webnovel

Pergantian Kekuasaan

"Mungkin mereka belum pernah mengatakannya sama kamu, bahwa orang tua kamu pernah menitipkan pesan kepada kami kalau suatu saat nanti terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka, posisi sebagai raja dan ratu akan digantikan sementara oleh paman dan bibi. Mengingat usia kamu masih 17 tahun dan belum cocok untuk menjadi pemimpin di kerajaan Felix, mereka meminta bantuan kepada paman dan bibi untuk mengurus kerajaan, sampai usia kamu benar-benar cukup untuk mengambil alih semuanya," jelas sang paman sembari menyodorkan sebuah berkas, di mana di dalamnya tertulis tentang pengalihan kekuasaan.

"Apa itu semua yang menulis orang tuaku?" tanya Leonor.

"Iya, semua yang ada di dalam berkas tersebut secara rinci ditulis oleh orang tua kamu. Bahkan ada tanda tangan ke dua orang tua kamu juga di bagian paling bawah," tunjuknya pada tanda tangan palsu, yang dibuatnya sendiri persis menyerupai tanda tangan mendiang raja dan ratu.

"Bisakah aku membacanya terlebih dahulu? Tapi aku tidak bisa memutuskannya sekarang," ucap Princess.

"Baiklah, kamu bisa membacanya terlebih dahulu dan juga mempelajarinya. Nanti kalau kamu sudah mempunyai keputusan, kamu bisa langsung bilang sama paman dan bibi. Kalau begitu kami pamit permisi pulang dulu." Kevin tanpa berbasa-basi langsung berjalan menuju ke pintu keluar diikuti oleh istrinya.

Princess Leonor merasa ada sesuatu yang mengganjal dengan sikap paman dan bibinya, entah kenapa ia merasa sikap ke duanya seperti begitu dingin kepadanya. Tidak seperti sebelumnya yang selalu hangat setiap kali bersamanya, lagi-lagi ia mencoba untuk berpikir positif.

Leonor pergi ke kamarnya kemudian membaca keseluruhan berkas yang diberikan padanya, entah kenapa ia merasa seperti tidak setuju kalau tahta sementara diambil alih oleh paman dan bibinya. Walaupun dengan begitu rakyat akan mempunyai raja dan ratu pengganti untuk sementara, akan tetapi melihat sikap mereka yang aneh membuatnya meragu.

"Princess? Sedang apa?" tanya si mbok sembari membawakan makanan ringan.

"Mbok? Apa benar wasiat ini dari orang tuaku?" tanya Leonor meminta pendapat.

"Saya juga tidak tahu Princess, tapi kalau boleh saya memberikan saran alangkah lebih baiknya nona memantapkan hati terlebih dahulu, karena semua keputusan ada ditangan Princess. Kalau Princess merasa belum sanggup memimpin kerajaan, tidak papa untuk sementara dialihkan kepada tuan Kevin dan nyonya Anjani. Tapi semua itu kembali lagi kepada keputusan Princess, saya hanya memberikan masukan saja," ujar si mbok.

"Baiklah, aku akan mempertimbangkannya. Terimakasih makanannya, mbok lebih baik istirahat aja jangan kerja terus nanti kalau sakit, bagaimana?" Leonor dengan baik hati mengantarkan si mbok sampai di depan pintu kamarnya.

Sepasang saudara yang menemukan korban kecelakaan di sekitar jurang ketika mereka sedang menjelajah alam, langsung membawa korban tersebut ke rumah sakit yang paling dekat dengan hotel tempat mereka menginap.

"Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanyanya.

"Kondisinya cukup memprihatinkan, apalagi dibagian wajahnya yang mengalami kerusakan yang cukup parah. Kami harus segera mengambil tindakan, agar kerusakan-kerusakan yang terjadi tidak semakin melebar ke mana-mana. Tapi kami harus meminta persetujuan dari pihak keluarga terlebih dahulu sebelum melakukan operasi," jelas sang dokter.

"Baiklah, biar saya yang menandatangani berkasnya. Tolong lakukan yang terbaik agar wanita itu bisa selamat dan kembali seperti semula, untuk soal biaya dokter tidak perlu khawatir karena saya yang menanggung semuanya," ujar seorang pria bernama Sean Arkana.

"Baiklah kalau begitu, sebentar lagi kami akan menyiapkan keperluan untuk operasi. Mohon dibantu dengan doa," pamit sang dokter kemudian kembali ke ruangan operasi.

"Lalu bagaimana dengannya jika nanti kita kembali ke Indonesia? Sedangkan kita tidak tahu di mana sanak saudaranya?" tanya sang adik bernama Dinda Arkana.

"Kalau untuk itu nanti biar kakak saja yang mengurusnya, karena lusa kamu harus masuk kuliah besok kamu bisa pulang lebih dulu ke Indonesia, nanti kakak akan menyusul jika semua urusan di sini sudah beres," ujar Sean yang diangguki oleh sang adik.

Mereka berdua menunggu jalannya operasi dari awal sampai benar-benar selesai, bahkan mereka tidak keberatan sama sekali untuk menunggu di rumah sakit seperti menunggu keluarganya sendiri. Ketika dokter mengatakan bahwa operasinya berjalan dengan lancar mereka dapat bernafas lega, namun ternyata mereka bukan hanya mendapatkan kabar baik saja.

"Kami sudah berhasil mengoperasi wajahnya dan hanya tinggal menunggu beberapa hari sampai bekas operasinya benar-benar kering, semoga wajahnya bisa kembali seperti sedia kala walaupun ada beberapa sedikit perubahan. Seperti yang tadi saya sampaikan bahwa ada kabar baik ada pula kabar buruk, pasien mengalami pendarahan di bagian kepalanya, saya hanya khawatir kalau pasien akan kehilangan ingatannya akibat luka tersebut, tapi untuk memastikannya kita bisa menunggu sampai pasien benar-benar siuman," jelas sang dokter.

"Apa kita sudah boleh masuk ke dalam dan melihat pasiennya?" tanya Sean.

"Boleh, silakan masuk ke dalam karena beliau juga sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tapi tidak boleh berbarengan dalam menjenguknya, usahakan jangan sampai membuat kebisingan hingga mengganggu istirahat pasien," jelas sang dokter yang diangguki ke duanya.

Keringat bercucuran bahkan untuk berteriak rasanya mulutnya seperti terbungkam oleh sesuatu, membuat Leonor berusaha semaksimal mungkin untuk menggerakkan tubuhnya dan meminta tolong. Hanya mendiang orang tuanya yang mengetahui bahwa dirinya sangat takut akan kegelapan, itulah kenapa saat dirinya tidur pun lampu harus tetap menyala.

"Princess? Bangunnn..nona... Leonor... Princess?" Si mbok menepuk-nepuk pipinya Leonor untuk membangunkannya.

"Aaaaaakkkkkkkkkk." Leonor yang akhirnya berhasil membuka matanya seketika langsung berteriak histeris.

"Princess? Apa mimpi buruk, lagi?" panik si mbok melihat raut wajahnya Leonor seperti ketakutan.

"Mbok? Ada orang yang mencoba untuk menculik aku dan dia juga berencana membunuhku. Aku takuttttt," adu sang Princess sembari berhambur memeluk si mboknya.

"Sstttt tidak ada apa-apa Princess, tadi itu Princess hanya mimpi saja tidak terjadi apapun di sini. Sstttt jangan menangis," ujar si mbok.

"Tapi aku merasa mimpi itu seperti nyata, hiks...hiks...aku takutt mbok. Bagaimana kalau ada orang yang benar-benar punya niatan jahat sama aku?" panik Leonor.

"Tidak akan ada satu orang pun yang berani berbuat jahat kepada Princess, selagi Princess ada di dalam istana dan dikawal oleh banyak penjaga. Tidak akan ada orang jahat yang berani masuk ke dalam istana ini, jadi Princess tenang saja," ujar si mbok sembari mengelus punggungnya Princess yang basah akan keringat.

"Tapi bagaimana kalau aku benar-benar dibunuh sama orang itu?" tanya Leonor.

"Si mbok akan balik membunuh orang itu kalau berani menyakiti Princess, si mbok tidak akan pernah membiarkan ada orang lain yang menyakiti Princess kesayanganku ini," ujar si mbok seenggaknya membuat Leonor merasa sedikit lega.

"Sepertinya aku mengenali seseorang yang ada di dalam mimpiku itu, tapi aku lupa aku mengenalinya di mana?" gumamnya.