webnovel

PORTA LOKA : Land of 12 Gates

Volume 1: Major Hiroki Kazo, seorang anak laki-laki berumur empat belas tahun, berambut biru perak dan memiliki mata merah seperti batu Ruby. Ia hidup bersama kakaknya Arga dan juga ayahnya di pemukiman kumuh bernama Aras. Kehidupannya biasa saja dan tampak normal sperti anak-anak pada umumnya, walaupun mereka serba kekurangan. Hingga suatu hari kakaknya memberi sebuah buku yang mengisahkan tentang sebuah Negeri dari dimensi lain bernama Porta Loka. Kazo hanya menganggap itu sebagai dongeng biasa. Sampai suatu ketika, seorang gadis berpakaian nyentrik mendatanginya dan mengatakan bahwa Porta Loka itu nyata. Dia adalah seorang Penjelajah Arya. Kazo tidak ingin percaya, sampai sebuah peristiwa besar membuatnya harus percaya bahwa Porta Loka itu nyata. Dan semenjak hari itu, kehidupan Kazo yang normal berubah total. Dirinya harus menghindari kejaran Penjelajah Arya yang terus memburunya atas perintah dari Raja negeri tersebut. Kazo lalu pergi bersama Arga dan ayahnya menuju Porta Loka, mereka dibantu oleh Edward Kyuron, Penjelajah Rania yang selama ini sudah menetap lama di Bumi. Mereka melalui banyak rintangan dan halangan oleh Penjelajah Arya yang terus memburu mereka saat melewati Verittam. Volume 2

Harny_Deidara · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
219 Chs

Chapter 19 : Harpy

Suara langkah kaki itu terdengar semakin mendekat dari arah depan. Diiringi dengan terciumnya bau busuk yang sangat menusuk hidung. Arga menatap pada Yellow Amary yang sudah melayang semakin menjauh dan membelok pada tikungan labirin di depan.

"Itu Harpy. Cepat sembunyi!" bisik Arga sambil berbalik mendahului.

Kazo mengikuti Arga yang sudah berlari mendahului, sesekali ia tampak menoleh ke belakang untuk melihat makhluk apa yang ada di sana. Ia lalu melihat cahaya bunga itu kini sudah membelok pada tikungan labrin hingga tidak terlihat lagi, bertepatan dengan munculnya sesosok makhluk tinggi dengan dua cakar kaki yang terlihat tajam dan besar.

Arga segera menarik Kazo yang masih mematung memandang makhluk itu.

"Makhluk apa itu?" tanya Kazo.

"Itu Harpy, makhluk setengah burung dan setengah wanita. Jangan sampai kita tertangkap olehnya. Cepat!"

Mereka berdua segera berlari mencari tempat persembunyian. Kazo sejak tadi memikirkan tentang Yellow Amary yang sudah semakin menjauh, ditambah sekarang mereka malah berlari melawan arah.

"Arga, apa yang kau punya di ranselmu?"

"Kenapa memangnya?"

"Kita sudah kehilangan Yellow Amary, jadi jangan sampai kita semakin tersesat disini. Setidaknya kita harus menandai jalan," seru Kazo sambil menghentikan langkahnya, diikuti oleh Arga yang langsung mengobrak-abrik isi ranselnya.

"Pakai ini." Arga segera melempar sebotol cat warna biru pada Kazo. Sedangkan dia langsung membuka cat merah yang ada di tangannya dan mengoleskan ke tanaman merambat di sampingnya.

Kazo segera melakukan hal yang sama, dia mengoleskan cat biru itu di beberapa titik yang mudah terlihat. Keduanya kembali berlari sambil memeriksa tembok-tembok yang tertutup tanaman, mencoba mencari tempat yang tersembunyi.

"Sial!" umpat Arga yang langsung berhenti mendadak saat ia membelok di tikungan labirin selanjutnya. Kazo yang menyusul di belakang langsung paham saat melihat labirin buntu di hadapannya.

"Ayo, ke jalan yang sebelumnya!" Seru Kazo.

Namun saat itu terdengar suara kepakan sayap dan raungan kemarahan yang datang menghampiri mereka. Kazo dan Arga tertegun saat melihat sesosok makhluk yang menyerupai burung besar dengan sayap berwarna cokelat keemasan terkepak membumbung tinggi melampaui tembok labirin di sana.

Wajah seorang wanita dengan rambut dan mata merah yang senada terlihat menyeringai marah. Dan sepertinya dia menyadari bahwa ada makhluk lain juga di labirin ini.

"Kembali!" bisik Arga. Keduanya lalu kembali ke labirin buntu tadi dengan gerakan menunduk.

"Sepertinya dia menyadari keberadaan kita," tukas Kazo.

"Cepat Kazo temukan tempat persembunyian!"

Keduanya kembali menyibakkan tanaman daun yang merambat di sekitar labirin itu. Tapi percuma, mereka sudah mencari sebelumnya namun tidak ada celah yang bisa digunakan untuk bersembunyi.

Suara kepakan sayap itu semakin terdengar mendekat dan berputar-putar di atas mereka. Arga dan Kazo saling berpandangan, seolah keduanya saling bertanya apa yang harus kita lakukan saat ini.

Tiba-tiba wajah Kazo yang terlihat sedang berpikir tampak tercekat sesaat. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menuju tanaman merambat yang terlihat cukup lebat. Ia menyibakkan daunnya, di dalam terdapat rongga yang cukup besar hanya saja terhalang beberapa akar tanaman yang besarnya mencapai paha orang dewasa.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Arga bingung sambil terus memandang ke atas dengan waspada.

Tapi Kazo tidak menjawab. Dia langsung menyentuh tiga akar tanaman yang melintang di sana dengan tangannya. Ia lalu berusaha menyalurkan energi kekuatannya pada akar tanaman itu hingga serpihan lapisan es tercipta dan langsung menyebar membekukan akar tanaman itu.

"Arga bantu aku menghancurkannya sebelum esnya menyebar," seru Kazo tertahan. Arga yang mengerti rencana Kazo langsung membantu menghancurkan akar yang dibekukan itu dengan kakinya. Namun ternyata es itu cukup kuat dan keras hingga mereka butuh waktu beberapa lama untuk menghancurkan akar beku itu.

"Sial, esnya menyebar," pekik Kazo terbelalak saat melihat akar tanaman di sana satu-persatu dilahap oleh lapisan es miliknya yang sudah mulai menyebar. Namun Arga tidak membiarkan itu dan langsung menghancurkan semuanya.

Tepat saat itu suara kepakan sayap terdengar menggema di atas mereka. Arga langsung menarik Kazo ke dalam rongga dan menutup tanaman daun di depannya.

BRUGH

Makhluk itu tepat mendarat di depan mata mereka. Menampakkan kakinya yang kurus seperti burung dengan cakar - cakar hitam yang besar dan tajam. Bau busuk tercium tajam saat makhluk itu mulai mendekat.

Kazo menelan ludahnya dengan gugup dan mencoba menahan nafasnya yang terdengar memburu. Makhluk itu lalu berjalan pelan dengan sayap besar yang merentang hingga menggoyangkan dedaunan di depan Kazo dan Arga.

Arga melirik pada beberapa serpihan es yang mereka hancurkan tersebar tepat di bawah mereka. Pikirannya sudah kacau, bagaimana jika makhluk itu melihatnya? Namun dia berusaha untuk berpikir tenang dan kembali mengintip makhluk itu melalui celah dedaunan.

Dia bisa melihat jelas wajah wanita burung itu yang terlihat marah dan berkali-kali tampak mendengus kesal sambil menatap berkeliling. Mata merahnya terpancar dengan buas dan penuh kemarahan.

Harpy itu masih berjalan selama beberapa detik. Namun saat ia merasa tidak menemukan apapun di jalan buntu itu ia berteriak marah dan langsung berbalik. Dan dengan sekali hentakan, makhluk itu kembali terbang menuju jalan lain di labirin itu.

Kazo dan Arga langsung menghembuskan nafas yang sejak tadi mereka tahan. Keduanya masih terdiam beberapa saat di dalam rongga tanaman hingga suara kepakan sayap itu benar-benar tidak terdengar. Hawa di bawah situ sejak tadi terasa semakin dingin, membuat Arga langsung memutuskan untuk segera keluar.

"Sudah amankah?" tanya Kazo saat melihat kakaknya itu merangkak keluar dengan perlahan.

Arga menyembulkan kepalanya keluar dan memeriksa keadaan sekitar dengan seksama.

"Dia sudah pergi. Ayo!" serunya sambil merangkak keluar disusul Kazo di belakangnya.

Keduanya lalu segera kembali menyusuri lorong labirin dengan waspada sambil memperhatikan tanda-tanda yang mereka buat sebelumnya.

"Kita sudah kehilangan Yellow Amary, jadi bagaimana kita bisa menuju jalan yang benar?" tanya Kazo sambil terus mengimbangi Arga yang berlari di sampingnya.

"Tidak apa-apa, wadahnya masih bisa menuntun kita menemukan cahaya itu," Sahut Arga sambil menepuk kantong jaketnya yang berisi logam perak bunga Amarilis tadi.

"Tapi bagai.."

"Halo anak-anak tampan."

Arga dan Kazo langsung berhenti dan menoleh dengan wajah terkejut. Wanita burung itu berdiri dengan dua cakar tajamnya sambil menyeringai buas pada mereka. Dua anak itu berdiri kaku, mereka tidak mendengar sama sekali saat makhluk itu mendekat. Padahal mereka sudah memastikan bahwa makhluk itu sudah terbang menjauh.

"Kalian mencoba mengelabuiku ya?" teriaknya dengan marah lalu tiba-tiba ia mengepakkan sayapnya dan melesat tajam menuju dua anak yang terlihat membatu di tempat. Makhluk itu menyambar tubuh Arga dengan cakarnya dan langsung membawanya terbang membumbung di atas tembok labirin. Meninggalkan Kazo yang berdiri kaku dengan mata nanar di sana.

"Argaaaaa...."