webnovel

Hancurkan

Griss dengan sengaja mendatangi mereka berdua yang sedang berbicang, ia mengawasi mereka berdua dari awal dan mendengar percakapan mereka berdua.. dan dengan sengaja mengeluarkan cincin tersebut. Griss tampak tak sabar dengan apa yang di lakukan oleh Irene.. jantung nya berdenyut-denyut menyakitkan… ia tidak suka perasaan ini.., menunggu … terlalu lama.. " Lain kali hati-hati menyimpan nya… , kau menjatuhkan nya di jalan tadi…, aku senang kau terus membawa cincin ini" Griss menekan kan setiap kata nya.. sambil memasang wajah serius, ia meletakan cincin itu di tangan Irene

" KYAAAAAA........" Terdengar suara jeritan dari seseorang sambil menunjuk ke lantai atas, semua orang menatap kearah tersebut. Irene dan kedua laki-laki itu ikut melihat kearah keributan.

Irene mencari-cari suara jeritan tersebut.. dan mendapati Violin dan beberapa orang sedang merudung nya di ruangan kelas tersebut, terlihat Violin memegang pisau sambil mendekati 2 orang lelaki yang membully nya. Gawat.. jika itu terjadi.. maka dia akan hancur selama nya…, tanpa ia sadari.. tangan nya mengenggam erat cincin yang di berikan dan langsung berlari kelantai atas…

Irene berlari dengan sepenuh tenaga, ku harap aku masih sempat… ku mohon kak Violin.., tunggu aku.. tunggu.. jangan berbuat demikian.., aku akan menyelamatkan mu.., aku akan menolong mu dari semua ini.. tolong.. jangan berbuat bodoh..

Griss mengikuti Irene dari belakang.. ia berlari secepat mungkin untuk mengimbangi Irene, tangan nya memegang telpon genggam , berharap ada seseorang yang dekat dengan mereka untuk menghentikan hal mengerikan terjadi. Tapi tidak ada satupun orang yang mengangkat telp tersebut, mereka semua sibuk mengabadikan peristiwa tersebut.

Edlert berlari melewati Griss, dan menarik tangan Irene dengan kuat.. hingga membuat nya terjatuh di bahu Edlert " Hentikan… kenapa kau harus berusaha keras untuk mereka.., itu keinginan nya sendiri.. menghancurkan diri nya sendiri.., kau bukan bagian dari mereka…., kau adalah orang kami"

" Lepaskan…" Irene menghempaskan tangan Edlert dengan kuat, ia menatap Edlert dengan tatapan penuh kebencian.. tapi dia tidak punya waktu untuk melayani lelaki itu " aku tidak sudi bicara dengan mu"

"lepaskan tunangan ku" Griss menarik Irene menjauh dari Edlert, Irene menatap Griss yang ada di depan nya, tangan lelaki itu berada di bahu Irene , memeluk erat bahu Irene yang membuat jarak antara Edlert dan diri nya menjauh.

" Apa yang kau lakukan? kita tidak punya waktu lagi" Griss mengarahkan telapak tangan nya kearah Irene , mengajak nya untuk mengenggam tangan nya, dan di sambut baik dengan Irene.., mereka berdua berlari sambil berpeganggan tangan… tanpa di sadari mereka berdua.

Teriakan semakin terdengar di ruangan tersebut, suara yang memilukan terdengar dari Violin, orang-orang telah mengerumuni seluruh pintu masuk dan jalan kearah ruangan tersebut, mereka berdua harus berdorongan untuk sampai keruangan tersebut.

" Kak Violiiiiiiiiiiiiiiiiin......….." Teriak Irene dari kejauhan.., ia menjerit sekeras mungkin untuk menghentikan Violin.. ia berharap wanita itu mendengar teriakan nya, dan menghentikan aktivitas nya sementara.., Irene dan Griss masih berjuang mendekati pintu ruangan tersebut yang penuh sesak.

BRAKKKKKKKKK

Griss mendobrak pintu yang sama sekali tidak terkunci bahkan tidak tertutup rapat tersebut dengan sekuat tenaga.. yang membuat suara dentuman sangat kuat ketika tubuh nya langsung menabrak lantai. Sungguh memalukan… ia ingin terlihat keren.. tapi malah mempermalukan diri nya sendiri. Tapi kenapa dengan pintu yang tidak terkunci.. mereka hanya menatap nya dari luar?

Tidak terkunci? Bahkan tidak tertutup rapat? Irene melihat kesekeliling sekilas.. dan sebegitu banyak orang yang berada di sini.. tidak ada satu pun yang menghentikan nya? Kenapa? Mereka sengaja…., mereka berharap kejadian ini benar-benar terjadi.. dan wanita itu benar-benar hancur selama nya.. , sungguh.. mereka benar-benar luar biasa

Irene menatap Violin yang memegang pisau dengan kedua tangan nya yang gemetar, rambut nya berantakan, muka nya yang pucat semakin pucat, matanya memerah karena berlinang air mata, tubuh dan wajah nya mengeluarkan keringat yang banyak, ia menjerit tidak jelas, dan di belakang nya ada Kriss.. anak beasiswa lain nya.., sementara di depan nya ada 3 orang lelaki yang sedikit takut, rambut Kriss seperti nya telah di pangkas oleh tiga lelaki tersebut.. terlihat potongan rambut nya yang berantakan.. dan rambut yang berceceran di lantai.

" Kak… Violin.." Irene mendekat kearah Violin

" Jangan mendekat Irene… aku tidak akan memilih-milih siapa yang akan ku lukai"

" Tolong jangan lakukan ini…, mereka sengaja.. berbuat demikian.. untuk menghancurkan diri mu.., dan kalau kau benar-benar melakukan nya.. kau akan hancur sesuai keinginan mereka"

" Aku sudah tidak peduli lagi…, aku tidak peduli dengan semua ini lagi…, aku sudah tidak tahan lagi.. akan ku hancur kan mereka semua" Jerit Violin yang telah kehilangan pemikiran nya

" Pikir kan keluarga mu… , aku janji aku akan menghajar mereka.. kita akan menghajar mereka.. kakak ingat kan.. kita berjanji untuk lulus dari sekolah ini…"

" Ba… bagaimana .. kita hanya bertiga…" Violin mulai menurunkan pisau tersebut

"Aku… aku yang akan menghancurkan mereka…, dengan otak kita.., " pelan-pelan tangan Irene mendekati tangan Violin yang memegang pisau.. " Ingat bagaimana kita memberi pelajaran kepada mereka dengan buku tugas yang kita kerjakan?"

" Ah… lagi.. tambah satu lagi .. anak beasiswa tidak ada guna… lebih baik kalian bertiga langsung lenyap saja.." Tawa seseorang dari 3 lelaki tersebut

" Diam kau…aku akan memulai nya dari mu"Teriak Violin… menaikan kembali pisau nya.. dan tanpa sengaja pisau tersebut melukai tangan Irene yang terlalu dekat dengan pisau.. darah segar mulai keluar dari telapak tangan nya

" Irene… kau.." Griss berdiri dan mendekati Irene ketika darah itu menetes cepat ke lantai

"ssssttt…., jangan mendekat" Irene memberi peringatan kepada Griss

" Irene.. aku melukai mu.. aku.. aku.." Violin semakin ketakutan.. tangan nya semakin gemetar

" Tidak.. kau tidak melukai ku… kak.., tangan ku yang bergerak kearah pisau.., tidak apa-apa..," Irene menatap Griss.. ia memberi kode kepada Griss untuk mengunci pintu.. tangan Irene perlahan bergerak kearah bawah dan menunjuk arah pintu.. dan Griss mendapat kode tersebut. Ia bergerak menutup pintu dan menutup semua gorden.., agar tidak ada saksi yang melihat nya

" Kau mau memulai dari ku.. jangan bercanda.. aku yang akan menghabisi mu"

" Yaaaa!!!!!!" Teriak Irene kesal.., ia bisa saja melemparkan tendangan kearah lelaki itu.., tapi ini hanya akan memperburuk keadaan.. Irene menatap lelaki tersebut.., ia berjalan kearah lelaki tersebut " Hei.. laki-laki tak ber- otak.., yang bahkan lebih bodoh dari udang.. , jika mulut mu tidak berhenti bicara…"

" HIYAAAAAAAAAAAAA..." Terdengar teriakan dari belakang Irene dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat, Irene menatap kebelakang dan mendapati Kriss berlari sambil mengangkat bangku kearah lelaki bodoh itu

" BERHENTIIIIIIIIIIIIIIIII" Irene berteriak dengan kuat.. ia berusaha menangkap Kriss yang berlari hendak melempar bangku tersebut, Griss dengan cepat mengambil pisau dari tangan Violin yang terpaku.., dan Irene terjatuh sambil menarik kaki Kriss..

Irene menutup mata nya dengan sangat kuat.. ia tidak ingin melihat apa yang akan terjadi.. ia tidak bisa menolong mereka.. jika ada yang terluka di antara tiga brengsek itu..,

PYAAAAAAAANGGGGGGGGGGGGGGGGG, terdengar suara kaca jendela pecah.. dan teriakan dari semua orang. Keributan semakin besar… tidak mungkin hal ini tidak menjadi perhatian komite pendisiplinan sekolah. Jika masalah ini sudah sampai pada komite… akan sangat susah urusan nya..

Perlahan Irene membuka mata , melihat apa yang terjadi.., ia mengecek semua orang di dalam ruangan tersebut, tidak ada yang terluka .. namun jendela tersebut pecah menjadi beberapa bagian.. seperti nya lemparan kursi itu meleset karena Irene berhasil menangkap kaki Kriss. Irene segera berlari keluar dan berharap tidak ada yang terkena lemparan kursi tersebut.. dan ia bernafas lega karena kursi tersebut mendarat di lantai tanpa ada siapapun di bawah kursi tersebut.

BRAAAAAKKKKKKKKKK

Terdengar pintu tersebut di dobrak kuat, dan terlihat beberapa guru dan juga komite pendisiplinan berada di balik pintu tersebut dan juga Edlert yang berdiri di depan semua ini..

" Katakan apa yang terjadi di sini…."

" Aku yang melakukan semua nya " Irene mengangkat tangan nya yang berlumuran darah.

" Kalian semua ikut kami ke kantor.."

Griss langsung berlari kearah Irene dan menarik tangan nya , ia membalut tangan Irene dengan sapu tangan milik nya " ya… bagaimana bisa kau sebodoh itu…, lihat tangan mu .. kau bahkan tidak sadar jika tangan mu sudah mengeluarkan berapa banyak darah?"

" Irene.., aku… aku.. seharus nya aku…." Violin mendekati Irene

"Tidak apa-apa.., katakana saja.. jika aku yang melakukan nya.." Irene tersenyum pada Violin

Kriss terduduk di lantai sambil menangis tersedu-sedu.., ia tidak bisa berkata apa-apa lagi.., ia sungguh menderita selama ini.., mereka berdua hanya melakukan pembelaan.., dan melampiaskan amarah yang luar biasa terpendam sejak lama

" Ta.. tapi.., kau akan di keluarkan… bagaimana bisa kami tinggal diam.. beasiswa mu akan di cabut.. kau.. kau.. akan… hancur.." Lanjut Violin

" Tidak….,tenang saja.. aku tidak akan hancur.., karena Griss akan menolong ku.. benarkan…? " Irene menaik-naikan alis nya kearah Griss.. memberi nya kode kembali

Apa yang kau harap kan dari ku? Aku sama sekali tidak dapat menolong mu.. , Jawab Griss dalam hati, sambil mengelengkan kepala nya ringan

Katakan saja iya.., dan nanti baru dipikirkan bagaimana harus menyelesaikan nya , Irene kembali menekan kan kata-kata nya dalam hati dengan mengangguk-anggukan kepala. Mereka berdua seolah-olah dapat membaca hati masing-masing

" Tapi aku tidak akan membiarkan nya… aku akan mengatakan yang sebenar nya" Edlert berjalan kearah mereka " seperti nya kalian melupakan diri ku…"

" Kau yang memanggil komite itu kan?" Tuduh Violin

" Bukan aku…. Tapi kekacauan itu yang memanggil komite.., aku malah berharap kau menusuk mereka bertiga.. agar kalian semua keluar tanpa meninggalkan jejak.." Lanjut Edlert

" Edlert… mereka bertiga orang suruhan mu? " Irene mulai menuduh Ed, baru saja ia merasa lelaki ini dapat di jadikan teman.. tapi ia salah menilai

" Aku tidak pernah menyuruh mereka…, mereka hanya mengetahui apa yang harus di lakukan.. sesuai keinginan ku…, aku akan membantu mereka.. jika kau menjadi tunangan ku…..bagaimana?"