"Assalamualaikum. Aika pulang ...." seru Aika dengan riang, seraya memasuki Rumahnya.
"Waalaikumsalam." Terdengar sahutan dari beberapa orang dengan kompak, sebelum kemudian orang-orang itu menoleh ke arah datangnya Aika.
Orang-orang itu adalah Mama Desi, Papa Heru, dan Bang Aaron tentu saja.
"Alhamdulilah ya Allah ...." seru Mama Desi lantang. "Aika, kamu kemana aja, Nak? Kok, baru pulang jam segini? Katanya tadi cuma beli sate? Tapi kok lama banget! Kamu beli satenya di mana, sih? Di Madagaskar, ya? Gak pulang-pulang gitu! Baru Mama mau umumin di masjid, siapa tahu kamu nyasar, yee kan?" cecar Mama Desi kemudian, seraya menghampiri dan memindai penampakan Aika dengan seksama.
Bukan apa-apa, Ini tuh sudah masuk waktu maghrib, takutnya yang berdiri saat ini bukan Aika, melainkan jelmaan setan cantik yang ngefans sama anaknya. Makanya Mama Desi harus mematikan semuanya dengan seksama.
Mama Desi bahkan sengaja membuat Aika berputar ke kanan dan ke kiri, memeriksa ubun-ubunnya yang-- siapa tahu ternyata ada pakunya? Juga kakinya menapak dengan sempurna atau tidak.
Alhamdulilah aman, Jeng. Jadi dia memang benar-benar Aika.
Ah, Sudah rahasia umumkan, kalau Mama Desi itu memang lebay.
"Apa sih, Mah." Risih dengan kelakuan Mamanya, Aika pun mencebik tak suka.
"Aika gak papa, Mamah. Gak usah khawatir gitu. Nih, buktinya Aika pulang masih dengan keadaan lengkap, kan?" terang Aika menenangkan Mama Desi.
"Ya Alhamdulilah kalau gitu. Tapi, kok , lama banget pulangnya. Kamu beneran beli sate? Beli satenya di gang depan, kan? Bukan di Hongkong apalagi Mada--"
"Assalamualaikum ...." Belum selesai Mama Desi mencecar Aika lagi. Suara salam lain terdengar di belakang tubuh Aika.
Pelakunya adalah Kairo, yang baru saja selesai menerima telpon dari Alvaro, perihal pekerjaan.
"Waalaikumsalam." Sahutan terdengar, sama kompaknya dengan saat Aika datang.
Kairo pun segera mencium tangan Mama Desi dan Papa Heru, lalu bertos dengan Aaron sebelum kembali menghampiri Aika yang masih berdiri di depan pintu karena masih ditahan Mama Desi.
"Nah, Mah. Kalau Mama mau tahu alasan Aika telat itu apa? Ini dia alasannya, Mah!" Aika lalu menunjuk Kairo dengan enteng.
"Maksudnya?" gumam Mama Desi tak mengerti.
"Ekhem!" Mengerti kode dari Aika, Kairo pun berdehem canggung setelahnya.
"Sebelumnya Maaf Mah, Pah, dan lo, Ron." Kairo mulai buka suara. "Maaf, tadi saya lupa memberitahu, jika Aika tadi bersama saya. Soalnya tadi kami ... uhm ...."
Aduh! Gimana ini jelasinnya? Gak mungkin kan, Kairo harus memberitahu keluarga Aika, jika dia dan istrinya baru saja test drive, tapi gagal.
Bukan malu karena kegagalannya, tapi malu karena ... ya ... itu kan masalah dapur rumah tangganya. Masa harus di umbar-umbar.
Bingung harus menjelaskan apa, Kairo hanya bisa menggaruk belakang lehernya dengan kikuk, seperti anak ABG yang ketahuan kencan pertama kali.
"Soalnya kalian ... apa? Kok gak dilanjut?" tuntut Mama Desi kemudian, terlanjur kepo dengan penjelasan Kairo.
"Kami ... uhm ... kami ...." Kairo masih ragu untuk menjawab, lalu melirik Aika untuk meminta bantuan lewat kode mata.
"Apaan sih, Mas Bos? Di Tanya Mama bukannya jawab, malah ngelirik Aika. Gak sopan banget! Apa? Mas Bos masih kangen sama Aika. Kurang tadi yang di apartement?"
Seketika Kairo pun ingin tenggelam ke dasar bumi sekarang juga. Karena jawaban istrinya bukannya membantu, malah makin membuatnya malu setengah mati.
Sabar ... sabar ... resiko ingatan Aika yang sudah kembali, berarti kegesrekannya pun turut hadir. Makanya, Kairo harus mulai menebalkan wajah lagi.
"Mas Bos? Apartemen? Itu ... maksudnya ...." Mama Desi membeo dengan mata membulat dan mulut yang sedikit menganga.
Jelek banget! Jangan dibayangin pokoknya, nanti kalian gak doyan makan.
"Apa itu artinya kamu sudah ...." Mama Desi masih mengira-ngira.
"Iya, Mah!" sahut Aika dengan antusias, karena yakin Mama Desi pasti sudah paham akan situasi yang terjadi padanya. "Aika sudah--"
"Ya ampun! Kalian baru jebol gawang, ya? Tuhan ... akhirnya anak Mama gak perawan lagi!"
What the .... kenapa nyambungnya ke sana, sih?
"Pah! Anak kita udah gak perawan, pah. Ya ampun! Akhirnya! Kita bakal punya cucu sebentar lagi!" Mama Desi bahkan membuat pengumuman dengan lantang pada suaminya, yang sudah pasti bisa didengar Aaron juga. Mungkin juga ... tetangga yang kebetulan lewat.
Aika pun sontak menepuk keningnya tak habis pikir, karena gemas dengan pemikiran sang Mama yang luar biasa absurd.
Apa-apaan itu? Masa anaknya baru dijebol malah diumumkan. Seakan Aika baru saja menang lomba agustusan dan jadi juara pertama.
Bikin malu saja!
"Bukan Mamah!" bantah Aika tak kalah lantang, membuat Mama dan Papa yang baru saja hendak berpelukan terhenti seketika. Gerakannya seperti dalam sebuah video yang tiba-tiba di pause penonton, alias menggantung di udara.
"Aika bukan abis jebol gawang!" terang Aika lagi sambil cemberut. "Tapi udah ingat semuanya!" Aika menambahkan dengan menggebu.
Eh?
"Ingat semuanya?" Aaron yang membeo.
"Iya, Bang. Aika udah ingat semuanya. Soal kuliah, kerjaan, dan pernikahan sama Mas Bos. Makanya Aika tadi ikut Mas Bos ke apartemen. Aika ingin memastikan semuanya!" ungkap Aika lagi.
Alhamdulilah ....
Puji syukur kembali terdengar, disertai hembusan napas lega dari Papa Heru dan Aaron. Kecuali Mama Desi, karena ....
"Yah ... cuma gitu, doang? Gak sekalian belah duren?" Mama Desi bersikukuh dengan raut kecewa.
Haduh .... sepertinya Mama Desi sangat berharap Aika segera diperawanin Kairo. Sungguh aneh sekali.
"Gak papa, mah. Penting Aika inget dulu statusnya sama Kai, nanti urusan jebol menjebol pasti otw." Papa Heru menenangkan Mama Desi.
"Iya, ih. Lagian Mama ngapain sih ngebet banget pengen Aika dijebol, Kai. Aneh banget! Padahal Di jebol juga belum tentu bisa langsung hamil. Rahim Aika kan, masih harus di cek lagi untuk menentukan pengobatan selanjutnya."
Eh? Astaga! Aaron keceplosan!