"Emm, ya gak gimana-gimana, Dad. Tinggal jalanin aja, kan kendalanya cuma dari anaknya dia yang belum bertemu dengan kita," kata Qiran mengkernyitkan alisnya.
"Oke lah kalau begitu, tapi kamu setuju kan? Kalau dia yang akan jadi istrinya Daddy? Kamu tidak keberatan kan?" tanya Pak Marco dengan seriusnya.
Sementara, Qiran hanya menatap Pak Marco dengan tatapan yang tajam dan penuh makna. Seakan memberi isyarat kepada Pak Marco, kalau hatinya masih berat untuk mengatakan iya. Karena yang ada dalam pikirannya, masih tertanam nama ibu kandungnya. Meskipun tidak pernah merasakan sentuhan lembutnya, tapi dia yang selalu ada dalam hati Qiran. Dan tidak bisa tergantikan oleh siapapun.
Karena Qiran masih terdiam dengan tatapan yang tidak biasa, Pak Marco merasa tidak enak hati. Ia pun memastikan kalau dirinya juga masih mencintai mendiang ibu kandungnya dan akan selalu mencintainya walau kini ia akan berencana untuk meminang Bu Melin.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com