Keesokan harinya, Risya, Darma, Andri Papahnya dan Arul sarapan bersama sebelum Risya dan Darma berangkat kerja. Mereka terlihat sangat bahagia. Risya dan Darma juga mba Andri pamit bekerja. Arul mengantar Risya sampe pangkalan ojeg. biasanya Arul mengantar sampe PT dengan meminjam motor milik Mang Ali. Tapi karena tugas mulia harus mengantar camer ke Terminal. jadi Dia hanya mengantar Risya sampe pangkalan ojeg aja.
" Sayang, hati-hati dijalan ya. "
" Kamu juga ka. jaga papah ya baik-baik. aku tunggu kamu di PT nanti ya. "
" iya. tunggu aku di pelaminan ya. " ledek Arul.
membuat Risya tersenyum bahagia.
" Dah sana berangkat nanti telat lagi. "
" Iya. aku berangkat kerja dulu ya ka. Assallamuallaikum "
" Waallaikumsalam. jangan ngebut-ngebut ya mang Jamin. titip Risya. " kata Arul pada mang Jamin. hampir semua tukang ojek memang kenal sama Arul.
" Beres Rul. tenang aja, dijaga dengan aman nenk Risyanya." jawab mang Jamin.
Arul kembali ke Kantin menemani papahnya Risya. sambil membawa motor yang di pinjam dari mang Ali
" Kita berangkat sekarang Om ?" tanya Arul
" Rul tunggu, kamu nggak usah nganter Om. Om bisa pergi sendiri. " kata Pak Suharso ketus. sikapnya berubah dingin kepada Arul setelah Risya dan Darma berangkat. tentu saja ini membuat Arul sangat terkejut.
" Tapi Om...kemarin om bilang saya harus mengantar Om? " tanya Arul kebingungan dengan sikap pak Suharso.
.
" Kamu harus tau Rul, Saya tidak pernah setuju kamu berhubungan dengan anak saya. "
" Apa maksud Om? Apa ini berarti semua sikap om tadi itu hanya sandiwara di depan Risya dan mas Darma?"
" hahaha...kamu ternyata lebih pintar dari yang Om duga. "
" Saya nggak nyangka Om tega bohongin Risya seperti ini Om.Om tahu, semalam Risya sangat bahagia waktu Om mau merestui hubungan kami. tapi ternyata, Om hanya bersandiwara di depan Dia. Dia pasti akan sangat kecewa . " kata Arul kemudian.
.
" Apa yang saya lakukan semua demi kebahagiaan anak saya. Saya nggak mau anak saya dekat sama kamu lagi."
" Tapi ini artinya Om sudah mengkhianati anak Om sendiri. kenapa Om bisa sekejam itu Om? apa salah kami ? karena kami saling mencintai? kenapa Om begitu benci sama saya? "
" Kamu adalah seorang Playboy. bagaimana mungkin saya menyerahkan kebahagiaan anak saya kepada kamu? Saya tidak ingin Dia sakit hati nantinya. mungkin saat ini kamu mencintainya tapi nanti setelah 5th, 10th, atau lebih apa kamu masih mencintainya sama seperti sekarang ini. saya nggak mau anak saya menderita. pacaran dan pernikahan itu jauh berbeda. Saya.. juga seorang Playboy dulunya. dan saya juga sering menyakiti istri saya karena saya tidak pernah puas hanya dengan 1 wanita. dan saya nggak mau nasib anak saya seperti istri saya. Saya ingin anak saya menjalani kehidupannya dengan baik. dan tidak akan disakiti selama hidupnya. tolong kamu pahami, andai kamu jadi saya, apa mungkin kamu akan menyerahkan anak kamu kepada seorang laki-laki yang pernah menjadi playboy? "
" Tapi saya sudah berubah Om. " kata Arul lirih. Dia berusaha memahami perasaan papahnya Risya. ya memang keinginannya tidak salah. mana ada orang tua yang mau menyerahkan anak gadisnya untuk seorang playboy. walaupun sudah berubah, tapi apa akan selamanya. bagaimana jika suatu saat penyakit playboynya kambuh. siapa yang mau mempertaruhkan hidup anaknya. siapa yang akan menjamin bahwa semua tidak akan berubah di masa depan. itulah pemikiran orang tua yang selalu jauh kedepan, di bandingkan dengan pemikiran anak muda yang hanya untuk saat ini saja.
" Cinta dan kehidupan itu 2 hal yang berbeda Rul. Saya tidak membenci kamu, tapi saya juga takut kamu mengecewakan anak saya. Saya pernah menjadi kamu saat muda dulu. Saya juga punya banyak pacar. namun mutuskan menikah dengan mamahnya Risya karena kami saling mencintai. Namun seiring jalannya pernikahan, Saya sering sekali menyakiti hati mamahnya Risya hanya karena kadang saya merasa bosan dengannya. itulah kenapa saya nggak mau anak saya menikah dengan kamu. Apa kamu mengerti ketakutan Om sebagai orang tua Risya ??"
" Sa...saya..saya mengerti perasaan Om. tapi Saya janji saya akan membahagiakan Risya Om dan Saya tidak akan menyakitinya sampe kapanpun."
" mungkin saat ini kamu bisa bicara dan berjanji seperti itu. Tapi nanti saat rasa jenuh dan bosan itu menghantuimu. kamu akan mencari orang lain sebagai selingan dalam hidupmu. dan hati anak saya akan terluka. Saya tidak mau itu terjadi. Saya mohon sama kamu, tinggalkan Risya. Dan kalo memang kalian suatu hari berjodoh. Om tidak akan menghalangi lagi. "
" Maksud Om ???"
" Saya tau perasaan kamu. Saya harap kmu juga mengerti perasaan Om. Tinggalkan anak Om sekarang. dan jika kalian masih berjodoh, kalian akan dipertemukan kembali dan masih saling mencintai. Jika tidak, jalanilah takdir kalian masing-masing dengan bahagia. "
" Apa yang Om katakan ? Saya tidak mau meninggalkan Risya Om. biarkan kami menikah, dan kalo memang kami berjodoh atau tidak biar Allah yang akan menentukan takdir kami Om. " kata Arul masih mencoba meyakinkan pak Suharso.
"Tolong tinggalkan Risya, Saya Mohon." kali ini pak Suharso benar-benar memohon pada Arul untuk meninggalkan Risya, wajahnya yang galak berubah menjadi sangat lembut bahkan memelas. meminta belas kasihan. seperti pengemis yang meminta untuk dikasihani. tangannya memegang erat tangan Arul berharap dan memohon dengan sepenuh hati.
Arul hanya bisa Diam terpaku di tempatnya. tak mampu lagi berkata atau berdebat. dengan lelaki separuh baya di depannya. Bagaimana dia mampu menjelaskan pada laki-laki dihadapannya. bahwa dia berbeda, dia tidak akan menyakiti anaknya.
" Saya...saya...saya..." Arul tak sanggip melanjutkan kata-katanya, lidahnya terasa kelu, kata-katanya serasa tercekat di tenggorokan yang tak mampu dia ucapkan. kebahagiaan yang semalam di rasakan apakah harus hancur kini. Bagaimana bisa dia membiarkan permohonan seorang ayah yang bahkan melupakan harga dirinya dan memohon padanya. tapi bagaimana dia sanggup mengabulkannya jika hatinya begitu mencintai Risya. Arul bagaikan makan buah simalakama, dan terjebak diantara pilihan yang sulit. Apa yang dikhawatirkan pak Suharso untuk masa depan anaknya tidaklah salah. tapi mengorbankan kebahagiaannya dan cinta Risya. bagaimana Arul bisa melakukannya.
Om...tolong beri saya kesempatan untuk membuktikan cinta saya. dan pemikiran Om tentang saya itu salah. tolong beri saya kepercayaan untuk membuktikan sama Om bahwa saya sangat mencintai anak Om. Saya akan lakukan apa saja demi kebahagiaan Risya. Ijinkan saya menunjukan ketulusan Cinta saya pada Risya Om. " Arul mencoba untuk terus meyakinkan papahnya Risya.
" Baik...Om kasih kesempatan kamu. Tapi saat ini tolong tinggalkan Risya. kalo dalam 5 tahun ke depan kamu bertemu lagi dengan Risya dan kalian masih saling mencintai dan belum menikah. Om akan restui cinta kalian. "
" Tapi Om. kenapa kita harus berpisah Om? kenapa Om tidak biarkan kami menikah? "
" Itu sebagai ujian cinta kamu. apa kamu benar-benar dengan tekad kamu dan tetap mencintainya walau kalian berpisah, itu akan membuktikan ketulusan cinta kamu. Om anggap jika dalam 5th kamu masih mencintai Risya, maka Om yakin kamu bisa membahagiakan Risya. Dan apa kalian benar-benar berjodoh atau tidak. biar takdir yang menentukan hidup dan cinta kalian.
Apa kamu berani menerima tantangan Om? untuk membuktikan kesungguhan dan cinta kamu ?"
" Tapi bagaimana kalo dalam 5th kami memiliki pasangan lain Om ?"
" Itu berarti kalian tidak berjodoh. Dan itu adalah ketentuan takdir kalian. "
Arul tampak berpikir keras. 5th aku harus berpisah, apa aku sanggup ? Tapi ini adalah satu-satunya cara untuk membuktikan pada Ayahnya Risya bahwa hanya Risya dalam hatiku. " aahh...kenapa sulit sekali sih bersatu dengan Risya. tapi aku tidak punya pilihan lain. "