2 Bulan kemudian....
" kak papahku mau dateng kesini. " kata Risya memberitahu Arul
" Oh ya ?? kapan? biar aku jemput."
" besok pagi naik bus. sekalian ngaterin saudara juga ke sini. pastinya jam berapa aku nggak tau ka. "
" Syukur deh. aku jadi lebih cepat kenal sama camer."
" ciyee..yang mau ketemu camer. seneng banget kayaknya" goda Risya.
" iyalah seneng. kan mau dikasih anaknya. " balas Arul
" kak...aku..aku malah takut ka. " kata Risya merasa khwatir
" jangan takut sayang. kita hadapi sama-sama."
Keesokan harinya.
Risya kebetulan masuk pagi dan Arul masuk sore. Pagi-pagi benar Risya sudah berangkat ke kantor.
Jam 8 pagi, Ayah Risya datang mengantarkan Rohma tetangganya yang baru saja di terima kerja di PT. Pagi itu Darma dan Risya sama-sama masuk pagi jadi tidak ada yang bisa menemani papahnya. Pak Suharso sampai di Mess dan bertanya ke Pos Satpam.
" Assallamuallaikum Pak, kenalkan nama Saya pak Suharso ayahnya Darma sama Risya dari Kampung. Apa bisa saya ketemu anak saya? " kata pak Suharso dengan Dialek khas orang Jawa.
" Oh...anda Ayahnya nenk Risya? " tanya pak Satpam dengan logat Sundanya yang kental.
" Iya.."
" Tapi saya tadi liat nenk Risya teh masuk pagi Bapak. paling juga pulang jam 6 sore nanti kalo mau magrib. " jawa pak Satpam sopan.
" waduh...gimana ini ? saya ga bisa ketemu Risya anak saya ?" Pak Suharso jadi sedih.
" Gimana kalo saya panggilkan Arul saja pak. Dia kelihatannya masuk sore. " kata pak Yogi yang memang dekat dengan Risya dan Arul.
" Siapa itu Arul ? kenapa saya harus ketemu Dia? " tanya pak Suharso heran.
" Loh bukannya Arul calon menantu bapak? kan Arul tunangannya Risya. " jawab pak Yogi, yang taunya Risya dan Arul memang sudah bertunangan resmi.
Bagai disambar petir di siang bolong pak Suharso mendengar kata-kata pak Satpam Yogi. mukannya langsung merah padam, Dia merasa sangat dipermainkan oleh Risya. " Kapan mereka bertunangan ? cerita dan mengenalkan pacarnya aja dia tidak pernah." pikir pak Suharso. Namun begitu pak Suharso masih menjaga nama baik putrinya. Dia jadi sangat ingin segera bertemu dengan putri bungsunya itu untuk bisa langsung bertanya kebenarannya. bisa-bisanya Dia menyembunyikan masalah sebesar ini darinya. Apa Risya putri kecilnya sudah menjadi nakal dan pembohong? sehingga dia tidak pernah menceritakan apapun padanya juga ibunya. Apakah Arul membawa pengaruh buruk bagi putrinya. dan ingin memanfaatkannya. pikiran-pikiran jelek segera berkeliling di otaknya. bagai sebuah slide dalam film.
"Pak suharso ??" tanya seseorang yang mengenal pak suharso.
" Hendro.."
" Iya pak. aku Hendro. lagi ngapain disini? sama siapa kesini ? " tanya Hendro tetangga pak Suharso di kampung. Dia kebetulan juga kerja disini berkat Risya yang kasih informasi. Jadi Hendro sangat berterima kasih pada Risya.
Sebenernya Hendro adalah teman SD Risya dulu. dan selalu saja kagum pada Risya sejak kecil sampai sekarang. kekaguman Hendro dengan kepandaian Risya yang selalu menjadi Bintang Kelas juga perangai Risya dan akhlak Risya yang baik membuat perasaan kagum dihatinya menjadi sebuah perasaan cinta antara laki-laki dan perempuan. Namun Hendro tak pernah berani mencintai Risya secara terang-terangan. Disamping Dia tidak berani dengan Pak Suharso, yang terkenal galak di kampungnya. Dia juga sangat rendah diri jika berhadapan dengan Risya. Dia merasa tidak pantas bersanding dengan perempuan seperti Risya. Dia merasa tidak memiliki apa-apa yang bisa dibanggakan dibanding Risya yang memiliki segudang prestasi. sejak SD Risya selalu menjadi andalan di sekolahnya untuk mengikuti lomba apapun. Risya bukan saja pintar di bagian akademik, Risya juga pintar di bidang olahraga dan ketangkasan lainnya. Dia selalu dipilih dalam lomba apa saja. lomba murid Teladan, lomba dokter kecil, lomba Cerdas cermat P4, Olimpiade matematika, lomba Pramuka. dan lomba-lomba lainnya. Dan selalu memenangkan lomba-lomba tersebut. Berapa banyak piala dan piagam ynag sudah dia persembahkan buat sekolah mereka.
Risya juga selalu menjadi ketua kelas selama 6 Tahun duduk di sekolah dasar. dan teman-temannya juga sangat segan dengan Risya. Tidak hanya cantik dan pintar, Risya juga tomboy dan sangat tegas terutama dengan teman-teman cowok yang sering mengganggu teman-teman ceweknya.
Masih diingat oleh Hendro waktu Dia dan teman-temannya menggoda Ani dan Arin teman cewek mereka dulu, Risya yang melindungi mereka dengan menantang kami berkelahi. bahkan ismail juga pernah diajak duel dan dicengkeram kerah bajunya oleh Risya. Hingga saat ini Hendro hanya mampu mencintai Risya dari jauh saja. Dia merasa bagai " Pungguk yang merindukan Bulan." jika berharap bahwa Risya akan menjadi kekasihnya. Tapi Hendro juga sangat tidak rela jika saat ini Risya justru memilih Arul sebagai pasangan hidupnya.
" Hen...hen...." panggilan Pak Suharso membuatnya tersadar dari lamunannya.
" eh iya pak...gimana?"
" kamu lagi ngalamun to Hen. ?" tanya pak Suharso lagi.
" Enggak pak.cuma lagi mikir mau makan apa ini. " kata Hendro berbohong.
" Oh..iya pak. pak Suharso sudah makan belum?" tanya Hendro
" Ya belum to Hen. mau makan gimana?? orang bapak juga baru sampe ini. tadi nganter Rohma sekalian pengin nengokin Risya sama Darma. "
" Ooohh...ya sudah ayo kita makan dulu aja pak di kantin. " kata Hendro sambil mengajak pak Suharso makan. " kesempatan biar bisa deket sama bapaknya Risya. sapa tau dia mau jadiin aku menantu.xixixixi..." pikir Hendro
Akhirnya Hendro dan Pak Harso sarapan pagi bersama di kantin. Hendro membelikan pak Harso Nasi uduk dengan Ayam bakar dan sambel lalap serta secangkir kopi hangat buat pak Harso. mereka duduk sambil ngobrol.
" Panjenngan Nginep to Pak ? " tanya Hendro.
" Ya Kayaknya nginep Hen. orang yang dicari ini malah pada berangkat pagi semua. wong Risya pulang sore jam 6. masa iya Bapak cuma bertemu sebentar sama Dia. wong bapak masih kangen juga. Tapi Bapak ya bingung juga ini Hen, kalo nginep mau nginep dimana coba ? "
" Nggak usah bingung to Pak. nginep dikamar saya saja. kebetulan kamar saya kosong cuma ada Saya sama Paul aja di kamar nanti malem. 4 temen saya pada masuk sore jadi pulangnya pagi. mereka lawan sip sama Risya."
" Wah...kebeneran kalo gitu. apa nggak ngrepotin kamu nantinya? "
" Nggaklah Pak. saya yakin Paul juga nggak akan keberatan kalo tau Bapaknya Risya nginep di kamar kita. " kata Hendro meyakinkan. Dia pengin mengambil hati pak Suharso sebelum mengambil hati anaknya.
" Wah..emangnya Paul itu kenal sama Risya Hen ???"
" Ya kenal baik banget pak. wong Dia sahabatnya Risya. juga kawan 1 departemen sama Risya. " jawab Hendro.
" Oh...ngono to Hen. banyak banget temennya Risya disini ya? "
" Iya pak. Bapak tau sendiri Risya anaknya Supel dan mudah bergaul jadi disukai sama teman-temannya. " jawab Hendro
" Oh iya Hen. kamu kenal juga sama Arul ?" tanya pak Suharso lagi.
" uhuk....uhuk...uhuk...uhuk..." Hendro terkejut dengan pertanyaan pak Suharso. Apa mereka sudah saling mengenal? dan apa mungkin mereka memang sudah bertunangan. karena Hendro pernah melihat Risya memakai cincin pertunangan dijarinya.
" eh...minum dulu to Hen. hati-hati kalo makan. jadi tersedak to. " kata Pak Suharso sambil memberikan minum putih sama Hendro.