webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

239. Terlalu Tangguh

"Hei...siapa tadi nama mu?" Tanya Arista dengan gaya preman, sebelah kakinya naik ke atas kursi, kedua tangannya memegang tangkai kayu penjepit ikan bakar. Dia makan dengan lahap.

Di depannya empat orang pria berbadan besar sebaliknya mereka makan dengan sangat rapi dan teratur.

"Nama ku Han.." jawabnya datar.

"..Apa kau mau ikut bersama ku? Kau bisa menjadi koki hebat di rumahku dan mamaku pasti akan sangat menyukaimu, karena panggang ikanmu sangat enak!"

Melihat Arista yang bicara seperti itu Feng menjadi tertarik "Apa aku juga boleh ikut?"

Arista menoleh menatap Feng dari bawah ke atas lalu mengangguk "Akan aku pikirkan.!!!" Lalu Arista menunjuk dua pria lainnya "Dan.. kalian berdua sangat tidak berguna! Kenapa memanggang ikan saja tidak bisa!"

Dua pria lainnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun selain datar dan tetap makan ikan panggang dengan serius.

"Kami hanya di latih untuk bertempur tidak untuk memanggang ikan.." jawab salah satu dari mereka berdua.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com