webnovel

SATRIA

Siti_Handriani · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
44 Chs

Yuka Beraksi

Satria dan kedua sahabatnya kini tengah berada didalam kelas seraya mendengarkan guru yang tengah menerangkan materi saat ini.

Walaupun ia telah menatap ke arah depan, sesekali , matanya itu melirik pada kursi yang berada di sebelahnya.

"Sepi." Pikirnya yang kini terpecah antara pelajaran dan juga Athena.

Satria mulai mengalihkan pandangannya ke arah lain, dan tepat diujung sana, seseorang menatapnya denga tatapan yang tak bisa ia artikan.

.

.

Setelah bel berunyi , Arthur dan juga Sakha membalikkan tempat duduknya yang kini tepat menghadap kebelakang. Mereka berbincang untuk merencanakan kepergian mereka nanti saat sepulang sekolah , yaitu pergi ke rumah duka.

Suara langkah mendekatpun menghentikan obrolan mereka bertiga .

"Hai." Ucapnya dengan nada santai , namun jelas akan penuh rasa khawatir.

Saat mereka bertiga menatap ke sumber suara, "ada apa?" akhirnya Sakha menjawab, karena tak mungkin jika Satria ataupun Arthur yang mau beramah-tamah menjawab sapaannya.

"Em... ini, gue mau tanya."

"Apa?"

"Rye, kemana? Dia gak sekolah?"

Nama Rye yang ia sebutkan membuat Satria dan juga Arthur menatap tajam kearahnya.

"Gak usah tau!" ketus Arthur yang memang tak menyukai wanita itu.

"Gue harus tau, dia kan sahabat gue juga, kasih tau gue, dimana Rye sekarang, ? Dia baik-baik aja kan??"

Sakha menatap kedua sahabatnya seolah bertanya apa yang harus ia lakukan . Akhirnya Satria pun menjawab dengan lirih.

"Rye, dia dirumah sakit, koma."

"Apa?? Kenapa bisa?? Kalian kok gak ngasih tau gue sih???" Teriak Yuka saat tau Rye kini tengah terbaring di rumah sakit. Hal itu membuat teman sekelas yang lainnya ikut mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Dirumah sakit mana Rye sekarang? Gue mau kesana!"

"Jangan!!!" Ucap Sakha dan juga Artuh bersamaan.

"Kenapa??? Kenapa gue gak boleh kesana?? Gue sahabat dia, gue mau liat keadaan dia."

"Pulang sekolah." Dua kata yang keluar dari mulut Satria akhirnya membuat Yuka meredakan amarahnya. Berbeda dengan kedua sahabatnya yang menatap Satria penuh tanda tanya.

.

.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, membuat semua siswa dengan segera mengemas perlengkapan mereka dan pulang.

Namun, beda dengan Satria, Arthur , Sakha dan juga Yuka . Mereka kini tengah berjalan menuju parkiran .

"Kita ke suatu tempat dulu." Ucap Satria pada Yuka , membuat gadis itu bertanya - tanya.

"Pokoknya ke suatu tempat."

"Huftttt... gue gak boleh tau tujuan kalian gitu?? Padahal gue ikut."

"Nanti juga tau. Lo sama gue." Ucapan  Satria membuat kedua sahabatnya shock.

"What the helll?????"

"Kesambet apaan tuh anak?" -pikir Arthur dan juga Sakha.

Yuka tak menghiraukan apapun , ia dengan santainya duduk di boncengan motor sport Satria.

"Cabut, lo depan Art." Ucap Satria , namun Art? Hal itu menjadi pertanyaan pada benak Yuka.

Pluk pluk

"Sat, Art yang lo maksud siapa?"

"Ga usah banyak tanya!"

"Ishhh.. sebel deh." Yuka dengan sengaja menempelkan badannya pada Satria , dan dengan perlahan , tangan itu memeluk pinggang Satria.

Sang empunya menegang, ia menatap kebawah dimana ia melihat kedua tangan itu tengah memeluknya.

"Apa gue harus berpaling?"

Akhirnya , Satria pun membiarkannya saja dan kini kembali terfokus ke arah jalanan.

Di balik punggung Satria, Yuka pun tersenyum samar karena ternyata kelakuannya ini di respon baik oleh Satria.

.

.

Rumah putih bertingkat dua yang kini di penuhi ucapan bela sungkawa , serta bunga bunga yang terpajang membuat suasana semakin larut akan kesedihan.

Arhtur mencoba menahan air mata yang siap turun . Dengan perlahan, ia memberanikan diri untuk melangkah maju mendekati peti mati yang kini berada di hadapannya.

Beberapa anak buah yang tadi terdiam , kini mulai bersiaga saat melihat Arthur .

"Daisy.... kamu harus kembali nak... ini mommy...hiks...hiks."

"Daisy... hiks hiks.."

Mata sang ibu menatap tajam Arthur yang kini sudah berada dekat dengannya.

"Dasar anak tidak tahu diri, tidak berterima kasih... kalian puas kan Daisy ku ini mati?? Dasar manusia biadab kalian!!!!"

"Gara - gara kamu anak saya meninggal... padahal pertama kali liat kamu , kamu mau saya bunuh , karena kamu, anakku bersusah payah ingin membalas dendamnya..."

"aaahhhkkkk... Daisyyy... anak mommy... kembali nak."

Arthur terdiam mematung , ia mencoba menyerap perkataan yang keluar dari mulut nenek angkatnya dulu.

"Usirrr!!!! Usir dia..."

"Saya tidak sudi lagi melihat anak itu!!!"

"Usirrrr!!!!!"

Perintah darinya membuat para bodyguard yang sedari tadi hanya melihat langsung turun tangan menyeret Arthur dan ketiga lainnya keluar dari rumah itu.

Arthur keluar dari rumah itu dengan sendu yang terpatri jelas diwajahnya.

Sakha menepuk bahu Arthur mencoba memberi semangat pada anak itu.

"Kalian duluan aja ke rumah sakitnya, gue mau liat pemakamannya dulu."

"Tapi, lo..."

"Gue bakal liat dari jauh."

"Okey.. kalau ada apa - apa, telpon kita bro." Ucap Sakha yang di beri anggukan oleh Satria tanda ia pun berpendapat sama.

"Cabut!"

Ucap Satria kemudian disusul oleh Sakha dan juga Yuka.

.

.

Yuka kembali menaiki motor Satria. kini, sebelum motor berjalanpun , tangannya bergerak secara otomatis memeluk Satria.

"Kenapa?"

"Kenapa apa Sat?" Jawab Yuka yang taj mengerti akan apa yang satria tanyakan.

"Lo peluk gue!?"

"Hah? Oh.. jadi gak boleh?? Maaf ya.."

"Gue tanya kenapa?"

Yuka berfikir, ia takut salah mengungkapkannya dan membuat mereka akhirnya berjauhan kembali.

"Huftt... gue.., gue suka sama lo."

Tanpa menjawab ataupun berbasa - basi lagi, Satria akhirnya melajukan motonya setelah mendapat jawaban dari Yuka.

Yuka tertunduk selama perjalanan, hal itu membuat Satria melakukan hal yang paling gila selama hidupnya.

Satu tangannya terarah kebelakang menarik tangan Yuka dan mengarahkannya untuk memeluk pinggangnya kembali.

"Ayo pacaran."

.

.

〰〰〰〰〰