webnovel

Penulisan, Cerita, Kesan #2

"Hmmm, bagus sih ceritanya tapi mengapa kau yang harus jadi pemeran utamanya?"Yamato heran sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Yah, sudah lama sekali aku ingin punya pengalaman seperti ini, serasa hati ini memanas jika punya pengalaman seperti itu, ~te~he." Seiji menyengir dengan lidah nya yang menjulur ke samping.

"Memanas apanya, cepat ganti nama karakter utamanya, apa kau gila penulis novel memasukan namanya ke dalam ceritanya sendiri? segitunya kamu ingin punya hubungan seperti itu? gimana kalau pembaca berfirasat seperti itu?" Yamato sambil menggerakan jari tengah nya ke menuskrip novel Seiji, dengan marah.

"Ehh . . . . padahal sudah cocok kalo aku yang sebagai pemeran utamanya." Seiji cembetut.

"CEPAT GANTI ATAU KAU AKAN KU KIRIM KERUANGAN ITU LAGI?" Tegas Yamato dengan menggebrak meja.

"Aa . . . . baik - baik, cih Yamato tidak bisa di ajak bercanda sama sekali." kata Seiji sambil menggerutu.

Seiji akhirnya mengganti nama pemeran utama menjadi Kobayashi Takahasi, karena ketakutan saat Yamamoto menggertak dirinya.

Sebelumnya Seiji pernah dikirim keruangan kosentrasi untuk menyelesaikan naskah nya yang sangat tidak masuk akal, ruangan tersebut hanya 1 petak ruang kamar kecil dan dia dikunci disana sampai selesai mengerjakan skrip novel nya, tanpa bisa keluar dari sana dan selalu fokus mengerjakan skrip nya tentu saja Seiji ketakutan dan tidak ingin kembali kedalam neraka itu.

"Heh, seandainya kau lebih memperhatikan novel - novel mu lagi, pasti aku tidak akan kerepotan seperti ini." Yamamoto sambil menghela nafasnya di cuaca musim dingin ini asap nafasnya terlihat jelas.

"Baik - baik, tuan ku." Seiji sembari menundukan kepalanya dan juga menyesali perbuatannya.

-------- Suara bel rumah

"Hee . . . . siapa disana?" tanya Seiji sembari berjalan menuju ke pintu apartemennya.

"Ini aku, adik mu tercinta." terdengar suara gadis manis di luar sana.

"Hhhh . . . Misato kah." Seiji membukakan pintu dengan sangat malasnya.

"Ada apa dengan sikap itu, adik mu yang super imut ini datang untuk membantu mu lho." Misato mencondongkan badannya ke arah kakaknya dengan muka yang agak kesal.

Misato Takahashi adik perempuan Seiji, saat ini Misato berumur 16 tahun dan sudah menginjak masa - masa sekolah menengah nya, adik perempuan dengan rambut panjang, postur badan yang agak kecil, pasti menjadi idaman para kakak laki - laki di dunia ini.

Tapi sayangnya itu tidak berlaku kepada Seiji. Misato dan Seiji tidak saling berhubungan darah alias Misato adalah adik tirinya Seiji, saat Seiji kelas 2 sekolah mengah ayahnya menikah lagi, dan wanita yang menikahi ayahnya mempunyai anak yaitu Misato.

Misato sering membantu kakanya membereskan rumah dan membuatkan makan malam.

"Ah . . . Misato apa kabar?" Yamamoto memberi salam kepada Misato.

"Aku baik - baik saja, maaf atas kelakuan kakaku yang selalu merepotkan editor." Misato sembari membungkukkan badannya kepada Yamamoto.

"Tidak , tidak, tidak usah terlalu formal, sudah biasa kakakmu seperti ini." Kata Yamamoto sembari tersenyum kecil kepada Misato.

"Bener itu Misato ini itu sudah biasa jadi janganlah terlalu formal seperti itu." Seiji dengan santai nya mengucapkan itu sembari menyilangkan tangannya di dadanya.

-------- Tak, suara pukulan.

Yamamoto memukul kepala Seiji dengan keras.

"Kamu ini harusnya lebih berusaha lagi, bukannya malah bersikap seperti itu."

"Sakit . . apa yang kau lakukan" Seiji memegangi kepalanya.

"Hmmm . . . kenapa kau mau ribut dengan ku hah Seiji?" Yamamoto menggertak Seiji yang sedang memandangi nya.

"A . . . tidak, aku tidak suka kekerasan jadi mohon jangan." Seiji menolaknya dengan rasa takut.

"Hehehehe, kalian berdua seperti adik kakak yang sangat akrab yah." Misato tertawa kecil melihat kelakuan mereka berdua.

"APA!! mana mungkin aku mau punya kakak om - om seperti dia." Seiji menyangkal pernyataan Misato dengan sangat keras.

Yamamoto yang mendengar perkataan Seiji langsung menjitak kepala Seiji dengan kencang lagi.

"Tak sopan kau yah, aku ini masih 26 tahun enak saja kau panggil aku om - om."

"Sifat mu itu yah seperti itu mau bagaimana lagi." Tegas Seiji.

"Apa katamu?" Yamamoto berdiri sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Sudah - sudah editor Yamamoto ingin makan malam bersama kita juga?" Misato melerai mereka berdua.

"Ah . . tidak, hari ini aku langsung mau kembali ke kantor, terimakasih atas tawarannya. dan juga Seiji perhatikan deadlinemu." Yamamoto melotot ke arah Seiji.

"Baik - baik, cihh."

-------- Yamamoto akhirnya kembali ke kantornya.

Misato pun langsung memulai pekerjaan nya untuk membenahi rumah kakaknya, karena sedang deadline Misato harus membereskan apartemen kakaknya yang sangat berantakan, kertas dimana - mana, cucian piring menumpuk, pakaian berserakan dimana - mana.

"Kak Seiji, dimana sabun cuci nya?" Tanya Misato sembari mencari - mencari sabun cuci.

"Hah? di lemari pojok sana." Seiji menjawab sembari mengerjakan skrip nya.

Misato pun mencarinya beberapa kali di tempat kakaknya beritahu, tapi tidak ketemu juga.

"Apa kau yakin ada disini?" Tanya Misato sembari masih mencarinya.

"Aku yakin ada disana kok." Jawab Seiji.

"Tapi kok aku gak nemuin satupun?" Tegas Misato.

"Hmmm . . . sepertinya sudah habis yah, maaf Misato bisa kau belikan sekalian aku menitip bir yah." Seiji sembari mengeluarkan dompetnya.

"Huhhh . . . Kakak ini seenggak nya kamu belanja sendirilah." Misato menghampiri kakaknya.

"Maaf, maaf tapi tolong kali ini saja." Seiji memohon kepada Misato.

"Baik - baik, sudah terbiasa aku seperti ini." Misato sembari menghela nafasnya menerima permintaan kakaknya itu.

"Kamu emang adik yang sangat bisa di andalkan." Seiji memberikan beberapa uang kepada Misato.

"Hmmm, selalu saja seperti itu kalo ada maunya." Misato mengambil duit kakaknya dengan cepat.

Misato langsung keluar untuk membeli sabun cuci dan bir kakaknya.

Sudah 4 tahun lamanya mereka menjadi keluarga dan cukup dibilang agak canggung hunbungan mereka, walau itu tidak terlihat tapi satu sisi Seiji merasakan canggung kepada Misato, karena umur yang tidak terlalu jauh membuatnya sedikit melirik Misato sebagai wanita pada umumnya, namun Seiji tidak pernah berkata seperti itu di depan adiknya sebagai kakak, Seiji memilik harga diri yang sangat tinggi.

"Hhhh . . . sebaiknya ku istirahat sejenak." Seiji beranjak ke tempat tidurnya untuk melepas lelah.

"Setelah kupikir - pikir kehidupan ku tidak jauh beda dengan cerita yang ada di novel yah, kerjaan sebagai penulis, mempunya adik yang manis, dengan itu aku mempunyai banyak bahan untuk novel ku, haruskah aku bersyukur dengan itu?"

"Tapi kenapa juga Misato terlalu peduli dengan ku, apa dia tidak mempenyai aktifitas lainnya?"

"Maksudku sebagai siswi sekolah menengah pasti banyak klub - klub yang ingin dia ikuti."

"Atau mungkin dengan pacarnya gitu? kenapa harus mengurusi ku setiap hari."

Sambil memikirkan hal itu tidak lama Seiji pun tertidur.

--------

Satu jam setelah tertidur Misato membangunkan Seiji yang sedang tidur kelelahan.

"Kakak, bangun." Misato sembari memegangi kakaknya yang sedang tertidur.

"Bentar 5 menit lagi." Jawab Seiji sembari setengah tidur.

"Kalau tidak bangun . . . ." Misato berkata dengan perlahan.

"Kalau tidak bangun?" Seiji bertanya kepada Misato.

"Kalau kakak tidak bangun, akan ku buang semua koleksi action figure mu dan game - game mu ke dalam pembakaran sampah." Misato mengancam Seiji sembari mengambil beberapa benda itu.

"A. . . . . jangan - jangan, baiklah aku sudah bangun." Seiji langsung bangun dari tidurnya dengan cepat.

"Seperti biasa Kakak selalu saja begitu." Misato sembari mengembalikan benda - benda tersebut ketempat nya.

Setelah Seiji terbangun, Misato dan Seiji makan malam bersama dan sembari mengobrol tentang kehidupan mereka masing - masing, ketika mereka melakukan itu seperti terlihat kayak adik dan kakak pada umumnya.

Misato sangat berjasa besar kepada Seiji, sejak kedatangannya sebagai keluarga baru Seiji, Misato sangat sering membantu kakaknya, walau awalnya Seiji enggan menerima bantuan dari Misato, tapi makin berjalannya waktu, Seiji terbiasa dengan perlakuan Misato kepadanya, mungkin ini yang dinamakan adik yang baik menurut Seiji.

"Hei, Misato?"

"Ada apa?" jawab Misato sembari membereskan meja bekas mereka malam malam.

"Apa kamu tidak ada kegiatan lain gitu? maksud ku setiap hari kamu datang kemari hanya untuk membantu pekerjaan rumah ku." Seiji bertanya kepada Misato dengan heran.

"Hmmm . . . . Apa kakak tidak suka aku datang tiap hari kesini?" Misato dengan matanya yang seperti ingin menangis melihat ke arah kakaknya dengan muka yang sangat kasihan.

"Ah . . . tidak bukan itu maksud ku, maksud ku apa kamu tidak mempunyai aktifitas sekolah sepeti klub atau pacar?" Tanya Seiji dengan penasaran.

"Hmmm, untuk klub aku tidak tertarik pada klub apapun."

"Kalo pacar . . . ."

"Ahh . . . aku."

"Tidak terlalu memikirkan itu."

Untuk beberapa alasan Misato menjawab dengan nada datar saat di tanya pacaran.

Misato sebenarnya tidak ingin berpacaran mungkin bukan nya tidak ingin tapi dia tidak bisa melakukan itu.

"Aku pikir dari pada menghawatirkan aku, kenapa kakak tidak menghawatirkan diri kakak sendiri?"

"Maksud ku dengan deadline kakak, dan juga cara hidup kakak yang tidak sehat itu."

"Apa, wajar saja aku menghawatirkan mu sebagai seorang kakak." Tegas Seiji dengan serius.

"Aku bisa kok merawat diriku sendiri." Seiji sembari menyilangkan tangannya.

"Eh . . . benerkah itu?" Misato menjawab dengan mata yang agak sinis.

"Bener kok."

"Kakak pasti tidak bisa."

"Bisa kok."

"Tidak."

"Bisa."

"Oke kalau begitu untuk besok kakak harus makan 3 kali sehari, dan juga tidak boleh makan - makanan cepat saji, membersihkan apartemen, dan juga mencuci dengan benar."

Misato berkata serius dengan agak marah kepada Seiji.

"Ah . . . emmm." Seiji terlihat kebingungan.

"Tidak bisa kan?"

"Makanya dari pada menghawatirkan aku, Kakak harusnya menghawatirkan diri kakak sendiri."

Misato berhasil membalikan keadaan kata - kata Seiji.

"Ah . . . baiklah, kamu sama Yamato selalu saja mengomeli ku. jezzz" Seiji tidak bisa membalikan kata - kata Misato.

"~te~he." Misato tersenyum dengan lidahnya menjulur ke samping kanan, bermaksud meledek kakaknya.

"Kalau begitu aku pulang dulu karena sudah malam, takut ayah dan ibu khawatir." Misato sembari memakai sepatunya.

"Hah . . yah, hati - hati Misato."

"Um . . . Malam kakak."

"Malam Misato."

--------

Terimakasih sudah membaca, aku harap kalian senang membacanya, dan jangan lupa komentar dan keritik nya hehe.

TeaTimecreators' thoughts
Next chapter