webnovel

Sebuah Kata Kerinduan

Hujan tak pernah tau untuk apa ia jatuh. Tapi air mata selalu tau untuk siapa ia jatuh. Untuk pertama kalinya dia peduli pada seseorang, untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang untuk pertama kalinya dia merasa kehilangan dan untuk pertama kalinya juga dia merasakan penyesalan yang tiada berakhir. Arkananta Sangkara harus kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Menahan kesakitan setiap kerinduan menghantam hatinya. Tapi di antara sakit dan putus asa untuk merelakan hatinya kembali bergejolak penuh harapan. Pertemuan tak di sengaja dengan seorang gadis yang begitu mirip dengan gadis itu. Apakah tuhan sedang mengujinya atau sedang berbelas kasih atas segala kesakitan yang di deritanya selama ini. “Siapa kau!”. “Kau yang siapa! “Kau sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal!”. “Hei! Pria lajang kalau kau ingin mendekati seorang gadis jangan gunakan cara kuno seperti ini! Aku tidak percaya dengan sesuatu yang serba kebetulan! Jadi pergilah jangan menghalangi jalan ku!”. Wajah, mata, bibir, bahkan suaranya sangat mirip Arka berpikir jika gadis itu bangun dari kuburnya karena tidak tahan melihatnya dengan rasa sakit menahan kerinduan. Tapi kenapa sifat mereka sangat berbeda. Siapa kau sebenarnya! Apakah itu sungguh cinta pertamanya atau hanya seseorang yang sekedar mirip saja. Jika ada kesempatan manakah yang akan Arka pilih. Melepaskan cinta pertama yang telah lama meninggal atau memulai kisah baru dengan gadis yang mirip cinta pertamanya.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
430 Chs

174. Paman Pencinta Makanan Beku

Ramazan menatap kalender di dinding sambil menghitung hari, lalu perhatiannya beralih pada kakinya, sebuah ide muncul di benaknya. Dia segera menghubungi Rizu memintanya membuat surat izin cuti Rizu yang bingung pun bertanya.

"Kenapa lagi kau memintaku mengajukan cuti! Kau tidak akan membuatku terbunuh di suatu tempat tanpa ada yang tahu kan?"

Ramazan mencecak lidahnya kesal "Aku dengar alumni SMA kita mengadakan reunian, kau akan datang kan?"

"Kenapa kau menanyakan aku! Kau sendiri bagaimana? Apakah kau akan baik-baik saja di sana sudah pasti ada dia juga.."

Ramazan terdiam "Aku baik-baik saja! Toh, cepat atau lambat semuanya harus aku hadapi.."

"Baiklah, aku akan mengurusnya."

"Eh! Dan satu lagi tambahan, minggu ke tiga bulan puasa kita ke rumah nenek ya! Kau tidak rindu dengan nenek!" kata Ramazan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com