webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

398. Rahasiakan 1

Ramazan semakin membuka matanya lebar "Arka?" gumamnya tidak percaya. Ramazan langsung duduk, sejenak dia memejamkan matanya karena sakit kepalanya semakin menjadi-jadi karena duduk mendadak. Mata ramazan semakin melebar kaget melihat bocah kecil tampan di samping Arka. Bibir Ramazan terangkat ke atas tangannya terulur pada bocah kecil itu. Evan terlihat ragu-ragu bocah kecil itu menatap Arka.

Arka mengangguk dengan gerakan pelan Evan melangkah mendekat ke arah Ramazan.

Ramazan menunggu dengan sabar wajah pucatnya tersenyum lembut pada Evan, ketika dia memegang bocah gendut itu senyum Ramazan semakin lebar dan langsung menarik bocah itu ke dalam pelukannya. Ramazan memeluknya erat sambil menghirup bau susu yang menguar dari tubuh Evan terasa menenangkan, kulit bocah itu lembut.

… Akhirnya.. bisik Ramazan dalam hati. Andai saja Evan anaknya dan Arista alangkah indahnya itu..

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com