webnovel

Silent Mature

Gila...! mungkin Aku sudah gila, mengabaikan seorang wanita yang Aku cintai, di mana para lelaki di luar sana menginginkan untuk dapat memilikinya, tubuhnya,Cintanya. Semua karena penyimpangan seks yang sering Aku lakukan dengan Imajinasi ku dan ketakutan yang menghantui Ku sejak kecil. Kenapa Orang dewasa itu selalu senang mengambil keputusan secara sepihak, sehingga masa kecil ku menjadi korban Akibat perceraian kedua Orang tua ku. Maafkan Aku Ara, bantu Aku menghilangkan trauma ku ini, bantu Aku dengan Cinta mu, agar Aku dapat memenuhi kebutuhan Biologis mu. *Thanks For My Friend yang sudah mau berbagi kisah ini sebagai pelajaran untuk dituangkan dalam tulisan.

Caramellarose · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
5 Chs

5.Kenikmatan tak selamanya baik.

Aku dan Kak Reva telah sampai di kediaman Papa kandung kami, dan seperti yang kami tau kalau Papa ku belum juga pulang hanya satpam yang menjaga Rumah Papa.

"Loh dek Reva sama dek Jun kembali ke sini, tapi kan Papanya dek Reva tuan Barata belum kembali dari Jepang?" tanya satpam rumah yang merasa heran akan kedatangan kami ke rumah Papa.

Biasanya Papa dan Mama Ririn lah yang menjemput Kak Reva dari rumah Mama,tetapi kali ini kami datang sendiri tanpa salah satu orang tua yang menjemput, tetapi hanya menggunakan taksi umum.

"Kami mau tinggal di rumah sini aja Pak Ripto." Jawab Kak Reva kepada Satpam rumah Papa.

"Kalau begitu ini kuncinya, ingat jangan nyalain kompor yah di rumah, kalau mau makan sesuatu panggil Pak Ripto saja soalnya tuan Barata berpesan begitu." jawab satpam pak Ripto sambil memberikan kunci ke tangan kak Reva, lalu Aku segera mengajak kakak ku untuk masuk ke rumah.

"Ayo kak kita masuk, kakak mikirin apa lagi?" tanya ku karena melihat kakak ku masih dengan wajah takut.

"Kalau Papa Ando datang kemari bagaimana Jun?" tanya kakak ku takut.

"Papa Ando tidak akan mau kesini kak, jun pernah mendengar mama mendesak Papa Ando untuk menjemput Kak Reva tetapi Papa menolak dengan alasan tidak sudi menginjak kan kakinya ke sini." Jawab ku kepada Kakak ku dan kakak ku pun tidak merasa khawatir lagi.

"Jun Apakah kamu lapar? biar kakak memesan kan makanan dari rumah makan langganan mama Ririn?" tanya kakak ku yang memang kemungkinan kakak ku belum makan siang.

"Jun sudah makan siang kak, maaf kak tadi Jun tidak pulang bareng Kak Reva karena Jun pergi ke rumah teman dan di rumahnya Jun di beri makan siang." Jawab ku yang menyesal karena tidak menunggu kakak ku pulang sekolah.

Kak Reva pun memesan makanan untuk dirinya sendiri serta memesan beberapa lauk dan sayuran.

"Kak Reva kenapa pesan makanan banyak sekali, untuk siapa Kak?" tanyaku heran akan makanan sebanyak itu.

"Kakak pesan lauk buat kita berdua untuk makan malam nanti, kalau nasi kakak bisa memasaknya memakai rice cooker, kamu tenang saja kakak sudah biasa sendiri." Jelas Kakak ku yang memang sejak dulu selalu bersikap dewasa dan melindungi ku sebagai Adiknya.

Walau hidup ku nampak tidak adil buat ku, tetapi Aku masih bisa bersyukur dengan ada nya seorang Kakak yang masih menyayangi ku seperti orang tua bagiku walau umur kakak ku terbilang masih baru beranjak pra remaja sebagai Anak SMP.

Senja sudah berganti menjadi malam dan Aku beserta Kakak ku Reva sudah makan malam dengan menu yang kami pesan tadi siang, Aku hendak mempersiapkan semua keperluan sekolah ku tetapi tas sekolah ku dan Kakak ku kan kami tinggalkan di rumah Mama semua karena kami harus melarikan diri dari papa Ando.

"Jun, untuk sementara ini kita tidak usah sekolah dulu, lagi pula besok lusa itu hari sabtu dan sekolah kita libur hari sabtu dan minggu." Jelas kakak ku membujuk ku agar tidak meresa kecewa karena besok tidak bersekolah dulu.

"Iya kak, Jun juga lagi malas sekolah hari Jumat besok, Jun mau puasin main Ps punya Jun yang dulu Jun tinggal di sini saat Mama dan Papa berpisah." Jawab ku menenangkan hati kakak ku agar tidak merasa bersalah tentang sekolah ku.

"Iya, tapi kamu tetap harus belajar bagaimana kamu bisa sukses kalau main game terus." Omel kakak ku, dan inilah yang Aku rindukan dari Kakak perempuan ku ini, sikap disiplinnya dan cara dia menasehati ku sebagai saudaranya.

"Biarin sih Kak, besok Jun puas bermain game mumpung Papa dan Mama sedang tidak bersama kita, jadi tidak ada larangan untuk bermain game." sahut ku menanggapi larangan kakak ku yang terlalu banyak bermain game.

"Iya, iya, terserah kamu sudah sana kamu tidur, karena waktunya tidur sudah tiba jangan lupa cuci kaki dulu, kamu tidur dikamar kamu kakak di kamar kakak." pinta kakak ku sambil bergegas menuju ke kamarnya.

Aku pun juga segera menuju kamar ku, sudah beberapa lama Aku meninggalkan kamar ini sesuai jadwal pembagian antara Aku dan Kakak ku untuk tinggal bersama Mama atau Papa, Aku dan Kakak ku layaknya seperti bola yang di over kesana kesini tetapi setelah di tempat itu perhatian mereka sama sekali tidak ada untuk Aku dan Kakak ku, mereka melakukan itu hanya lah sebagai status bahwa mereka adalah orang tua kami.

Lagi-lagi mata ku tak dapat terpejam, Aku malah semakin membayangkan kesedihan yang Aku dan Kakak ku alami, betapa sedihnya karena sebenarnya Kami lah Anak yang terlantar hampir sama dengan Anak terlantar di jalan - jalan sana, hanya bedanya kami memiliki tempat tinggal sementara mereka tidak dan kami sama hal nya dengan Anak jalanan itu yang merindukan kasih sayang kedua orang tua kami.

Aku menangis, seberapa pun Aku mencoba untuk tidak sedih itu hanya bisa di hadapan Kak Reva, tapi di saat Aku sedang sendiri Aku tidak akan dapat menahan Air mataku yang tertumpah, dan untuk membuat mood ku merasa relax, lagi - lagi Aku melakukan hobby baru ku yang menyimpang itu.

Aku kunci pintu kamar ku, lalu Aku membuka celanaku, Aku lakukan dalam posisi rebahan di ranjang tidurku.

Aku mulai mencoba melakukan gaya seperti yang guru bahasa indonesia suruh Aku lakukan kepadanya kemarin, Aku meniru cara yang diajarkan pak guru ku itu.

Aku kekap si Jacky kecil milik ku, lalu Aku mainkan tangan ku secara perlahan, naik lalu turun, benar saja ternyata memang terasa nikmat untuk hal yang baru bagi ku, pantas saja kemarin Pak guru ku sampai mengeluarkan suara erangan lalu tersenyum setelahnya.

Aku memijat si Jacky kecil milik ku, semakin Aku beraksi memainkan jari ku kepada si Jacky kecil sambil memejam kan mataku, si Jacky pun semakin aktif dan mulai mengeras.

Si Jacky seolah juga tidak dapat tidur sebab Aku yang mengusiknya duluan sehingga dia terbangun dari tidurnya, sampai kenikmatan itu merasuk kedalam otak ku, aku melenguh, mengerang dan semakin merasakan nikmat tersendiri atas kepunyaan milik ku yang Aku sendiri sebagai pelajar SD tidak mengerti perasaan nikmat apa itu.

Saat Aku menyampaikan cerita ini kepada kakak Author santuy untuk di tuang dalam sebuah tulisan, rasanya Aku sendiri tidak percaya kalau yang Aku lakukan dulu saat masih Anak - Anak adalah hal yang memalukan dan merupakan sebuah penyakit mental atau Psikis.

Bayangkan Anak seusiaku dapat melakukan hal penyimpangan seperti ini, melakukan dengan Fantasy nya, yang sebanarnya hal itu kebanyakan dilakukan hanya ada dalam fantasi orang dewasa.

Aku sebenarnya sedikit malu sebab Kakak Author santuy teman penulis ku ini adalah seorang wanita, tetapi Aku mengutip beberapa kata darinya yang membuat Aku semakin mantap untuk menceritakan kisah ku kepada nya, sebagai pelajaran bagi para orang dewasa di luar sana yang dimana mereka jangan hanya memikirkan keegoisan mereka sendiri sebagai Orang tua.

Penulis teman ku ini Mengatakan, Apa salahnya berbagi pengalaman jika pengalaman itu dapat menjadi contoh untuk siapa saja yang membacanya, supaya mereka bisa mengambil hikmah dari penyimpangan yang Aku alami.

Bahwa sebenarnya seorang Anak bukan hanya membutuhkan kebutuhan Fisik bagi hidupnya, tetapi mental yang ter arahkan juga mereka butuhkan dari orang tua mereka, dimana Kasih sayang dan perhatian Orang tua adalah kunci dari pertumbuhan mereka sampai dewasa untuk menjadi Anak yang berakhlak baik.

Aku meminta kepada Kakak Author santuy begitulah Aku menyapa teman ku ini, agar membuat tulisan ini menjadi bahan perenungan bagi para orang tua untuk selalu menjaga Anaknya, tentunya dengan gaya bahasa yang biasa menjadi kharakter penulisannya yang bisa di katakan Santuy dan tidak menggunakan bahasa yang berat untuk di mengerti.

Kisah yang Aku ceritakan ini masih awalannya saja, bahkan lebih banyak lagi yang lainnya yang terkadang orang yang tidak terlalu memahaminya pasti akan mengatakan hal yang Aku alami ini tidak masuk akal, tidak terkecuali kakak Author Santuy yang menuliskan Kisah ku ini, yang pada awalnya penulis juga merasa yang Aku lakukan semua tidak masuk diakal oleh pikirannya.

Tetapi Aku berkata kepada Penulis, sebenarnya banyak di luar sana yang melakukan hobby seperti yang Aku lakukan, tidak terkecuali wanita.

Tetapi mereka masih dalam batas wajar, On*ni/Masturbassi (maaf) yang mereka lakukan semata karena kebutuhan biologis mereka belum terlaksana , mungkin tidak adanya lawan jenis untuk melakukan hubungan intiim di saat otak mereka menginginkan dan membayangkannya.

Atau ketika mereka ingin bercinnta tetapi sedang tidak bersama kekasih atau pasangan mereka sehingga mereka hanya berimajinasi dengan tubuh mereka sendiri.

Entahlah, apakah ada selain Aku yang mulai melakukannya dari sejak kecil, hal ini sudah hampir menjadi blue Print dalam otak ku, ingat yah pembaca HAMPIR yang berarti belum 100 % terprogram dalam alam bawah sadar ku, sehingga semua dapat terobati dan Aku kembali hidup dengan normal.

Asal kita meniatkan diri untuk merubah segala hal yang jelek dalam hidup, pastilah akan ada jalan terbuka untuk merubahnya, ini yang Aku lakukan sebab Awalnya hal penyimpangan yang ku lakukan memang terasa nikmat, tetapi lama kelamaan membuat hidupku semakin rusak.

- Bersambung-

"Kalau kita sadar dengan hal buruk yang kita lakukan, pastilah kita akan memacu diri untuk berubah apapun konsekuensinya."

Catatan

Jun Dante Barata.