webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

300. Jalan-jalan di Harajuku

Arista dan Rey duduk di sebuah kafe yang berderet di sepanjang jalan. Di leher Arista tergantung sebuah kamera, dan terus memotret hal yang menarik di matanya.

Posisi mereka yang duduk dekat jendela besar membuat pandangan mata mereka menjadi sangat luas. Rey bertopang dagu dengan wajah bosan. Beberapa orang mulai memotret dirinya, dan dia sendiri tidak ingin bergaya anggap saja dia tidak tahu apa-apa.

Arista menoleh ke arah Rey tanpa sadar seulas senyum terukir di wajah cantiknya. Kakaknya sedang bosan mungkin karena terganggu oleh beberapa orang yang mengambil gambarnya. Arista mengangkat kameranya dan membidik ke arah Rey. Kakaknya itu masih belum menyadari kejahilannya, dia masih asyik dengan pikirannya sendiri dan perasaan bosannya. Dia bahkan tidak menyadari kalau sudah di potret.

Arista mengetuk meja beberapa kali, bahkan melambai-lambai kan tangannya di depan wajah rey. Ternyata kakaknya itu benar-benar sedang melamun.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com