webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

188. Masih Memikirkannya

Arista duduk sambil bertopang dagu di meja kasir matanya menatap kosong pada jalan raya, entah sudah berapa kali dia menghela napas. Alden yang sedang melihat persediaan bahan-bahan di dapur menoleh ke arah Arista. Gadis itu melamar kerja di kafenya tapi sering bolos, dan melamun tidak pernah benar. Ada satu yang benar menghabiskan persediaan makanan di dapur.

Alden menyerahkan kertas yang berisi catatan bahan-bahan yang harus di beli kepada manajer kafe dia pun berjalan mendekati Arista menepuk pundak gadis itu hingga membuatnya hampir jatuh dari kursi.

"Alden!" protesnya marah.

"Apa lagi yang kau pikirkan!? Kau tidak ke rumah sakit lagi?"

Pipi Arista mengembung gadis itu menggeleng "Tidak! Hari ini aku lagi malas bepergian ke rumah sakit! "Ujarnya kertus.

Sebelah alis Alden terangkat mendengar nada Arista yang berbeda dari biasanya, dalam hati dia bertanya-tanya apa lagi yang membuat gadis kegelapan ini marah.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com