--playlist chapter ini : The Light of Day by Chymeris--
Elle masih terdiam di tempatnya berdiri selama beberapa menit. Hanya memastikan apa yang ia lihat adalah sebuah fakta tanpa rekayasa.
Elle hanya bisa memastikan menurut apa yang ia yakini.
Namun, untuk menit-menit berikutnya Elle masih berdiri di tempatnya layaknya kapal yang karam. Tidak bergeming.
Jelas sekali.
Sorot mata Elle jelas memancarkan keraguan. Entah kenapa Elle jadi teringat tentang mendiang suaminya yang berprofesi sebagai dokter.
Bagaimana mungkin dengan banyaknya dokter hebat dalam segala bidang ilmu kedokteran baik modern atau pun ilmu praktisnya tidak bisa menolong sang Pangeran Termuda, Ellder.
Rasa tidak percaya yang cuma Elle suarakan di dalam pikirannya sendiri bukan tidak tanpa bukti. Justru sebaliknya.
Sejauh yang Elle ketahui, Elliot mendiang suaminya, merupakan salah satu dokter terbaik yang pernah Elle kenal dalam bidangnya. Dan sejauh yang bisa Elle ingat, mendiang suaminya itu adalah orang yang selalu menjadi satu-satunya pria yang akan bergerak maju terlebih dahulu jika melihat orang sakit. Sedang ia yakin akan bisa menolong.
Bahkan jika Elliot tidak bisa maka tanpa berpikir dua kali mendiang suaminya itu akan langsung membawa orang sakit tersebut ke rumah sakit terdekat. Dengan jaminan adalah profesi serta kedudukannya sebagai dokter di Istana Utama.
Akan tetapi, apa yang Elle lihat ini?
Seorang Pangeran dari Kekaisaran Galaksi Solar dan terlebih lagi ia adalah salah satu anak dari Kaisar Galaksi Solar sendiri, Yang Mulia Kaisar Paddu.
"Etter, apa kamu tahu sesuatu tentang ini?" bisik Elle lirih.
Sebagai jawaban Etter hanya menggeleng pasrah. Sekalipun hanya Elle seorang yang bisa melihat dan berbicara dengan Etter, sebisa mungkin, dengan sebelumnya mereka berdua berjanji untuk menghindari pembicaraan langsung di depan orang lain.
Satu-satunya yang Etter khawatirkan adalah reaksi orang lain yang ketika melihat Elle berbicara sendiri maka otomatis mereka tanpa sadar akan menganggap Elle orang gila atau semacamnya.
Percuma saja.
Elle tanpa ambil pusing berjalan berbalik arah mencari pelayan lainnya. Tentu saja, tujuan nya sangat jelas yaitu untuk mencari tahu kondisi sebenarnya calon majikan baru yang harus ia rawat selama 24 jam tanpa cuti.
Dalam perjalanannya, Elle menghela nafas lebih karena lelah. Baru Elle sadari jika tubuhnya ternyata membutuhkan istirahat yang cukup. Setelah seharian, atau mungkin sudah beberapa hari Elle tidak tahu pasti, ia bergelut dengan nasib yang hampir melenyapkan nyawanya.
"Ada apa pelayan nomor 99?" tanya seorang pelayan dengan nomor identitas 80 menatap Elle heran.
"Umph, hanya ingin bertanya dan jika itu dibolehkan tentang tuan Pangeran Ellder, bagaimana kondisinya bisa menjadi seperti itu?" kata Elle ragu-ragu.
"Kenapa kamu ingin tahu?" selidik pelayan nomor 80 tersebut.
"Aku benar-benar baru di sini dan aku dikirim dari planet yang jauh tanpa tahu apa-apa, jadi bukan kah wajar jika aku ingin tahu keadaan Pangeran supaya aku bisa merawatnya tanpa ada salah?" aku Elle, bohong adalah bukan keahlian Ella akan tetapi demi misi dari Etter apa yang bisa ia perbuat lagi?
"Benar sekali. Aku baru sadar jika kamu bukan lah dari planet ini. Kalau tidak salah asalmu dari Titan?" kata pelayan nomor 80 dengan seulas senyum persahabatan.
Bekerja di dalam Istana Utama dengan perlakuan seperti budak dan tanpa adanya kebebasan dalam soal kemanusiaan tentu membuat para pelayan itu tertekan, curiga dan apatis dalam menjalankan tugas mereka.
Menjadi sangat wajar jika para pelayan itu memperlakukan Elle acuh pada awalnya. Mereka hanya perlu disapa terlebih dahulu sebelum bersikap baik sebagai respon.
Elle hanya mengangguk saja sebagai balasan akan pertanyaan pelayan nomor 80 tersebut, karena pada kenyataan Elle bahkan tidak mengetahui ada planet lain dan itu bernama Titan.
"Aku tidak ingat apa-apa. Ketika terdasar aku sudah berada di tempat ini." cerita Elle untuk menambah kebohongannya.
"Tentu. Kami semua pun seperti itu pada awalnya. Hanya terbangun dan sadar sudah di dalam istana ini tanpa tahu masa lalu kami yang dulu." tambah pelayan nomor 80 bercerita tentang dirinya dan kawan-kawan pelayan yang lain.
Tentu saja, dalam hati Elle terhenyak.
Pada awalnya ia hanya mencoba berbohong untuk menutupi tujuan sebenarnya ia datang ke istana sebagai pelayan. Akan tetapi, akhir dari cerita bohongnya adalah kenyataan lain dari para pelayan di ruangan tempat ia berada kini.
"Jadi, kenapa pangeran muda bisa seperti itu?" desak Elle masih merasa penasaran.
"Entahlah, nomor 99. Kami sama tidak tahunya dengan dirimu. Yang kami tahu hanyalah bekerja sesuai dengan instruksi." jawab pelayan nomor 80 sembari menunjuk kesalah satu meja di dekat mereka berdiri.
Tanpa menunggu lama, Elle berjalan mendekat ke meja yang oleh pelayan nomor 80 maksud.
Di atas meja tergeletak sebuah buku panduan tebal yang kemudian Elle buka berisi paduan lengkap pekerjaan para pelayan mulai dari pagi hari hingga menuju pagi hari berikutnya. Semua tercatat rapi dan sangat mendetail.
"Kita harus melakukan semua ini secara bergilir setiap hari?" tuntut Elle setelah membaca beberapa lembar petunjuk pada buku panduan pelayan tersebut.
"Benar." jawab pelayan nomor 80 tanpa ragu.
Setelah memberi jawaban kepada Elle, pelayan nomor 80 pergi menjauh dengan menggelengkan kepalanya seolah apa yang Elle katakan padanya adalah sebuah lelucon anak kecil.
Bahkan, bagi pelayan nomor 80 lelucon anak kecil terlihat lebih masuk akal dibanding dengan kelakuan Elle yang terlihat kurang waras.
Dan tanpa siapa pun melihat, pelayan nomor 80 menyunggingkan seulas senyum yang entah kapan ia lupa pernah melakukan di masa lalu.
Elle kembali mendesah. Ia kini benar-benar merasa sudah menjadi budak. Sebuah status yang tidak sekali pun Elle kira sebelumnya. Bahkan dalam mimpi pun tidak.
Ada hening cukup lama untuk Elle bisa menerima kenyataan yang menimpa dirinya kini.
"Jadi...apa kamu sudah memikirkan sebuah rencana untuk bisa mendapatkan Mutiara Hitam?" tanya Etter yang tiba-tiba muncul di depan Elle.
"Rencana katamu? Bahkan untuk bernafas saja mungkin akan sulit lalu bagaimana bisa aku mencari mutiara hitam yang kamu maksud sedangkan posisiku tidak lebih dari seorang budak?" gerutu Elle kesal.
Jika ia bisa menyentuh Etter, tentu sudah ia acak-acak rambut Etter yang indah keemasan tersebut.
-tbc-
cerita Solar System Rebirth of Etter versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini : https://www.webnovel.com/book/solar-system-rebirth-of-etter_19437206406465505
--
Terima kasih telah membaca cerita ini. Bagaimana perasaanmu setelah membaca chapter ini?
Silahkan tinggalkan komen paragraf atau komen chapter atau saran dan kritik kamu. Jika berkenan bisa berikan power stone kamu untuk mendukung cerita ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih dan sampai jumpa di chapter selanjutnya...
--