webnovel

Mas Bos 1

Aika menarik selimutnya lebih tinggi, demi menutupi tubuhnya yang polos. Merapatnya diri pada Kairo, seraya mendesah penuh rasa bersalah.

"Maaf," cicitnya kemudian, menyembunyikan wajah pada dada bidang Kairo.

Kairo yang mendengar lirihan Aika pun diam-diam menghela napas panjang, sebelum mengeratkan pelukannya pada Aika.

"Tidak apa-apa, Ka. Kamu gak salah apa-apa, kok," hibur Kairo.

Akan tetapi, itu memang benar. Di sini, bukan Aika yang salah. Melainkan dirinya sendiri, yang terlalu memaksa Aika.

Kairo lupa, meski Aika sudah mengingat dirinya, namun Aika yang sekarang juga sudah ingat pada masa lalunya, pun kejadian naas itu.

Alhasil, trauma gadis itu pun kembali muncul di sela cumbuan panas mereka.

Ya. Untuk kalian yang sudah berharap lebih pada part ini. Maaf saja, kalian harus kecewa. Karena kenyataanya memang tidak ada yang terjadi antara Kairo dan Aika.

Kairo gagal menjadikan Aika miliknya sepenuhnya. Karena saat Kairo tengah memesrai Aika, gadis itu tiba-tiba mendorong tubuh Kairo, sebelum kemudian menangis dan meraung dengan tubuh bergetar hebat.

Setelah itu, kalian pikir apa yang bisa Kairo lakukan? Memaksa Aika tetap melanjutkan keinginan mereka tentu bukan hal yang baik. Meski sebenarnya, nafsunya sendiri sudah sangat tinggi.

Ayolah! Kairo itu pria normal. Sudah menikah dan punya tempat halal untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya.

Tetapi yang terjadi adalah, meski sudah menikah lumayan lama. Kairo masih saja harus puasa sampai hari ini.

Itulah kenapa, dia tadi sempat khilaf dalam memesrai Aika, hingga membuat trauma gadis itu kembali muncul ke permukaan.

Tidak! Kairo tidak mengasari Aika kok, tadi. Tidak sama sekali! Karena Kairo juga bukan tipe pria seperti itu. Hanya saja, mungkin dia tadi terlalu menuntut, hingga lupa pada kondisi psikis Aika.

Karenanya, bukan hanya Aika, Kairo pun merasa bersalah pada istrinya itu. Kairo bahkan butuh waktu cukup lama menenangkan Aika, agar gadis itu bisa kembali ingat di mana dia saat ini.

"Tapi ... Bapak jadi gagal belah duren karena saya," cicit Aika lagi, sambil memainkan jari lentiknya di dada bidang sang suami. Membuat Kairo harus mati-matian menahan sesuatu dalam tubuhnya agar tidak kembali bangkit.

Demi tuhan! Tegangan dalam diri Kairo belum sepenuhnya reda, tapi Aika malah sengaja menyentuh titik sensitifnya, membuat darahnya kembali berdesir tak karuan.

"Tidak masalah. Kita bisa melakukannya lagi nanti." Kairo berusaha tetap tenang. "Tapi, kamu janji setelah ini mau ikut terapi untuk menghilangkan trauma itu, ya?" bujuk Kairo kemudian.

Aika tidak langsung menyahut, gadis itu terlihat ragu sambil terus membuat pola abstrak pada dada bidang Kairo, yang saat ini juga masih polos.

Mereka tadi memang sudah setengah jalan. Sudah pada tahap saling melepaskan pakaian, grepe-grepe, kissmark, mandi kucing dan .... byar!

Kairo pun terjatuh karena tiba-tiba di tendang Aika. Jadi ... tolong harap maklum dengan kondisi mereka saat ini, okeh!

"Ka?" panggil Kairo lagi, saat Aika masih belum menjawab bujukannya. "Kamu mau, kan, ikut terapi?" bujuk Kairo sekali lagi.

"Tapi ... saya ... uhm ...." jelas sekali jika gadis itu dalam keadaan ragu.

"Saya temani, mau kan?" Kairo masih bersikukuh membujuk.

Helaan napas panjang pun terdengar dari Aika, sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Ya udah, deh. Tapi janji temani, ya?" jawab Aika pasrah, seraya mendongakan wajah melihat ke arah Kairo.

Alhamdulilah ....

Sebelum Aika berubah pikiran kembali, Kairo pun segera mengangguk dengan antusia, seraya tersenyum manis sekali.

"Janji." Kairo memberikan janjinya dengan sungguh-sungguh. Membuat Aika akhirnya tersenyum lega, sebelum kembali merapatkan diri dan membuat pola asap pada dada Kairo.

Hap!

Cukup sudah! Kairo tidak tahan. Karenanya, Kairo pun segera menangkan tangan nakal Aika, dan membawanya ke atas bahunya.

"Kenapa, sih? Orang maunya main di sini." Menarik tangan Aika kembali ke arah dada Kairo, "Malah ditarik, pelit!" protes Aika dengan polos.

Kairo pun mendesah panjang, sebelum kembali menangkap tangan Aika yang nakal.

"Bukan pelit, tapi saya gak mau khilaf lagi," terang Kairo kemudian.

Aika mengerjap pelan, lalu melihat Kairo masih dengan alis bertaut dalam.

"Khilaf ... apa?" Aika masih tak mengerti.

"Khilaf makan kamu, lah! Khilaf apalagi, coba? Makanya berhenti main di situ, ya? Sebelum anak tuyul bangun lagi. Repot lho, nidurin dia tuh," ungkap Kairo blak-blakan. Membuat mata Aika membulat sempurna, dan menegang saat sudah mengerti maksud Kairo barusan.

"E-emang i-itu bisa bikin anak tuyul bangun?" Bukannya mengerti, Aika malah kepo.

Mendesah sekali lagi, Kairo pun meletakan tangan Aika di dada bidangnya, dan memberi titah, "Coba aja mainin lagi, kalau gak percaya? Saya gak bakal nahan lagi. Tapi kalau dia bangun, tanggung jawab, ya?"

"Eh, eh, gak mau!" Aika menarik tangannya dengan cepat. "Kalau saya kumat lagi, gimana?"

"Ya, makanya tangannya jangan nakal, Sayang," geram Kairo dengan gemas. "Ini udah saya tahan mati-matian, loh. Kalau kamu gak mau berhenti main di sana. Saya gak--"

"Ya udah, Aika gak main lagi," sela Aika cepat, seraya menjauh dari Kairo dan membalik badan dan mengapit selimut dengan erat di kedua ketiaknya.

Nahasnya, bukannya membantu Kairo. Tindakan Aika itu justru membuat darah pria itu makin panas, karena harus melihat tubuh polos Aika bagian belakang yang sangat menggoda.

Shit!

Kairo pun mengumpat dengan kesal, sebelum akhirnya lari ke arah kamar mandi dengan segera.

Terpaksa deh, main sama tante LUX dulu.