit jauh dari tempat wanita itu berdiri.
"Kau tak mengatakan Jika mama sedang melakukan ini bukan?" Tanya wanita itu sambil memicing ke arah putra sulungnya. Wanita itu nyatanya adalah Zhu Yi fei. Ibu dari Yi feng dan Zhimin yang saat ini tengah melakukan eksekusi pada pemuda yang tengah terikat tak berdaya.
"Tentu saja tidak ma, aku juga tak ingin Zhimin bersedih mendengar mama melakukan ini lagi."
"Hum, mama juga tak ingin Zhimin mengalami kembali trauma seperti waktu itu." Yi fei pun kembali menatap ke arah pemuda yang mulai kehilangan kesadarannya.
"Kau masih tak ingin membuka mulutmu?" Ucap Yi fei pada pemuda itu dengan tatapan tajamnya dan menodongkan pedangnya tepat di depan wajah pemuda itu.
"A-aku.. Tidak... T-tau ny-nyo..nya.. Uhuk.. Uhuk.." Ucap pemuda itu terbata dengan sisa tenaganya.
"Hah.. dia sama sekali tidak berguna!"
𝗝𝗹𝗲𝗯
Pedang tajam Yi fei berhasil menembus perut pemuda itu hingga ke punggung. Pemuda itu pun mengeluarkan darahnya dari mulutnya, mengalir tanpa henti dengan terbatuk dan kedua matanya membola merasakan kesakitan yang amat sangat hingga perlahan kedua matanya menutup kesadarannya pun berangsur menghilang dari tubuhnya.
"Bersihkan ini semua jangan sampai ada yang tersisa." Ucap Yi fei sambil berlalu dengan membawa pedangnya yang berlumuran darah.
"Jun, bersihkan ini. Aku akan ke pelabuhan Shanghai untuk memeriksa keadaan di sana."
"Shi, shaoye!" Yi feng pun segera pergi dari sana untuk melaksanakan perintah sang ayah untuk mengawasi jalannya transaksi di tempat itu.
"Li wei, ku dengar Zhimin shaoye berada di Korea, apa itu benar?" Ucap Jun pada temannya.
"Shi, yang ku dengar dari yang lain Zhimin shaoye di bawa oleh pria bernama Jackson Wang atas perintah Dashi ji."
"Semoga saja Zhimin shaoye aman di sana."
"Xiwang." (semoga)
𝗧𝗼 𝗯𝗲 𝗰𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲𝗱...