webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

56. Bimbang 1

Siang hari ini terlihat ramai. Kefe-kafe di penuhi pengunjung. Seperti kafe yang mereka kunjungi saat ini, dimana empat orang sedang duduk manis. Dua cewek dan dua cowok. Hana terlihat lebih feminim dengan busana bernuansa pink, mulai dari jepit, blus, rok pendek di atas lutut,sepatu dan tas. Penampilan Ara lebih santai dengan kaus katun merah maroon, celana pendek denim, sepatu sandal dengan tas selempang. Abe dan Ezhar masing-masing duduk di sebelah Hana dan Ara.

Mereka baru tiba lima menit yang lalu dan memilih di deretan sofa hijau pupus berbentuk leter U di pojokan dekat jendela, ngobrol-ngobrol sembari menunggu pesanan datang. Seperti biasa Hana dan Ezhar mendominasi pembicaraan, dua orang itu sangat cocok untuk meramaikan suasana karena selalu berdebat tentang hal kecil namun sangat kompak saat menindas orang. Sedangkan Ara lebih banyak diam sambil menatap keluar jendela.

Ara tertegun saat memandang ke arah pintu masuk kafe. Hana yang kebetulan sedang menatapnya otomatis mengikuti arah pandangan Ara dan ikut-ikutan terperangah.

Di pintu masuk, seorang laki-laki muda berambut gaya undercut, mengenakan kaos putih berbalut kemeja hitam lengannya terlipat setengahnya dan celana jins hitam, melangkah masuk seraya menebarkan pandangan. Ketika melihat Ara dan teman-temannya, dia tertegun sebentar, kemudian langsung berjalan menghampiri tanpa ragu-ragu dengan langkah ringan dan lebar.

"Hai, aku boleh gabung?" sapa Arka seraya duduk begitu saja, pesis di samping Ara yang sontak terserang canggung.

Tadi pagi Ara bilang terlanjur janjian sama Hana tidak bilang mau nongkrong di mana, waktu Arka mengajaknya jalan-jalan. Tapi Arka yang penasaran memutuskan untuk menyusul. Dia bisa menebak Ara bakal ada di sini karena tempat favoritnya, walaupun dia tidak menyangka akan bertemu dengan Ezhar makhluk karnivora.

Formasi duduk mereka berlima kini berubah. Arka duduk di samping Ara, mendesak Ezhar yang terpaksa menggeser duduk di pojokan sofa. Persis di samping Abe. Sementara Hana duduk manis di depan Ara karena ingin mmengamati diam-diam reaksi sobatnya.

Ezhar yang kesal di desak-desak, menatap Arka dengan tajam yang di balas sama tajamnya oleh Arka.

Arka menggerakkan bibirnya bicara tanpa suara. Ezhar yang melihat itu menatap penuh kosentrasi mengikuti setiap gerakan bibir Arka yang mengatakan. 'Kenapa kau mengatakan Ara sebagai kekasihmu! Aku marah! Dan kau jangan protes!'.

Melihat itu Ezhar makin kesal tidak mau mengalah, Ezhar mencoba memanasi-manasi dengan bersikap manis kepada Ara. Namun Arka hanya tersenyum sinis sembari mengawasi agar Ezhar tidak berbuat terlalu jauh.

Kini dengan semua bukti yang terpampang di depan mata, Hana dapat membaca arti tatapan dan sikap Arka. Mata cowok itu berkilat-kilat lembut menatap Ara. Namun memandang tajam bercampur cemburu ke arah Ezhar ketika melihat Ara bicara dengannya. Belum lagi di tambah fakta selama ini Arka kerap mengajak Ara jalan-jalan dan menjaganya sedemikian rupa. Itu semua pasti karena Arka mencintai Ara untuk kedua kalinya.

Saking terlalu gemas sekaligus ingin cepat memberi tahu. Hana menendang kaki Ara.

BUK! Tendangan itu sukses mendarat di tulang kering Ara hingga dia meringis kesakitan. Tidak mau kalah, Ara balas menendang lebih keras tulang kering Hana di bawah meja. Saking kagetnya Hana sampai terlonjak dari sofa. Untunglah tidak ada yang memperhatikan selain Ara yang terkikik sambil buru-buru menutup mulut.

Hana yang tampak jengkel menendang lagi kaki Ara. Sayangnya, kali ini Ara gesit menghindar dengan merapatkan kedua kakinya ke arah Ezhar, namun pada saat bersamaan Arka meluruskan kakinya ke arah depan, sambil menyenderkan punggung ke sandaran sofa. Alhasil, mendaratlah tendangan keras Hana di tulang kering cowok itu.

DUG! Arka terlonjak kaget sambil meringis kesakitan hingga semua menoleh ke arahnya dengan pandangan bertanya-tanya.

Muka Hana langsung pucat pasi, sementara Ara susah payah menahan tawa.

"Aduh, Kak Arka, maapin Hana ya? Tidak sengaja. Sumpah. Tadi Hana mau ngelurusin kaki tapi malah kena kaki Kak Arka," Hana memohon-mohon maaf.

Arka tersenyum terpaksa. "Tidak apa kok, Han,"

"Beneran, Kak? Makasih ya? Hana benar-benar tidak sengaja."

Arka mengangguk lagi sambil tetap tersenyum.

Akhirnya Hana memutuskan mengakhiri aksi heroiknya yang sia-sia sambil cemberut ke Ara yang tenang-tenang saja.

****

Makan siang telah selesai, belum ada yang berinisiatif menagajak jalan-jalan ke tempat lain. Arka sengaja masih duduk-duduk di samping Ara. Hana juga. Abe sih terserah Hana. Lain lagi dengan Ezhar yang memilih pamit karena harus pergi ke suatu tempat. Ara yang melihat Ezhar pergi menatap cowok itu sampai bayangnya tidak terlihat lagi. Namun sesaat kemudian tatapannya berubah datar, suram.

Hana yang merasa aneh dengan gelagat sahabatnya juga ikut menoleh ke arah pintu masuk kafe. Seketika senyum di bibirnya ikut menghilang. Di pintu masuk kafe seorang cewek cantik dengan memakai tank top dan bra renda, celana pendek dan sepatu berhak tinggi rambutnya yang panjang di atas bahu di biarkan tergerai.

Cewek itu memandang sekeliling ketika dia melihat keberadaan Arka senyum manis terukir di bibirnya. Dia berjalan mendekati tempat duduk mereka.

Hana yang melihat itu mulai menggerutu tanpa sadar dia bicara dengan suara normal "Aku merasa sering melihat adegan yang sama hari ini. Pertama Kak Arka dan sekarang si lampir modern. Ugh!"

Arka yang mendengar itu langsung menegakkan kepalanya menatap Ara yang terdiam, wajahnya datar tidak ada emosi sedikitpun, melihat itu entah kenapa Arka yang jadi emosi di tambah lagi dia melihat Amel melenggang berjalan ke arahnya.

Arka menghela napas bosan.

"Hai! Arka, kebetulan sekali, aku boleh gabung?" tanpa permisi Amel langsung duduk di samping Arka membuat Ara menggeser duduknya ke pojokan. Kening Arka berkerut tidak suka, dengan cepat dia menggenggam tangan Ara dia tidak mau gadis itu mendiamkannya lagi seperti sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan di sini!" tanya Arka tajam.

Amel terkekeh menggamit lengan Arka dengan suara manja dia menjawab "Aku tadi kerumahmu! Tapi, tante bilang kau sedang pergi, akhirnya aku pergi jalan-jalan dengan teman-temanku dan tidak sengaja melihatmu di sini."

Hana yang mendengar itu meniru setiap perkataan Amel dengan gaya yang di lebih-lebihkan membuat Ara dan Abe tertawa terbahak-bahak. Mendengar itu Amel melotot tajam pada Ara. Tidak mau kalah Ara balas melotot pada Amel.

"Apa kau ingin nonton?" Tanya Arka pada Ara. Sebelum Ara menjawab Amel lebih dulu menjawab.

"Ya, ada film bagus, ayo kita pergi? Sudah lama sekali kita tidak pergi berdua.." kata Amel sambil memberi senyum provokasi pada Ara.

"Huh.."

Ara melongok heran melihat tingkah Amel yang sangat kekanakan. Rasanya dia ingin tertawa terbahak-bahak tapi dia terpaksa menahannya. Genggaman Arka pada tangannya membuatnya sadar kalau cowok itu ada di pihaknya jadi sekarang dia bisa membalas Amel dengan jelas.

Ara balas menggenggam tangan Arka dan menjawab "Tapi aku bosan nonton! Gimana kalau kita jalan-jalan di pantai saja?" Arka tersenyum dan mengangguk sambil mengusap rambut Ara.

"Weeekk!!" Ara menjulurkan lidahnya pada Amel. Semua tindakan itu tidak lepas dari pandangan mata Arka, tapi dia hanya membiarkan apa yang Ara lakukan. Dan tidak ikut campur selama Amel tidak melakukan hal-hal di luar batas.

Amel menggeretakkan giginya bibirnya bergerak seperti mengatakan seseuatu "Dasar anak sial!"

Senyum Ara hilang seketika, dia langsung berdiri dan bergerak ke arah Amel saat mereka saling berhadapan. Arka juga berdiri di samping Ara takut kalau sesuatu yang buruk terjadi padanya. Ara tersenyum miring dan mengayunkan kakinya dengan keras dan cepat tepat ke arah tulang kering Amel.

Gadis itu terlonjak, berteriak kesakitan sambil memegang kakinya yang baru saja di tendang Ara.

"Rasakan itu! apakah enak!" Katanya lalu memberi kode pada Hana dan Abe untuk pergi tidak lupa dia menatap Arka dan bertanya "Kau! Tetap di sini atau pergi!" kemudian dia melenggang pergi.

Arka menggeleng kepala melihat Ara yang semakin menarik di matanya, gadis lugu berubah menjadi pemberontak.