webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

21. Journey 1

Hampir satu minggu berlalu ujian semester berlangsung. Setelah kembali dari kemping waktunya ia habiskan dengan belajar sesekali ia akan pergi ke perpustakaan kampus dan diam di sana dalam waktu yang lama. Ara tidak sempat lagi mengisi persediaan camilannya di lemari penyimpanan dan ia juga tidak tahu jika satu persatu kripik kentang nya hilang di curi.

Kevin duduk di beranda kamar Ara menatap ke meja belajar yang penuh dengan buku terbentang. Ara terlihat serius membaca mengabaikan Sahabat tampan nya sejak dua jam lalu.

"Ra, ini akhir pekan, ayo kita pergi nonton! Berhenti sebentar tidak akan membuatmu bodoh! Kau itu sudah sangat pintar!".

Tidak ada jawaban hanya suara kertas yang bergesekan dengan jari-jari saat akan di balik. Kevin mulai habis kesabarannya sampai Ara menatapnya datar.

"Kalau kau ingin, pergi aja sendiri! Aku harus belajar!".

Kevin menggerutu melempar bungkus keripik kentangnya ke atas meja. Ia berdiri dari duduk dan berjalan masuk ke kamar lalu menghempaskan badannya terlentang di atas ranjang ia diam matanya kosong menatap langit-langit kamar seperti ikan mati.

"Ra, ayo lah.."

Ara menghentikan kegiatannya menatap bosan pada Kevin "Kenapa kau tidak pergi dengan teman kencanmu! Atau teman nongkrongmu yang lain. Jangan mengangguku!". Ara kembali membaca buku sesaat kemudian ia berkata "Aku sibuk! Dan berhenti merengek! ".

"Kenapa kau belajar sangat keras!" Tanya Kevin penasaran.

Ara menghentikan bacaannya matanya menatap hampa pada layar komputer yang menyala. Ia kembali teringat persyaratan dari bunda dan kakaknya. Hanya untuk mendapatkan izin liburan ke luar kota ia harus belajar dengan keras dan berperilaku baik. Ara hanya tidak mengerti kenapa bunda dan kakaknya menolak dengan keras ketika ia meminta izin untuk liburan di kota itu.

"Ra.. Kenapa kau melamun!". Protes Kevin.

Ara mendengus lalu kembali membaca bukunya "Kau tidak akan mengerti karena yang ada di kepalamu hanya makan dan senang-senang!".

"Jadi kau tidak ikut?". Ara menggeleng "Baiklah! Aku pergi dulu!". Kevin bangkit dari ranjang memperbaiki dandannya sambil berjalan ke arah pintu keluar. Ketika ia akan membuka pintu suara Ara terdengar dari belakangnya.

"Jangan lupa isi kembali stok cemilan ku! Kalau tidak jangan harap kau bisa menjadi sahabatku lagi!".

Kevin menelan ludah dalam hati ia merutuk penuh penyesalan. Ia lupa jika Ara dalam kondisi serius ia harus mengganti cemilan yang ia makan lebih banyak dari sebelumnya.

"Baiklah! Setelah pulang dari nonton aku akan datang mengisinya sampai penuh! Puas!".

"Hm.."

Kevin tidak tahu apakah harus bersyukur atau tidak karena memiliki sahabat dengan sifat jahat seperti itu.

Setelah kepergian sahabat berisiknya Ara mengambil sebuah kotak kecil yang di gembok dari dalam laci lemari. Ara membuka gembok dengan kunci mengeluarkan satu persatu foto dan surat dari sahabatnya sewaktu pemulihan di rumah sakit.

"Apa kabarmu sekarang.." Gumam Ara sedih. Hampir satu tahun ia tidak lagi mendengar kabar bahkan beberapa surat ia kirim tidak pernah mendapatkan balasan "Aku akan bepergian seperti janji kita waktu itu dan ingin kau juga pergi bersamaku, menikmati kehidupan untuk kesempatan kedua setelah selamat dari maut. Tapi sekarang dimana aku harus mencarimu?"

"Ra.. Kau sedang apa?".

Ara buru-buru menyimpan kotak kembali ke dalam laci lemari ia berjalan menuju pintu kamar dan membukanya itu Alden. Melihat sosok yang tidak ingin di lihat seketika Ara merengut. Dan kembali masuk lalu duduk di kursi belajarnya, di ikuti Alden yang duduk di atas ranjang.

"Hei, kenapa merengut? Seharusnya aku yang merengut kenapa kau pergi liburan tapi tidak mengajak ku!".

"Kami satu organisasi pergi! Orang luar tidak boleh ikut!".

"Hei! Setidaknya aku masih senior di sana!"

"Kau sudah tua! Tidak baik merepotkan kami anak-anak muda!".

Alden tersedak air ludahnya sendiri, ia terbatuk ringan dan menatap Ara. Ia ragu-ragu untuk bicara membuat Ara jengkel lagi.

"Kenapa! Ada sesuatu yang ingin kau katakan!"

Alden mendengus "Kau sangat tidak sopan terkadang!" lelaki itu memperbaiki posisi duduknya "Kau benar-benar akan pergi?"

Ara mengangguk.

"Kau yakin? Tapi kau belum pernah kesana! Aku akan pergi bersamamu!".

Ara melotot menatap Alden kesal "Kenapa kau sama saja dengan kak Kimi! Aku sudah besar biarkan aku melakukannya sendiri!".

"Tapi-.."

"Apa?! Aku akan baik-baik saja!" Ara kembali membaca bukunya membuat kamar itu kembali sunyi namun sesuatu mengganggu kosentrasi Ara, ia kembali menatap Alden dan bertanya "Kak, apa kau mendengar kabar tentang Akira?".

Alden tersenyum "Saat kau ada mau nya baru memanggilku kakak!" sesaat kemudian Alden menggeleng "Yang aku dengar kondisinya sempat memburuk tapi saat-saat kritis dia mendapat donor dari luar negeri dan dia pergi ke sana!".

Ara mengangguk dan berpikir sendiri "Mungkin karena itu dia tidak pernah membalas suratku!".

"Kau bisa menelpon nya?" Saran Alden.

Ara menghela nafas "Dia tidak suka menggunakan chat atau sms! Dia lebih suka surat atau E-mail!".

"Teman mu aneh!".

"Yah, setidaknya dia masuk dalam kriteria sahabat terbaik ku! Jadi aku tidak peduli seperti apa dia".

Alden diam ia berbaring di atas ranjang sambil memainkan ponselnya kemudian ia berkata.

"Kenapa kau tidak pergi liburan semester ke tempat ini saja!".

Ara menatap Alden "Kemana?".

"Kediri!".

"Apa menariknya di sana?".

Alden tertawa bahagia "Hei jangan cepat menilai. Di sana ada sebuah kampung yang di sebut Kampung inggris, bukan hanya namanya yang spesial tempatnya juga spesial! Kau sebaiknya pergi ke sana saja dari pada ke tempat itu! Tidak ada yang istimewa selain pantai!".

Ara menatap Alden penasaran "Kakak pernah ke sana?".

"Kemana?" Tanya Alden pura-pura bodoh.

"Padang- sumatera barat tentu saja!" Alden terbatuk dan begumam "Apa yang kakak katakan aku tidak bisa mendengarnya!".

"Ya, sekali.. Urusan pekerjaan!". Jawab Alden lalu cepat-cepat mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin mendapatkan pertanyaan lagi tentang kota itu"Jadi bagaimana apa kau ingin mengganti tujuan mu! Mungkin saja kau akan bertemu Akira di sana!"

"Kenapa kakak bisa mengatakan 'mungkin' memangnya seperti apa tempat itu. Dan kenapa juga Akira harus ke sana!".

Alden tersenyum lebar"Sangat bagus! Itu di sebut Pare-kampung inggris. Karena banyak lembaga kursus bahasa asing disana. Yang membuatnya semakin menarik adalah tempatnya belajar tidak hanya dalam ruangan saja tapi juga di alam terbuka. Selagi aman dan nyaman maka mereka akan belajar disana! Cara mengajarnya juga kreatif. Di tambah tempat bermain serta kulinernya ada banyak dan murah! Kau pasti akan menyukainya! Kadang.... di sana juga bisa menemukan jodoh yang hilang!". Kekeh Alden membuat Ara jengkel dan melemparkan buku yang sedang ia baca. Tapi di tangkap dengan cepat oleh Alden dan tertawa terbahak-bahak. Tapi ia tetap memikirkan kata-kata saudaranya karena hanya mendengar ceritanya saja sepertinya tempat itu memang sangat menarik.

Haruskah ia membatalkan tujuan pertama dan pergi ke sana?

Ke Pare-Kampung Inggris. Seperti apa tempat itu?