webnovel

Selama itu fiksi tidak apa kan?

"Hhh . . . susahnya" Seiji yang sedang duduk di meja kerjanya kebingungan apa yang ia ingin tulis untuk chapter selanjutnya.

"Hmm . . ."

Seiji pergi ke kamar mandi apartement nya lalu melepas semua pakaian nya.

"A . . . a . . . ku sangat mencintai mu" Seiji sembari melihat kaca dia mencoba mempraktekan naskah nya dan membuat suara nya seperti gadis cantik.

"Aku rasa tidak begini."

"Hmm. . . itu aku sangat, sangat. . . . menyukaimu"

"Kedengaran bagus tapi seperti kurang apa gitu"

Seiji terus mencoba itu sampai 1 jam lamanya.

Seiji yang ingin mendapatkan feel yang pas untuk adegan dimana heroine atau tokoh utama wanitanya mengakui perasaan kepada orang yang disukainya, hal ini sudah biasa di lakukan oleh penulis tapi sepertinya tidak sampai telanjang juga.

"A. . ."

---------- Suara bel.

"Gezzz. . . menggangu saja."

Suara bel itu tidak berhenti juga membuat Seiji pun berjalan ke pintu apartemennya.

"Dengan siapa ini"

"Ini aku Ayano" terdengar suara gadis di depan sana.

Tau bahwa itu Ayano, Seiji pun membuka pintu apartementnya.

"Ada apa Ayano kau mengganggu ku saja." Seiji membukakan pintu.

"Ah maaf kalo aku ganggu, kebetulan karena di kampus ku perpustakaan nya ramai jadi aku ingin belajar disini" ucap Ayano dengan muka santainya.

Ayano, Ayano Sasaki teman sekolah menengah Seiji pada saai itu, mereka berteman baik hingga sekarang, Ayano sekarang memasuki universitas di Tokyo, sekarang ayano berada di semester 3.

Ayano gadis cantik dengan rambut sebahu bewarna coklat, postur tubuh yang sedang dan kulit nya yang putih, dadanya mungkin sedang untuk kaum pria.

"Yap, yap silahkan masuk." Seiji mempersilahkan Ayano masuk kedalam.

"Gimana . . ."

"HUAHHHGHHH !!!" Ayano berteriak ketika memasuki apartement Seiji.

"Ada apa Ayano? tiba - tiba." Seiji bertanya kepada ayano dengan tangan yang masih memegang kusen pintu.

"Bo...bodoh, mesum, penjahat kelamin" Ayano langsung menghina Seiji.

"Eh. . . Ada apa jangan berkata sembarangan yah" Seiji pun membalas dengan syara lantang.

"Pakai baju mu bodoh." tegas Ayano kepada Seiji.

Seiji pun sadar bahwa dia belum memakai baju nya lagi saat dari kamar mandi tadi.

"KYAAA... MESUM." Seiji pun berteriak.

"Bodoh, kamu yang Mesum dasar mesum, kenapa kamu malah yang teriak lebih kencang." Ayano sembari menutup matanya.

"Hancur lah sudah masa depan ku, aku sudah tidak bisa menikah lagi." Seiji langsung terduduk dan menutup muka nya dengan kedua tangannya dengan nada yang sedih.

"Bodoh, aku yang harus nya bilang begitu." Ayano membalas perkataan Seiji dengan keras.

"Gitu yah? kebalik yah?" Seiji sembari menggrauk - garuk kepalanya.

"Sudah cepat pakai, baju mu dasar mesum" Ayano melemparkan pakaian Seiji kepada Seiji.

Seiji pun memakai pakaian nya, lalu mereka duduk di ruangan Seiji.

"Jadi kamu mau belahar disini?" tanya Seiji sembari menuangkan teh dingin.

"Yah begitu, karena perpustakaan rame jadinya aku ingin menumpang belajar di apartement mu." jawab Ayano sembari mengeluarkan buku dan notebook nya.

"Ah terimakasih tehnya" Seiji memberikan teh dingin kepada Ayano.

"Baiklah, kamu boleh belajar disini tapi jangan ribut yah aku sedang dalam ko disi bahaya!" Seiji berdiri ke arah tempat duduk kerjanya.

"Saking bahayanya kamu sampe telanjang?" Balas Ayano.

"Bukan itu bodoh, maksud ku deadline novel ku." Seiji membaras sambil mengepalkan tangannya dan menggetok mejanya.

"Oh. . . aku kira kamu sedang dalam berurusan sama polisi dengan keadaan seperti itu" Ayano sembari menunjuk tangannya kepada Seiji.

"Jelas gak mungkinlah, aku ini sedang memperagakan scene dari novelku." Seini sembari tangan nya menunjuk ke arah menuskrip nya.

"Heh . . . gitu yah, emang ada scene telanjang nya di novel mu." Tanya Ayano sembari mengutak atik notebook nya.

"Tidak bukan begitu, rasanya tuh saat memperagakan nya kalo gak telanjang agak kurang gimana gitu." Tegas Seiji.

"Oh hm . . . yaudah semangat yah, dan jangan ganggu aku." Ayano melambaikan tangan kepada Seiji dan masih megutak atik notebook nya.

"Itu kalimat ku sialan." Seiji langsung melanjutkan pekerjaan nya.

Keadaan sangat sunyi mereka saling mengerjakan kesibukan mereka masing - masing.

Di tengah keasaan sunyi itu Seiji pun mulai berbicara.

"Ayano?" Tanya Seiji sembari melihat notebook nya.

"Hmm. . . iyah?" jawab Ayano yang sedang serius beajar.

"Apa aku boleh mencoba tiduran di pangkuanmu?" Seiji tanpa rasa malu menanyakan hal itu kepada Ayano.

"Eh . . . sudah gila kamu?" Ayano tersontak kaget oleh permintaan Seiji yang aneh.

"Anggap saja ini sebagai tanda terima kasih mu setelah ku ijinkan untuk belajar disini." Seiji menoleh ke arah Ayano dengan serius.

"Aku ada scene dimana prontagonist nya berada tidur di pangkuan sang heroine nya, jadi aku ingin agar scene ini sangat realistik gitu."

"Heh . . . apa itu tidak berlebihan untuk di praktekan?" Jawab Ayano dengan muka nya yang merah.

"Aku mohon, hanya kepada mu aku bisa meminta ini Ayano." Seiji berlutut kepada Ayano dengan serius.

"Eh. . . walau kau minta seperti itu"

Ayano yang melihat seriusnya Seiji memohon mau tidak mau Ayano pun menerima nya.

"Baiklah tapi hanya sebentar saja yah."

"Baiklah tidak lama kok" jawab Seiji langsung tiduran di pangkuan Ayano.

Ayano yang memangku kepala Seiji, tiba - tiba jantung nya berdebar dengan kencang, dan rasanya malu sekali seperti ingin mati rasanya.

"Gi . . . gima . . .gimana su . . sudah . . . belum."

Ayano yang tidak kuat menahan rasa malu dan detak jantung nya yang berdebar kencang, bertanya kepada Seiji dengan gagap.

"Hmm. . . sedikit lagi sepertinya aku akan mengerti sedikit lagi." jawab Seiji sembari meresapi rasanya tidur di pangkuan Ayano.

Seiji pun mencoba menghadapkan kepalanya kebawah.

"Bodoh, apa yang kau lakukan."

Ayano tersotak kaget dengan kelakuan Seiji yang tiba - tiba membalikan kepalanya ke bawah.

"Hentikan bodoh, mesum apa yang kau inginkan." Tanya Ayano dengan mukanya yang semakin memerah.

"Hmm . . . sepertinya aku paham."

Seiji sepertinya sudah mendapatkan suatu ide untuk melanjutkan cerita novel nya, di saat ingin bangun tiba - tiba saja Ayano berdiri dan membuat Seiji terjatuh tepat dibawah roknya Ayano.

"Sudah hentikan bodoh, sudah cukup kan itu menjadi bahan scene mu." Teriak Ayano.

"Biru muda"

Seiji mengucapkan warna celana dalam yang sedang dikenakan Ayano.

Ayano pun tambah memerah mukanya dan secara spontan menginjak - injak mukanya Seiji.

"DASAR MESUM APA YANG KAMU LIHAT"

"Hentikan ayano sakit, sakit" Seiji merintih kesakitan.

"Kamu yang tiba - tiba bangun dan memperlihatkannya kepada ku kenapa kamu yang marah" tegas Seiji sembari bangun.

"Dasar, mesum apa yang kau katakan, jelas - jelas kamu mencari kesempatan ya kan?"

Ayano terlihat seperti ingin menangis.

"Aku gak ada maksud untuk mencari kesempatan kok." Seiji berusaha menjelaskan kepada Ayano.

"Bodoh, aku tidak peduli lagi." Ayano dengan rasa masih marah kepada Seiji.

Seiji yang memang tidak sengaja melihat apa yang tidak harusnya dia lihat pun berulang kali meminta maaf kepada Ayano.

---------- Suara pintu terbuka

"Kakak, masih hidupkah?"

Misato dengan riangnya bertanya kepada Seiji, tapi setelah masuk apartement nya dia melihat Seiji yang sedanh meminta maaf kepada Ayano dengan bersujud kepadanya.

"Ada apa ini?" Misato terlihat bingung dengan keadaan itu.

"Kakak mu tiba - tiba nelihat celana dalamku." Terang Ayano kepada Misato.

Misato pun melihat ke arah Seiji dengan tatapan jijik.

"Heh . . . berani ternyata yah kakak melakukan itu, mati sana, mati seribu kali sana."

"Eh. . . . banyak sekali aku harus mati." dengan nada yang agak takut Seiji menjawab.

Seiji pun akhirnya menjelaskan semua kejadian itu kepada Misato dengan sangat ketakutan.

"Oh jadi seperti itu." Misato sembari duduk mendengarkan penjelasan kakaknya.

"Yah seperti itu Misato kejadian nya, percayalah kepada kakakmu ini." Seiji meyakinkan Misato untuj percaya kepadanya.

"Kenapa kakak gak minta saja sama aku kalau ingin melakukan itu." jawab Misato dengan spontan.

"Apa?" Seiji merasa tidak mensengar apa yang dikatan Misato.

"A... enggak, yaudah kalo gitu kita makan malam ajah, maafkan kakaku yang mesum ini kak Ayano." Misato mengalihkan pandangannya ke arah Ayano.

"Hmm . . . yah aku maafin." jawab Ayano dengan terpaksa.

"Hufh akhirnya" Seiji menghela nafas.

"Kakak juga lain kali jangan seperti itu kepada wanita denger?" Misato merahi lagi kakaknya dengan keras.

"Yah, yah Misato, Kakak gak akan melakukan itu lagi sumpah." Seiji sembari tangan nya meminta ampun kepada Misato.

"Kalo begitu kita makan malam bersama saja gimana? kak Ayano pasti laparkan" Kata Misato dengan senyumnya.

"Hmmm . . . boleh." jawab Ayano dengan sedikit senyum.

"Yah ayo kita makan malam bersama." Seiji dengan senangnya.

"Hah? kata siapa kakak boleh ikutan makan malam, sana cari sendiri di luar." Tegas Misato dengan tatapan yang jijik kepasa kakaknya.

"Heh . . . jahatnya Misato."

Mereka akhirnya makan bersama dan keadaan menjadi membaik, selesai makan mereka berbicara berasama mengobrolkan kehidupannya dan kesibukan mereka masing - masing.

"Kalau begitu aku pulang dulu, terimakasih yah atas makan malamnya Misato." Ayano bersiap - siap pulang kerumah nya.

"Yah, Kak Ayano hati - hati yah." jawab Misato.

"Karena sudah gelap ingin ku antarkan sampai statiun gak Ayano." Seiji menawarkan kepada Ayano.

"Kayaknya kamu lebih berbahaya deh." Ayano meledek Seiji.

"Jahatnya aku gak berbahaya kok." Seiji bertampang muram.

"Haha bercanda kok yaudah tolong yah anterin aku." Ayano dengan senyum berkata kepada Seiji.

Seiji pun mengantar Ayano sampai stasiun bus dekat rumahnya.

Ini bab ke 3 dari novel ini, saya harap dapat mendapatkan sebuab komentar atau kritik untuk membuat novel ini lebih bagus dan menarik lagi untuk dibaca.

TeaTimecreators' thoughts