Satria melengos pergi begitu saja dari ruangan Athena. Dengan air mata yang siap tumpah kapan saja, ia berlari semakin cepat menuju tangga darurat dan menaiki setiap tangganya dengan gumaman lirih tiada henti.
Ini pasti salah
Rye gak akan pergi
Dia masih hidup
Dia pasti kembali
Ini hanya skenario
Rye bakalan ada disini sama gue
Ya, Rye harus hidup
Harus tetap hidup
Begitulah ucapan yang terlontar disetiap langkah kakinya menaiki setiap tangga.
Braakkkkkk
Pintu atap rumah sakit terbuka begitu kerasnya.
Satria melangkah maju dengan langkah terseok-seok tak bertenaga. Bukan raganya yang lelah, tapi hatinya kini merasa lelah dan kehilangan.
"Aaaahhhhhhhh.... " Jerit suara Satria begitu keras berharap menghilangkan sesak didadanya.
"Rye... kamu pergi lagi..." gumamnya begitu lirih, kakinya tak mampu menopang lagi tubuh yang kini telah lelah akan semua yang ia alami.
.
.
Dari arah belakang, seseorang menatapnya dengan pandangan sendu. Rambut hitam legam dengan baju yang masih berlumuran darah itu terdiam dibelakangnya.
Perlahan ia mendekat ke arah Satria, tangannya terulur menyentuh pundak tegap yang kini tengah larut dalam sedihnya.
"Sat..."
"....."
Tangan itu semakin berani menyentuh pundak Satria.
"Lo baik-baik aja kan???"
"Pergi!" ucapnya begitu dingin pada laki - laki ini.
"Gak, lo pasti sedih... tapi, gue bawa kabar bagus buat lo."
Satria menengokkan kepalanya ke arah pria di sampinya yang ternyata adalah Sakha.
"Rye.. dia , kembali."
Terkejut bukan main, Satria yang mendengar itu langsung bangkit dan pergi meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan Sakha yang kini tengah memanggil namanya.
.
.
.
"Kamu hebat Nabila."
"Iya dong mom , Nabil kan belajar dari momma."
Keduanya tersenyum bahagia seraya menyesap wine yang telah tersedia. Seringai tipis dari bibir Daisy semakin merekah saat ia memikirkan kehancuran keluarga Ily.
Brakkkkkk
Suara bantingan pintu membuat keduanya saling menatap tanda memberi isyarat untuk pergi.
Braaakkkk
Namun, sebelum mereka bergerak, pintu itu kini telah terbuka dengan lebarnya.
"DAISY!!!!" Teriakan itu terdengar begitu menyeramkan . Orang itu membawa pisau yang selalu ia bawa dan mendekati Daisy.
Kedua wanita itu terkejut bukan main, mereka langsung bangkit dari duduknya mencoba mencari senjata untuk melawan orang dihadapannya.
"KAMU!!!! Kenapa kamu ikuti rencana jahat dia Nabil?"
"Kenapa kamu terpengaruh hasutan iblis di sebelah kamu itu???"
Nabila ketakutan, baru pertama kalinya ia melihat lelaki yang ia anggap Hero nya membentak bahkan menodongkan pisau kehadapannya.
"Papa..."
"DIAM!!!! aku bukan papa mu lagi... " teriak Kean dengan iris mata kelamnya.
Ia mendekat ke arah Daisy dengan cepat juga tangannya terulur pada leher mulus wanita itu.
Eenngghh
"Kean... lepas..."
"Lo, udah buat Ily gue menderita... lo harus terima akibatnya!!!!"
"He.. hahahaha... wanita itu menderita... dia akan menjadi gila.. hahaha... " Tawa itu begitu menakutkan, Nabila mundur perlahan menjauhi kedua orang tuanya.
Takut, ia sangat ketakutan..
"Lo harus mati Daisy... Harus MATI!!!!"
Tangan Kean yang kini tengah menggenggam pisau terangkat dengan perlahan menuju pipi wanita itu. Bukan ketakutan , suara tawa yang semakin menggelegar keluar dari bibir Daisy.
Srreetttt
Srreetttt
Dua sayatan kini telah bersarang dipipi Daisy. Darah mengalir membasahi pipinya , namun hal itu tak membuat senyumnya luntur.
Kean menurunkan pisaunya pada leher wanita itu, dengan tangan yang kini tengah kuat menahan dada Daisy.
Sreeetttt
Sreeetttt
"Hhhsss.... " Ringisan itu keluar begitu saja dari bibir Daisy membuat Kean semakin senang menyiksanya.
Namun, kali ini Daisy tak tinggal diam , ia meraba nakas dimana sebuat benda tumpul tersedia disana.
Nabila melihat itu. Dengan cepat ia berlari kearah keduanya . Namun, ...
Jleb
Jleb
Kean menusukkan pisaunya tepat pada jantung Daisy. Berbeda dengan wanita itu yang menusukkan pisaunya tepat pada perut Kean.
Nabila menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia tak percaya akan apa yang ia lihat .
Mereka saling membunuh, dua orang yang dicintainya saling membunuh. Tubuhnya bergetar hebat, ia tak tahan akan apa yang ia lihat dihadapannya ini.
Nafasnya memburu , matanya mencari sesuatu , Prangggg , botol wine yang masih terisi penuh itu, kini telah pecah. Tangannya meremas kuat pecahan kaca itu .
"Nabil gak mau sendiri, Nabil ingin pergi sama kalian."
Digoreskan nya pecahan kaca itu tepat pada nadi pergelangan tangan dan juga lehernya . Perlahan ia mendekat kakinya yang terseret lemah ke arah kedua orang tuanya yang kini entah sudah mati atau hanya tak sadarkan diri .
Nabila tertidur diantara keduanya .
"Nabil sayang kalian... " lirihnya dengan mata yang menutup perlahan.
.
.
Ruangan Athena kini tengah dipenuhi tangis haru. Mereka semua kini bisa bernafas lega .
Mata indah itu masih tertutup rapat dengan wajah putih pucatnya . Senyum sendu terukir dibibir Ily dengan tangan yang terulur membelai rambut sang putri.
"Sayang, bunda mohon... bangun nak."
Namun tak ada respon dari Athena. Ily menggenggam tangan Athena seraya mengucap syukur akan kehidupan sang anak yang telah kembali.
.
.
〰〰〰〰〰