" Sebentar aku ambilkan ya mas. Ini minumnya mas"
" Makasih Sya." Risya membantu Arul duduk dan minum.
" Gimana kondisi Caca Sya? " tanya Arul sambil melirik Caca yang tertidur di samping ranjangnya.
" Alhamdulillah baik mas. Dokter bilang tubuh Caca merespon baik Sum-sum tulang yang kamu berikan. Aku sangat bersyukur mas. terima kasih banyak. " ucap Risya sambil memegang kedua tangan Arul tanpa sadar.
" Sama2 Sya. Asalkan kamu bahagia,aku akan lakukan apapun untukmu. " Kata Arul sukses membuat wajah Risya memerah dan baper.
" makasih mas. "
" Mas makan ya ? "
" Hmmm..."
Risya menyuapi Arul dengan bubur.rasa syukur dan terima kasih dan rasa cintanya pada laki-laki yang sudah menyelamatkan putri kecilnya itu.
" kok senyum...senyum Sya. kenapa? lagi mikirin aku ya?" tanya Arul narsis
" Nggak papa kok mas. " jawab Risya malu ketauan Arul dirinya lagi mikirin Arul.
" Aduuuh..." tiba-tiba Arul mengaduh memegang dadanya.
Reflek Risya langsung meraba dada Arul yang kesakitan membuat wajah mereka semakin dekat. bahkan nafas Arul terasa hangat di wajah Risya.
" Sakiit mas??? aku panggilkan dokter ya."
" ga usah Sya, jangan pergi. "Arul memegang kedua tangan Risya melarangnya pergi.
" Tapi...tapi...Mas." Risya melotot ketika bibir merah Arul menyentuh bibirnya singkat.
" I love you. " bisik Arul ditelinga Risya.
muka Risya memerah karena malu. kata-kata Arul sanggup membuat hatinya melambung tinggi dan dihinggapi banyak kupu-kupu.
" maafkan mas sayang. mas nggak bisa menahan diri mas lagi. mas tau perasaan kamu masih sama seperti dulu. sama seperti mas "
" Tapi mas...jalan kita sudah berbeda. kita memiliki keluarga masing-masing.aku...aku..."
" Mama....mama..." mereka akhirnya mengakhiri pembicaraan mesra mereka karena Caca terbangun. Risya langsung menghampiri Caca.
" iya sayang. ada apa? "
" Caca haus ma. "
" iya sayang. ini minum."
" makasih Ma. Lo kok ada om Arul? Mama aku mau ke Om Arul dong. " teriak Caca manja bersorak kegirangan.
" Halo sayangku yang cantik?" sapa Arul
" Ma gendong aku ke ranjang om Arul dong. kok mama malah diem aja si?" teriak Caca nggak sabar
" iya...iya sayang. "
Risya lalu menggendong Caca mendekati Arul.
" om...om kok kita samaan sih tangannya. " teriak Caca sambil memperlihatkan selang infus yang terpasang ditangannya.
" iya sayang kita kan kompak. "
" kok mama nggak. " tanya Caca lagi membuat Arul dan Risya tersenyum. mereka bagai keluarga kecil yang bahagia.
" Nggak dong sayang. Kitakan lagi mainan boneka2 an yg kaya di TV sayang. yg pake tali. kamu tau?"
" hahaha....iya om kita kaya Unyil dan pak Raden ya um."
" berarti um pak Raden dong. " suara Arul dibuat seperti pak Raden dan 2 jari dipasang di atas bibir merahnya seperti kumis. dengan ekspresi wajah yang sangat lucu. membuat Risya dan Caca tertawa riang.
" hahah... iya um kaya pak Raden. trus mama jadi siapa um?" tanya Caca lagi.
" Mama jadi.....mbok Bariyah..." teriak Arul membuat Risya langsung cemberut dan melempar Arul dengan bantal.
" ih...masa mbok Bariyah sih mas? "
" hahahha.....iya...mama persis mbok Bariyah kalo cemberut gitu.hahhaah..." Caca tertawa dengan sangat gembira.
" Om...."
" iya sayang "
" Caca sayang deh sama Om. " Caca langsung memeluk Arul
" Om juga sayaaaang banget sama Caca," balas Arul membalas pelukan Caca dan mengusap2 rambut Caca.
" coba om yang jadi papa Caca."
" Caca boleh kok nganggap om itu papa caca."
" beneran Om. " tanya Caca dengan wajah berbinar.
" beneran dong. "
" janji ya om. "
" iya sayang. "
" kalo om jadi papa Caca. berarti mama juga punya om dong. " tanya Arul sambil melirik Risya.
" ih enak aja. Mama tetep punya cacalah om. ga boleh ada yang ambil. " jawab Caca dengan penuh semangat.
" tapi...kalo Om mau pinjem boleh sih Om. " tambah Caca dengan kepolosannya.
" gubraak..."
" hahahha...."
" eit...mama bukan mainan ya yang bisa dipinjam seenaknya. " Risya cemberut.
" hahahaha....mama kamu ngambek tuh Ca. " bisik Arul.
" hihihi...bialin om. Mama kalo ngambek tambah cantik kan om?"
" he..eh.." jawab Arul sambil mengangguk.membuat Risya tersenyum bahagia.
" udah....udah...sekarang om Arul sama Caca istirahat dulu ya. kalian harus sembuh. ayo Caca pindah ke sebelah. " perintah Risya
" Om...om...mau nggak tidur sama Caca." bisik Caca nggak mau lepas dari Arul.
" Mau dong. ya udah Ayuk kita tidur sekarang. nanti mama kamu marah lagi. tacuuut.."jawab Arul lalu memeluk Caca dan tidur berdua. tidak perduli dengan Risya yang melongo melihat kedekatan mereka. bagaimana mungkin caca bisa begitu mudah dekat dengan Arul. padahal mereka baru beberapa kali bertemu. membuat dirinya merasa tersingkir dari perhatian Caca. Melihat kedekatan mereka membuat Risya tersenyum bahagia.caca seperti merasakan kehadiran seorang ayah dari Arul. karena selama ini Ryan seperti tidak menyukai Caca. padahal Ryan adalah ayah kandungnya. bathin Risya.
Nggak lama terdengar dengkuran halus dari Caca dan Arul. mereka sudah terlelap tidur. membuat Risya juga ikut mengantuk. Risya akhirnya berbaring di ranjang Caca dan ikut tertidur. Risyapun langsung terlelap, Dia sangat lelah karena tidak tidur dari kemarin...Risya begitu mengkhawatirkan Caca dan Arul.
Arul terbangun setelah Caca dan Risya tertidur pulas. ditatapnya wajah Ayu Risya yang sedang tidur. Arul mendekati Risya mengamati tidur Risya yang terlihat damai dan seperti bayi.
" Aku masih mencintaimu, Sya. aku nggkak mau melepaskan kamu lagi. aku tau kamu nggak bahagia dengan Ryan. kembalilah padaku. aku akan menerimamu dan Caca.aku kaan mencintai Caca seperti anak kandungku sendiri.. " gumam Arul sambil mengusap pipi halus Risya.
Arul memasangkan selimut ditubuh Risya dan kembali ke Ranjang Caca.
" kalo seperti ini aku benar2 seperti ayah Caca. kita bertiga seperti keluarga kecil yang bahagia. Ya Allah, aku tau ini salah namun ijinkanlah kami bersatu sebagai keluarga kecil kembali. hamba mohon ya Allah. " gumam Arul dalam doanya.
*******
Di dalam Kamar Rumah Sakit Bunda
" Tidaaaak." Lela berteriak histeris ketika mengetahui bahwa dia keguguran.naak dalam kandungan yang akan lahir 1 bulan lagi ternyata sudah tak bernyawa dan sudah dikuburkan di tempat pemakaman keluarganya Ryan. Saat itu bayi perempuan malang itu sudah tidak bernyawa sementara Lela masih belum sadar. hingga Ryan terpaksa menguburkannya tanpa meminta persetujuan Lela.
" Dimana bayiku....dimana bayiku...." Lela masih mencengkeram kedua tangan Ryna sambil menggoyang-goyangkan tangan Ryan meminta penjelasan.
" Lela...dengerin mas dulu. mas minta maaf karena nggak minta ijin kamu dulu. tapi kasihan bayi kamu kalo nggak segera dimakamkan. Jadi...mas makamkan dia di pemakaman keluarga mas, La. "
" Apaa??? Apa hak kamu membawanya kesana. Dia anakku, bukan anakmu. " Lela menatap Ryan penuh kebencian.
" Mas tau La, tapi mas nggak tau harus membawamu kemana. mas nggak tau rumah kamu dimana. mas nggak tau harus menghubungi siapa. mas bingung, jadi mas makamkan anak kamu disana."
" Kamu pembunuh.....kembalikan anak aku....kembalikan." Lela bertambah kalap bahkan mengamuk dan memukul Ryan. Ryan membiarkan saja Lela melampiaskan emosinya sampai Lela puas.
Baju mahal Ryan sudah tidak berbentuk, beberapa kancing bajunya terlepas paksa oleh amukan Lela. bahkan dada bidang Ryan yang putih ikut tergores kuku Lela yang panjang.
Perih di sekujur tubuh Ryan tidak seberapa dirasakannya, dibandingkan dengan sakit dihatinya melihat keadaan Lela yang depresi seperti itu. hingga airmata tak terasa lolos membasahi pipi Ryan. Hati Ryan serasa ikut hancur bersama kesedihan Lela.