webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

19. Selamatkan diri, jangan konyol 1

Ke esokan paginya langit cerah semua anggota telah berkumpul lengkap dengan barang bawaan masing-masing. Mobil bus yang di sewa juga menunggu di depan mereka, Ara duduk berjongkok di dekat pohon mangga bermain dengan semut yang berjalan berbaris mengabaikan Kevin yang berteriak-teriak memanggilnya.

"Semua sudah lengkap tidak ada lagi barang yang tertinggal sekarang kita berangkat!" Teriak ketua.

"Tunggu!" Semua anggota menatap Kevin "Ara belum datang!".

Seketika wajah semua anggota berubah menatap Kevin aneh. Sekarang mereka mengerti kenapa pemuda tampan itu masih lajang ternyata jalan pikirannya memang sedikit berbeda dari yang lain. Ketua menepuk bahu Kevin dan menunjuk ke arah sebuah pohon mangga di sana ia melihat ada gadis berpakaian serba hitam duduk jongkok membelakangi mereka.

Kevin menujuk pada Ara telunjuknya bergetar dengan wajah tidak percaya "Dia...Ara?"Semua anggota yang belum masuk kedalam mobil bus mengangguk "Dia.. Ada apa dengannya!".

"Rutinitas sebelum berangkat!" Kata ketua kalem, lalu ia memanggil Ara untuk mengakhiri ke konyolan nya di bawah pohon mangga "Ara.. Ayo masuk mobil!".

Ara langsung berdiri melempar ranting pohon yang ia gunakan untuk bermain dengan semut sebelumnya ke sembarang arah. Ia melihat Kevin menatapnya seperti orang bodoh.

"Kau kenapa! Apa uang jajan mu kurang?"

Kevin berteriak marah karena Ara lagi-lagi mengejeknya "Kau!"

"Ayo buruan! Kau si tampan lelet!"Ara kembali mengejek dengan senyum jahat di bibirnya si ketua yang melihat semua itu hanya bisa menggelengkan kepala mengabaikan Kevin berteriak-teriak penuh emosi di belakang mereka.

Empat jam perjalanan akhirnya mereka sampai di lokasi tempat untuk kemping. Ara turun dari mobil meregangkan tubuhnya yang sakit dan kaku setelah perjalanan panjang. Sekilas ia menatap Kevin yang kesusahan membawa dua ransel. Ia mendekat dan menepuk pundak sahabatnya itu.

"Bagaimana? Apa masih mau membantu?".

Wajah Kevin memerah menahan teriakan yang akan tumpah, ia menyesal termakan rayuan sepupunya yang akan memberinya uang jajan lebih jika ia menjaga Ara. Padahal gadis itu sebenarnya tidak perlu untuk di jaga karena dia sangat... Kejam. Siapa yang berani untuk macam-macam padanya.

Kepala Kevin terkulai dan bergumam "Adakah obat penyesalan?".

"Kau mengatakan sesuatu?".

"Sebenarnya apa isi ranselmu! Kenapa sangat berat!". Teriak Kevin sambil memukul ransel Ara yang di gendong di depan badannya seperti menggendong anak koala.

"Aku mengisinya dengan batu! Sudah ayo cepat! Kita harus berjalan mendaki ke atas untuk dapat pemandangan yang bagus maka di sanalah kita akan mendirikan tendanya".

Kata-kata ringan Ara mendapat teriakan protes Kevin sekali lagi.

"Kenapa kau berteriak lagi! Kau tidak lihat hanya kita yang tertinggal! Ayo! Kalau kau tidak mau membawa ranselnya berikan padaku!".

Ara akan mengambil ranselnya tapi Kevin menolak untuk memberikannya. Wajahnya masam "Aku masih kuat! Ayo kau jalan duluan!".

Ara berusaha menahan wajahnya untuk tetap datar di hadapan Kevin namun saat ia berbalik senyum jahat itu kembali terukir di bibirnya.

Lee si ketua yang menunggu mereka dan melihat semua itu tersenyum tanpa daya dalam hati ia bergumam.

Memang gadis yang menarik.

Jika saja Kevin mendengar apa yang ada di hati ketua mungkin ia akan muntah darah karena marah.

Satu jam perjalanan mereka sampai di sebuah desa dengan perbukitan dan sawah yang membentang hijau. Mereka mendaki bukit yang tidak terlalu tinggi lokasinya sangat dekat dengan anak sungai kecil berbatu.

"Nah! Kita sudah sampai! Sebaiknya kita segera membentangkan tendanya! Untuk anak cewek kalian masak untuk makan siang"Kata ketua Lee.

Kevin yang baru sampai di atas bukit mendengar kata-kata itu langsung terduduk di tanah bersandar pada ransel di punggungnya. Wajahnya penuh keringat Ara yang melihat semua itu merasa kasihan ia mengeluarkan sebotol minuman segar dan memberikannya pada Kevin.

Melihat minuman favoritnya datang mendekat semua keluh kesah di hatinya hilang seketika ia langsung mengambilnya dan meminumnya dengan rakus.

Suara gluk-gluk terdengar membuat Ara tertawa. Kemudian ia berkata "Ayo bantu anak cowok membentang tenda!".

Seketika Kevin rasanya ingin pingsan saja! Kevin mengatur napasnya agar stabil mengatur ulang kejadian demi kejadian ia baru menyadari jika Ara kali ini memang berbeda dari sebelumnya apakah dia tahu rencana nya?.

Kevin menatap Ara tajam lalu menggeleng kan kepala begitulah seterusnya untuk beberapa saat "Apa yang kau pikir kan! Sana bantu yang lain!".

Kevin pasrah di perbudak oleh Ara.

"Malam ini kita akan bermalam di sini besok jam tujuh pagi kita lanjutkan lagi masih ada tempat menarik yang menunggu kita!".

Mendengar kata-kata ketua semua orang tertawa bahagia. Meskipun itu melelahkan tapi mereka bisa melihat sesuatu yang indah dan melepas stres.

❄❄❄

Jam lima subuh Ara berdiri di luar tenda, teman-temannya masih belum ada yang bangun. Ia menyilangkan kedua lengan di dada memandang jauh ke lembah. Suasana pagi yang lembab dan sejuk membuat gadis itu menarik erat jaket yang membungkus badannya.Embun masih menggantung di ujung daun. Ia bangun lebih awal, entah itu karena kebiasaan atau karena matanya yang tidak mengantuk lagi.

"Kau bangun sangat awal?".

Ara menoleh ke asal suara. Lee si ketua merapatkan jaketnya lebih erat dan berdiri disamping Ara memandang jauh pada lembah hijau yang di tumbuhi padi. Ara menatap Lee dalam diam membiarkan lelaki tampan itu berdiri di dekatnya ia selalu merasa bahwa Lee sedikit aneh. Meskipun Lee adalah seniornya mereka sangat jarang bertemu karena sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tapi ada saat nya ia merasa kalau Lee selalu muncul di hadapannya di saat-saat tertentu, entah itu kebetulan atau sebuah kesengajaan.

"Ya, cuaca dingin memang membuat ngantuk tapi aku tidak mau ketinggalan pemandangan yang indah".

"Hm.. Kau benar.."

"Hei ketua? Setelah ini kita kemana?". Tanya Ara kemudian.

"Seperti biasa kita akan bersenang-senang, mendaki bukit, memancing ikan, atau kita juga bisa membantu penduduk desa yang kesulitan tenaga kerja!".

Ara menatap ketua sinis, kenapa ia merasa Lee selalu membuatnya kesal dengan sengaja seperti ia mengenalnya dengan baik.

"Hei ketua! Apa kita pernah bertemu sebelumnya! Maksudku.. Aku merasa tidak asing dengan sesuatu! Ketua apa kau pakai kaca mata sebelumnya!".

Lee terbatuk hebat dengan cepat ia membantah "Tidak! Mataku sangat sehat kenapa harus pakai kacamata! Sudahlah ayo bangunkan yang lain".

Ara menatap ketua yang melenggang pergi dengan langkah cepat. Ia merasa ketua sangat aneh. Kenapa ketua terlihat sangat gugup apakah dia menyembunyikan sesuatu. Ara menggelengkan kepalanya dan berjalan ke tenda untuk membangunkan teman-temannya.

❄❄❄

Setelah mengisi perut mereka melanjutkan perjalanan dan mengemas perlengkapan mereka kembali. Rombongan kecil itu melewati perkebunan singkong penduduk setempat. Dan selama perjalanan itu ketua seperti menjaga jarak dengan Ara membuat gadis itu semakin curiga dengan tindakan aneh tersebut.

Kevin yang suka bergosip datang merapat lengkap dengan sekantong kripik kentang di pelukannya. Ia menyenggol bahu Ara dan berbisik pelan.

"Hei... Aku perhatikan sejak tadi kau terus menatap ketua. Apa kau menyukainya?".

Ara mendengus satu pukulan melayang ke kepala Kevin membuat pemuda itu meringis kesakitan.

"Kau sangat kejam!" Rengek Kevin sambil mengusap kepalanya. Tapi memang mulutnya tidak pernah diam ia kembali bertanya "Ini aneh! Sebelumnya dia seperti permen karet menempel padamu sekarang dia menjaga jarak! Katakan padaku apa kau telah menolak cintanya?".

Sekali lagi kepala Kevin mendapat pukulan membuat pemuda itu tidak tahan untuk meraung.

"Diam!" Bisik Ara kemudian. Tapi sepertinya Kevin tidak mengerti ia masih ingin bicara hingga Ara tidak punya pilihan menutup mulut Kevin dengan bungkus kripik kentang yang dia pegang. Kevin meradang siap memuntahkan segala bentuk omelan tapi semua itu ia telan bulat-bulat. Wajahnya berubah horor ia menatap sekeliling mereka berjalan paling depan sedangkan yang lain tertinggal di belakang.

Ara memutar langkahnya kembali kebelakang tidak lupa menyeret Kevin sambil berteriak "Lari..!! Ada babi hutan!!".

Mendengar itu semua orang yang awalnya berjalan teratur berhamburan mencari tempat teraman untuk menyelamatkan diri. Ara masih menarik Kevin menuju satu-satunya pohon jambu yang memiliki cabang paling banyak jambu itu sedang berbuah ia memanjatnya dan di ikuti Kevin di belakangnya. Setelah sampai di cabang yang menurutnya aman ia duduk dengan kaki menjuntai sambil mengatur napasnya. Kevin yang tadi sangat berisik menjadi lebih pendiam dan penurut. Ara menoleh ke sekeliling rasanya ia ingin tertawa terbahak-bahak melihat teman-temannya yang lain juga memanjat pohon dan duduk di atas cabangnya sambil menatap kebawah.

Kevin meringis ketakutan "Ya ampun kenapa babi hutannya berada tepat di bawah kita! Kenapa aku sangat sial!".

"Lain kali jika kau ingin bepergian lebih baik baca dulu keberuntunganmu!". Kata Ara datar.

Kevin langsung menatap Ara tajam meminta sahabatnya itu untuk berhenti mengeluarkan kata-kata yang membuat hatinya semakin sakit dan kesal.

❄❄❄