webnovel

PONZ crew

Sebuah kisah saja! Dari sebuah perjalanan panjang seorang pemuda belia usia yang bergelut dengan hati dan takdirnya. Ada cinta dan marah, ada sahabat dan kekasih! Ada hati dan raga yang menyatukan dua hasrat.

Jatisanyoto_77 · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
29 Chs

[22] Mentari Yang Berjanji [1]

[Jam kedua - hari Kamis] Mataku kadang melihat ke depan sambil tanganku yang memegang pulpen diatas buku sesekali bergerak, sedang menyalin dan ngerjakan tugas Pelajaran Sejarah dipapan tulis.

"januar rivaldo, kekantor BP sebentar! "wali kelasku Bu Irma, memanggil.

" knapa al? " tanya Berdy yang duduk sebangku denganku. Aku cuma mengangkat bahu sambil berjalan keluar kelas diikuti pandangan teman teman sekelas. Aku juga belum tau apa yang menungguku dikantor BP.

Sebelum mengetuk pintu, sempat kulihat pak Wiyono, guru BP sedang menulis dimeja nya. "Pagi pak..!" salamku sambil mengangguk.

" Iya aldo? . Masuk. Udah saya tunggu kamu!!" seraya melihat ku masuk ruangan , tangan Pak Wiyono mempersilahkanku mengambil duduk berhadapan dengannya.

"sedang jam pelajaran apa kamu al? " Matanya memperhatikanku tajam. Seperti mengorek sesuatu.

" sejarah pak "

" emm, gini aldo,...saya dapat laporan dari wali kelas, akhir akhir ini seperti nya kamu sering telat masuk sekolah?"

Aku tak berpikir lama. "iya pak maaf.. Telat bangun " jawab ku sekenanya. Mimik Pak Wiyono sontak berubah. Aku sebentar melihatnya.

'gimana sih.. Emang kamu begadang tiap hari?" Pak wiyono menginterogasi. Aku cuma melihat sebentar lalu menunduk lagi. Males aja dengar ucapannya. Pura pura aja ngerti.

"nggak pak, cuma waktu pulang, pintu udah dikunci sama ibu" sekenanya lagi.

Pak Wiyono menggelengkan kepala sambil membetulkan letak kacamatanya."hemm,.. Gimana sih, ini udah yang ke dua kalinya lo kamu, sekali lagi kami panggil orang tua mu!". Beliau menasehatiku.

"ya pak.. Maaf.!" aku menunduk lagi.

Pak Wiyono kembali bersandar. Sepertinya meredakan kejengkelannya mendengar jawabanku yang sekenanya.

Yah..

Akhir akhir ini aku memang sering terlambat masuk sekolah, Apalagi masuk kelas. Makin males aja kalau bukan karena nasihat ibuku yang bilang agar belajar dan sekolah dengan baik.

Gak tau juga, males aja liat pintu gerbang sekolah, apalagi mellewatinya. Padahal udah diwarung cak Pon. Tinggal nyeberang. Jalan beberapa langkah, sampai!

___

" gak masuk kamu al?, udah bel itu! " aku yang lagi duduk dibangku panjang dari kayu depan warung cuma menoleh kearah Cak Pon yang berdiri depan rombong. Beberapa teman yang tadi bersamaku terlihat baru melewati pintu gerbang sekolah setengah berlari.

" gimana sih kamu itu, nanti jadi masalah lo al! " imbuh Cak Pon.

Bahkan teguran yang sekaligus bernada nasihat dari Cak Pon itupun tak kuhiraukan

Entahlah,.. setelah kejadian malam itu, di Tuban. Dijalanan kota itu dan dirumah Nita. Waktu aku melihatnya sedang berdua dengan Antok. Aku seperti kehilangan gairah. Aku seakan begitu rapuh. Tak tahu arah.

Seperti tak ada pemandu. Aku seperti kehilangan daya yang dulunya itu berasal dari Nita.

Aku yang dulu selalu bisa ceria di segala suasana, terutama saat bersama teman teman. Beberapa hari ini lain, dan akupun menyadari perubahan pada diriku itu. Tapi mungkin hanya mereka yang bersamaku saat itu yang bisa memahami perasaanku saat ini.

Teman temanku yang melihat sendiri kejadian malam itu, dan tahu bagaimana posisi dan kondisiku saat itu, kadang masih memberikan nasihat dan masukan yang baik padaku. Dan aku sangat menghargai perhatian mereka sebagai sahabat.

Semua yang dikatakan orang orang disekitarku benar adanya, aku tau. Tapi yang sedang ku alami ini bukan hanya masalah perilaku, bukannya sekedar masalah kepatuhan, kedisiplinan atau apalah itu.

Beberapa waktu lalu mataku menyaksikan di sendiri seorang perempuan yang pernah berjanji setia padaku, bersabar bersamaku dan ternyata berdua dengan lelaki lain.

Aku sedang mengalami saat dimana hatiku yang pernah begitu mencintainya ternyata hatinya bukan untukku.

DAN AKU TERLANJUR PERCAYA!.

[] Lepas maghrib dikamar, saat aku hendak mengambil tas yang kuletakkan dibawah samping meja belajar.

"al... Telpon, temanmu! " suara Ibu yang memanggil agak keras.

" ya bu.. " aku menyusuri tangga dengan gontai. Mungkin teman teman, dalam hatiku.

"ya halo.." tanya ku

"aldo..?" Suara dari balik telpon yang memanggil namaku itu sontak mengejutkan ku. "ini Nita, al" Lanjutnya.

Beberapa detik aku masih terdiam, suaranya seperti menghipnotisku. Aku gagu.

" al.. Kok diam " Ucap Nita selanjutnya.

" oh iya.. Maaf " aku baru tersadar.

" apa kabar? "

" baik, alhamdulillah.. "

Aku bahkan tak tahu apa lagi yang harus kukatakan. Kembali kami sama sama terdiam, baik aku dan Nita sepertinya tak tahu harus melanjutkan kata kata dari mana.

" aku mau minta maaf al.. Atas kejadian kemarin,.... sungguh al, gak ada niat sama sekali aku melakukan itu. "

" apa... Sudah kulupakan kok" jawabku landai.

Namun aku telah membohongi hatiku. Tak mungkin bisa kulupakan kejadian seminggu kemarin. "Mustahil!!! " Dalam hatiku.

"sudah dulu ya.. Aku mau ngerjakan tugas, banyak..!! " lanjutku berusaha mengakhiri percakapan yang tak kuingini ini. Sungguh, saat ini aku benar-benar tak ingin mendengar alasan apapun.

"bulan depan aku kesan al.." ucap Nita setelah beberapa saat kami terdiam lagi.

"assalamualaikum.." pungkasku sambil menutup gagang telepon. Lalu beranjak dari kursi menuju tangga, ke kamar.

Kulemparkan tubuh diatas kasur. Kutatap langit langit kamar. Menerawangkan pandangan yang di pandu oleh anganku.

Jauh menembus atap rumah. Ke langit....

Masa lalu membawaku melihat kembali saat Nita merangkul Antok, dan dia memegang jemari kiri tangan Nita, seperti ku dulu, saat masih saling mencintai. Saling menghargai.

Dan saling memegang janji.

Kubalikkan badan menelungkup, berusaha memejamkan mata, namun tak mampu.

Bayangan itu silih berganti hadir mengganggu. Gambaran semua kenangan waktu awal saat kami bertemu, saat mata kami saling beradu pandang ketika di kelas, di kantin, di lapangan basket di lorong kelas, di depan sekolah di rumah Tamik, dimanapun mata kami beradu. Terus terpapar dimataku dan di otakku. Tak mau pergi. Tepat didepanku.!!

Kulemparkan guling menimpa dinding kamar dan jatuh di lantai.

Aku beranjak menuju kursi meja belajar.

Kubuka laci dan kuambil tumpukan kertas yang berisi surat Nita pada ku. Satu lembar kuambil, kulihat sebentar. Akan kubuka, namun ku urungkan. Dan tumpukan kertas surat dari Nita itu kulempar ke ranjang sampah yang ada di sebelah mejaku.

Sudah,.... Kuputuskan aku tak mau lagi menyimpan bagian dari masa lalu kelam itu.

Aku tak ingin lagi memelihara rasa sakit ini. Sakit karena dikhianati...

Aku harus lepas dari belenggu masa lalu yang pahit. Meskipun pasti ini tak mudah, tapi aku harus mencobanya.

Rasa sakit ini benar benar membunuhku perlahan namun pasti! Mulai dari ujung jari kaki hingga otakku seperti bisa merasakan sakitnya.

Yah...

Sakitnya di tikam dari belakang oleh cinta pertama yang sekuat tenaga berusaha kuperjuangkan!!

Kuambil lagi guling yang tadi kulempar ke dinding ,kurebahkan tubuhku ke ranjang.

Kututup wajah ku dengan bantal.

Mencoba melupakan.. Walau sejenak!

---[] ~

"ayo al.. Cak Pon!? " ajak Gatot yang sudah menyusul berjalan di sampingku saat aku baru keluar pintu kelas. Jam istirahat.

" ini juga mau kesana Ber! " jawab ku, dan kami bertiga menyusuri lorong kelas.

" ayo gik! " ajak Gatot pada Regik dari sela kaca jendela kelas yang kami lewati.

Sungguh, bersama mereka benar-benar bisa meredam galau hatiku saat ini. Sepertinya canda dan sapa mereka menjadi satu satunya obat paling manjur saat ini. Betapa mereka selalu bisa memahami keadaan hatiku yang masih terluka.

Dan parah!!

"gimana al.. Nita? " tanya Gatot sambil meletakkan tangannya dibahu kananku.

" finish Tot!! " jawabku singkat padat dan jelas pastinya bagi Gatot.

" ya mending gitu.. . Cari lagi.. Tuh banyak.. " goda nya sambil melempar pandangan ke deretan ruang kelas satu yang kami lewati.

Aku tersenyum sambil mengikuti pandangan mata Gatot. " Kristin, al! " ucap Gatot

Yah.. Nampak Kristin sedang duduk di depan kelasnya. Bercanda, dan ngobrol dengan teman sekelasnya. Cewek dan cowok.

Cantik dia!!... Masih seperti dulu. Tapi kini nampak lebih dewasa tentunya.

Lamunanku saat itu buyar ketika dari belakang ada suara memanggil.

"AL..! "

Aku dan Gatot menoleh hampir bersama, ternyata iga.

" ada apa Ga? " tanya ku.

" nih al,.. Dari Kristin! " Sambil menyodorkan sebuah amplop warna putih bercorak bunga mawar.

"buat sapa? " aku menerimanya seraya melihat kertas surat itu.

'ya kamu.. Masak Gatot ?" jawab Iga." udah ya al... Aku balek dulu ya al, mau ke kantin, ayo Tot! " Iga bergantian melihat kami.

"makasih Ga" jawab ku.

"iya Ga! Kapan kapan main ya! " goda Gatot. Iga cuma menoleh sambil senyum dan berlalu.

Gatot coba merebut surat itu.

" sini..buka " Gatot coba merebut suratku itu dari tanganku, tapi kuelakkan. Dia tertawa dan mengajak berlalu ke Cak pon.

Surat kumasukan saku atas baju putih. Nantilah kubaca dikelas.

Sekarang saatnya " Pertemanan "

-----

Malam itu aku sedang ngobrol sama teman-teman diteras rumahku. Lagi ada Punto sama Berdy. Rencana mereka mau menjemput ku tros ke Cak Pon. Udah di tunggu ya ga lain di sana.

Ayah, ibu sama adikku Danang lagi keluar ke Sanrio. Sebuah super market yang ada dikota ku. Belanja bulanan, kata ibu.

KRIIIINGG.... KRIIIINGG... [suara telepon]

Aku bergegas ke dalam. "ya halo.,slamat malam"

" aldo... " suara wanita diseberang.

" iya, sapa ya.. Maaf " tanya ku ragu.

" ike.. al.."

Mataku agak terbuka, kaget. "oh Ike,... Apa kabar.. Maaf gak tahu " lanjutku bertanya.

"  alhamdulillah baik al..kamu? "

" sama.. Alhamdulillah Ke,.. Emm.. Da pa ya ke.. Ini Berdy lagi disini " jawab ku girang mendengar sahabat yang lama tak berjumpa.

"  iya tau tadi udah bilang kok" balas Ike." ini ada yang mau ngomong sama kamu al... Bentar ya! " Ike mengalihkan gagang telepon.

Naluriku mulai gak enak, ada sedikit ketidak nyamanan disana. Dari gagang telepon yang sepertinya sudah berpindah tangan itu tak ada suara.

" hai aldo.. "

Dan benar, suara Nita dari speker telepon di seberang itu masih saja membuat ku tak lagi nyaman. Ada perasaan yang tak bisa kuceritakan. Sulit kujelaskan. Bercampur aduk. Membuat dadaku seketika pengap.

"ya Nita, ada apa"

" maaf aku mengganggu mu,.... Cuma mau bilang kalo minggu depan aku mau kesana.. " kemudian terdiam lagi.

" udah?.. Gitu aja"

"iya cuma mau ngasih tau aja al" jawabnya datar. Sedikit tertahan. Tak selepas dulu.

Begitu pun aku. Karena memang sudah berbeda.

" udah ya.. Lagi ada anak anak didepan.. Gak enak! Maaf.. ''

" iya al.. Assalamualaikum! "

" walaikum salam " balas ku mengakhiri percakapan yang canggung ditelepon malam itu.

Masih saja Nita berusaha mengganggu perasaan dan hatiku ku dengan nada ucapannya yang manja.

" Jangan Nita!.. Aku tak lagi ingin membuatmu menangis, meskipun aku yang tersakiti.

Cukup aku saja. Datanglah, aku tak bisa melarangmu. Tapi jangan untukku.

Jangan kau tambah memori yang ingin ku hentikan ini! "

--------------------------

22112o