webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
377 Chs

CH.255 Gudang Senjata

Sudahkah aku memberi tahu bahwa dalam pertarungan, baju zirah untuk melindungi tubuh dan senjata dibutuhkan? Kalau begitu aku sudah menyiapkan bukan satu, dua, tetapi satu gudang sekaligus. Tentu saja, semua ini adalah buatan dari perusahaanku. Namun ada perbedaan, aku membuatnya dengan kualitas standar, tidak terlalu tinggi, tetapi dengan kuantitas yang luar biasa mengerikan. Rencanaku adalah satu, telekinesis.

Menghadapi monster yang jumlahnya mengerikan, jumlah pedang yang kukuasai juga harus lebih banyak. Dengan menggunakan pedang yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan ditambah telekinesis, menghajar banyak musuh sekaligus bukan masalah. Namun firasatku mengatakan untuk jangan meremehkan sedikit pun karena yang paling ini portalnya di tempat berbahaya.

Walau aku mengatakan bahwa kualitasnya standar, bahan yang kugunakan bukan main-main. Tidak terbentuk dari besi dan baja biasa, tetapi inti Orichalum dan Adamantium. Dengan dua bahan ini dan bentuk produknya, aku meminta untuk dibuat dalam jumlah yang besar-besaran. Sebagai tambahan, aku meminta untuk menanamkan batu mana kecil sebagai pelacak.

Yang dibutuhkan untuk mempertahankan konsentrasiku adalaha tidak terkena serangan. Ingat bahwa monster juga terbentuk dari mana? Kalau aku menutup mataku dan merasakan aliran mana di wilayah sekitar, aku bisa mengerahkan pedang itu tanpa harus melihat satu demi satu. Intinya nanti seperti bisa melihat seperti sebuah peta dengan penanda lingkaran kecil.

"Tuan, 500 pedang yang tuan minta sudah selesai dibuat. Apakah tuan ingin mengeceknya?"

"Tidak perlu. Selain itu baju zirah yang kuminta apakah sudah selesai juga? Baju zirah ini sangat penting buatku nantinya, jangan lupa."

Kalau menyerang terus-menerus, lama-lama aku akan membuat diriku dalam posisi terpojok. Itu kenapa aku membutuhkan yang lain dan baju zirah untuk melindungiku dari memboroskan mana menyembuhkan diri sendiri. Intinya kalau mau persiapan jangan setengah-setengah, itu kenapa aku sudah merencanakan semua ini sejak lama saat besi masih panas.

Yang kumaksud besi masih panas adalah pembuat semua ini hanyalah satu orang berbakat dalam membuat senjata dan baju zirah, yang akhirnya kehilangan keluarganya. Dalam kondisi tekanan mentalnya itu, aku memanfaatkannya agar kemarahannya bisa dipakai untuk membuat banyak pedang yang bagus dan baju zirah yang kuharapkan. Kalau ingin tahu aku bisa bertemu dengan orang ini secara pribadi dari mana? Tanya IAI, bukan aku.

Dengan seluruh dek persenjataan seperti ini, aku tidak perlu khawatir dengan kekurangan apa pun. Rasanya aku sudah haus akan memburu para monster walau beberapa hari lagi pertarungan yang lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya akan terjadi. Jadi penasaran siapa yang paling kuat walau dalam keadaan yang aneh seperti ini, aku atau semua monster itu jadi satu.

"Sayang, pedang sebanyak itu yakin akan terpakai semua?"

"Terpakai pastinya, tetapi tidak semuanya jadi satu. Kemampuanku untuk mengendalikan benda dari jauh alias telekinesis yang akan bekerja."

"Membuat sihir lagi ya? Aku sudah tidak paham apa-apa lagi soal sihir-sihir yang sayang miliki. Kalau saja aku bisa menggunakannya."

"Sebenarnya bisa, asalkan syarat penggunaannya dipenuhi."

Sebelumnya juga pernah ada kasus di mana sihir buatanku dipelajari oleh orang lain, ya, saat aku masih hidup sebagai Kioku. Sihirku waktu itu juga buatanku, tetapi mereka bisa mempelajarinya walau prinsip yang kupakai berbeda dari prinsip mereka. Hanya saja karena cara pengajarannya berbeda dan mereka mau mengikuti, mereka bisa memakainya.

Sekarang kalau aku mau mengajarkan Kiera sihir buatanku, tentu saja bisa, kenapa tidak. Apalagi Kiera tidak pernah menggunakan sihir, yang dia gunakan itu kemampuannya. Yang sejauh ini mengetahui sihir lebih dalam justru orang dunia ini yang penyihir tidak didiskriminasi. Tentu saja tidak, sejak monster muncul di sini, kekuatan penyihir dibutuhkan.

Kapabilitas Kiera seharusnya juga sudah cukup tinggi sejak untuk menggunakan kemampuan, pengguna harus mencapai titik yang lumayan tinggi. Informasi tambahan, kemampuan dan sihir itu kedudukannya lebih tinggi kemampuan sejak kemampuan hanya bisa digunakan oleh sebatas beberapa orang, sedang sihir bisa hampir siapa saja, asalkan dia penyihir tentunya.

"Kalau begitu aku bisa mempelajarinya juga bukan? Mengetahui sihir buatan sayang itu akan mempermudah perang nanti walau sedikit."

"Itu tidak salah asalkan dipakai di saat yang tepat. Setelah aku mengurus beberapa hal, nanti akan kuajarkan sihir-sihirku. Tidak mungkin di rumah sejak Feliha tidak akan memperbolehkan kita pasti."

Beberapa hari lalu setelah Feliha mulai masuk sekolah, Kiera menjadi lebih sering di perusahaanku dan menemaniku selalu. Tentu saja aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu karena justru ada Kiera pekerjaanku menjadi semakin ringan. Ingat bahwa Kiera juga dari keluarga berpengaruh? Kemampuannya mengurusi perusahaan juga setingkat denganku.

Dengan bantuan Kiera aku menjadi punya waktu lebih senggang dan pulang lebih awal. Tentu saja Feliha mengetahui ini senang karena akhirnya papanya bisa menghabiskan waktu dengan dirinya lagi. Tunggu saja Feliha, selesai papa menyelesaikan soal portal yang akan ada di sekolahmu, papa akan punya banyak waktu senggang. Namun tentu, aku perlu mempersiapkan kedatangan portal yang lain lagi karena dalam interval waktu tertentu portal akan muncul lagi.

"Jadi memikirkan Feliha di sekolah bagaimana. Aku pinjam laptopmu sayang, mau melihat Feliha. Penasaran aku setelah beberapa hari masuk di sekolah."

"Bukankah aku juga memberi sayang Pentarundum? Minta IAI saja untuk menampilkannya untukmu."

"Benarkah? IAI, tolong tampilkan rekaman CCTV menunjukkan Feliha di sekolah di Pentarundum milikku."

Fuuh~ pertarungan seperti ini merepotkan juga ya? Kurasa aku harus benar-benar menangani ini atau bisa-bisanya keadaan yang ada menekan diriku dan yang lain juga. Keberadaan monster-monster ini awalnya tidak mengkhawatirkan, tetapi lama-lama menjadi perhatian banyak orang juga. Tidak banyak warga yang punya kekuatan untuk menjadi pemburu, ini merepotkan.

Oh ya aku lupa mengatakan, waktu itu aku bilang bahwa perusahaanku dibangun dengan lambat karena kekurangan sumber daya manusia bukan? Sebenarnya para pemburu itu datang kebanyakan dari para buruh sejak hanya buruh yang punya kekuatan yang cukup untuk mengangkat pedang.

Soal sihir, biasanya ini berkaitan dengan orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan hal supernatural seperti tukang jampi-jampi, pengutuk, dukun, dan lainnya yang mirip-mirip. Itu kenapa kalau ada yang melihat penyihir di sini, mereka kebanyakan menggunakan sihir kegelapan yang dimaterialisasi dari mana. Sejak dulu keberadaan penyihir itu selalu dianggap jahat bukan? Ah maksudku di Terra, Logiate, dan Heresia, bukan di Demonirya atau Kimino.

"Aku akan keluar dulu."

"Sampai jumpa nanti."

Tujuanku sekarang adalah gudang senjata. Kalau ada orang bilang gudang senjata biasanya berisi senjata api dan pelurunya, orang itu salah. Pernahkah aku membahas bahwa dalam melawan monster yang kuantitasnya mengerikan lebih efektif dengan pedang daripada senjata api? Bukan soal kekuatannya, soal biayanya.

Bisa dibilang untuk pedang buatan satu dan senjata api satu, harganya kurang lebih sama. Namun biaya perawatan senjata dengan peluru lebih mahal pelurunya, itu kenapa para pemburu lebih memilih pedang dibanding senjata api. Namun bukan berarti tidak ada yang memakai senjata api, ada, tetapi jumlahnya sangat terbatas.

Soal tadi aku mengatakan aku tidak ingin pergi mengecek pedang yang kuminta tadi, aku tarik ucapanku. Aku penasaran dengan 500 pedang yang sejenis alias diproduksi massal. Sekali lagi yang kuharapkan bukan kualitasnya, tetapi yang kubutuhkan adalah seberapa bergunanya. Daripada kualitas, mungkin aku lebih memilih ketahanannya sebelum retak dan hancur.

"Selamat datang tuan, semua senjata sudah disimpan dengan rapi di dalam kotak kayu."

"Bagus, lanjutkan saja menjaga gudang senjata."

Walau aku mengatakan gudang senjata, ini gudang senjata pribadiku, gudang senjata penjaga beda lagi. Penjaga gedung menggunakan senjata api yang terbilang lebih efektif kalau menghadapi musuh dalam jumlah kecil. Jumlah banyak memang masih boleh, tetapi jangan lupa barrel senjata bisa mudah panas, itu mengakibatkan senjata macet nanti. Bisa repot kalau meledak karena pelurunya tidak keluar.

Saat aku masuk dan mengecek semua senjata itu dengan sekilas, kurasa aku tidak menyesal mencari pandai besi yang satu ini dan kru atau anak didikannya. Walau bukan sama persis, tetapi kualitasnya kurang lebih sama. Meminta mereka membuat semua pedang ini memuaskanku saja, walau aku tahu pedang-pedang ini akan rusak nantinya.

Untuk pedang utama yang kupegang dengan kedua tanganku tentu masih tiga itu, Zero Eye Zero, Akinator, dan Etaribun. Dua katana, dan satu pedang lurus ala zaman Eropa dulu. Tentu saja setiap tipe ada keuntungannya masing-masing. Satu kuat karena kecepatan serangannya, yang lain karena kekuatan dasarnya yang terbilang brutal. Oh ya pedang-pedang 500 buah ini menggunakan model zaman Eropa, zaman kerajaan itu.

"Kurasa tidak ada yang perlu kukhawatirkan lagi ya? Sisa 3 hari sebelum pertarungan dan aku tinggal menyusun strategi akhir juga melatih Kiera dengan sihir-sihirku."

Melatih Kiera dengan sihirku akan membuatnya bertarung lebih baik. Kiera bukan penyihir pada awalnya, tetapi konsentrasi mana dalam tubuhnya cukup tinggi. Tentu itu karena terbantu diriya adalah seorang dewi, walau dalam mode pasif. Jangan lupa seorang dewa atau dewi fisiknya alias tubuhnya akan tetap lebih kuat dari orang biasa walau selisihnya tidak jauh.

Dewa atau dewi baru bisa dikatakan super kuat kalau kekuatan aslinya sudah muncul alias melepaskan batasannya. Sama sepertiku waktu itu, karena aku melepaskan batasanku dan menggunakan kekuatan dewi, dalam tubuh Kioku aku menjadi koma selama 1 hari dan 1 tahun. Kekuatan dewa dan dewi memang mengerikan.

"Kiera, aku sudah kembali. Bagaimana Feliha di sekolah?"

"Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat, mungkin sayang juga tidak akan percaya."

"Apa yang terjadi? Apakah sesuatu yang buruk dilakukan oleh Feliha atau dirinya menerima perlakuan buruk dari teman-temannya?"

Anak-anak zaman sekarang menjadi lebih brutal daripada dulu. Dulu semuanya memang brutal dan malah lebih nakal, tetapi sekarang lebih parah saja. Bukan hanya nakal, tetapi tidak menurut dan sifatnya yang begitu buruk. Lama-lama dunia yang berisi manusia dari Terra akan tetap bobrok juga manusianya juga tambah hancur.

"Tidak, sayang salah. Justru baru saja aku mengecek, Feliha menjadi pusat perhatian satu sekolah dan semua orang berteman dengannya. Ditambah semuanya tersenyum padanya lagi. Walau ada yang iri juga."

"Baguslah, baguslah, itu artinya tidak salah Feliha masuk sekolah di akademi Forosolou."