Apa kabar Hati ????
kamu telah menjauh pergi
Rasanya aku ingin berlari mengejarmu
namun ku sadar itu tak pantas kulakukan
Hatimu bukanlah milikku lagi
hanya sebongkah rindu yang terpatri disini
aku lelah, namun bayangmu tak letih mengejar
Hatiku telah patah
dan kepingan itu tlah sirna
tidak mungkin kususun kembali serpihan ini menjadi utuh.
Maaf....mungkin aku tak menginginkannya
namun ini kehendakNya
Pergi darimu memberiku sakit yang tak terobati
luka yang menganga ini, Rindu yang menggelora ini tak lagi menyebut namamu.
Selamat tinggal cinta...
Maafkan aku yang tak bisa lagi bersama.
Risya menutup kembali laptopnya. merenungkan kembali kata demi kata yg tertulis dalam Novel yang di tulisnya.
Cinta, rindu tak lagi miliknya. Arul...entah dimana dia sekarang, apa yang sedang dilakukannya? Apakah dia juga merindu padanya ? seperti apa yang dirasakannya saat ini? Masih teringat jelas kejadian malam itu... malam yang membuat hatinya hncur berkeping-keping 4 tahun yang lalu.
" Sayang kamu nggak papa kan? " Arul membantu Risya berdiri. namun tubuh Risya kembali terhuyung. untung saja Arul langsung menangkap pinggang ramping Risya saat hampir jatuh.
" kamu pusing sayang?"
" iya mas..aku pusing banget. "
" sabar sayang kamu duduk dulu. aku carikan obat ya. " Arul lalu berlari ke dalam membuat orang tua Risya hanya terpaku menatapnya.
" Mah, kotak obat ada dimana ?" tanya Arul pada bu Sari, ibunda Risya yang terkejut dengn panggilan Arul yang akrab seperti anak sendiri. padahal bertemu aja baru sekali. namun bu Sari langsung menunjukan kepada Arul letak kotak obatnya dan memberikan pada Arul. Arul tidak memperdulikan tatapan aneh orang tua Risya saat ini. yang ada dipikirannya adalah pelipis Risya yang saat ini berdarah akibat terbentur meja oleh pak Harso.Dengan penuh kelembutan Arul membersihkan darah di pelipis Risya dan mengobati lukanya. Setelah itu Arul membaringkan tubuh Risya di Sofa agar tidak pusing.
" tidurlah sayang..."
" tapi mas...papah...dia..."
" tenanglah..biar mas yang bicara nanti. utamakan kesehatanmu sayang.aku disini menemanimu. jangan takut."
" iya mas. " Risya mencoba memejamkan mata sambil menggenggam tangan suaminya hingga dia terlelap tidur.
Arul mengusap lembut kepala Risya dan mencium keningnya. tentu saja membuat pak Suharso sangat marah dan geram " berani-beraninya dia mencium anakku di depanku seperti itu. kaya suami istri aja."batin pak Harso marah, namun dia tahan agar tidak mengganggu tidur anaknya. bagaimanapun kerasnya watak pak Harso tetap sja dia merasa bersalah telah membuat anaknya terluka. Arul mendekati pak Suharso yang masih geram dengan sikap Arul tadi. berbeda dengan bu Sari yang malah baper liat perhatian Arul sama anaknya.
" Hm....So Sweet..." gumam bu harso sambil melipat kedua tangannya bergaya bagai ABG alay. yg langsung dipukul kepalanya oleh pak Suharso agar sadar.
"aaw...sakit..." teriak bu Sari
" apa...apaan... sih mamah. malah alay begitu. yang berwibawa dikit ngapa mah. " bentak pak Suharso
Arul semakin mendekati mereka berdua. membuat pak Harao semakin geram. " punya nyali juga nih anak. awas aja kamu pegin ngerasain bogem mentahku kali ya. " gumam pak Harso yang sudah mengepalkan tanganya tanda emosi yang tertahan.
Sampai di depan kedua orang tua Risya, Arul langsung bersimpuh dan memegang kaki kedua orang tua Risya membuat bu Sari dan pak Harso bingung...
"e...e...e...lha...ngapain nih anak. " guman bu Sari dengan latahnya.
" Maafin saya Pah, Mah. tolong maafin saya, semua salah saya mah, pah. tolong kalo papah mau marah, marah ke saya, papah mau pukul, pukul saja saya. tapi tolong jangan sakiti Risya, Istri saya. lampiaskan semua kesalahan pada saya Pah,Mah. "Arul mulai menunduk dn sedikit terisak.
" Apaaa...istri." teriak pak Harso.
Arul hanya mengangguk lesu.
"Apa kamu bilang?? Istri ? Istri siapa yg kamu maksud?Risya?dia istri kamu?" teriak pak Harso sambil mencengkeram kerah baju Arul dan membuat Arul melihat mata pak Harso.
Arul hanya diam dan mengangguk dengan pertanyaan pak Harso.
" Lihat aku...lihat jangan menunduk seperti pengecut. katakan sekali lagi. Siapa Istrimu?"
" Risya istri saya pah. maafkan saya tidak mampu memegang janji saya menunggu Risya selama 5 th. saya dan Risya sudah menikah pah.
" breng**k, baji**an kamu. " teriak pak Harso sambil memukul Arul.
" bugh..."
" Apa yang kamu lakukan?kamu sudah menghancurkan hidup anakku."bugh.." teriak pak Harso sambil terus memukuli Arul hingga babak belur namun Arul masih diam tanpa mau membalas apapun.
Sementara bu Sari hanya menangis dipojokan ketakutan dengan kelakuan suaminya yag memukul Arul secara membabi buta namun Arul tidak membalas sedikitpun. hingga melihat darah bercucuran di wajah tampan Arul hingga membuat bu Sari tidak tega.
" Sudah...sudah...Pah. jangan pukul lagi. sudah hentikan. kita dengar dulu penjelasan mereka."
" semua sudah jelas mah. pria brengsek ini sudah mencoreng nama baik kita. keparat kamu. bugh...bugh....bugh... " Pak Harso masih memukul perut Arul. Suara keributan itu membuat Risya terbangun dari tidurnya. dan melihat suaminya dipukuli habis-habisan oleh papahnya.
" papah...hentikan !!" Risya berteriak mencoba menghentikan pak Harso. namun tidak diindahkan oleh pak Harso.
" Akhirnya Risya berlari mencoba melerai perkelahian itu dan memeluk suaminya. hingga pukulan pak Harso mengenai punggungnya.
" aach...." Risya berteriak kesakitan.
" sayang...kamu nggak papa?"
" aku nggak papa mas."
Arul melihat pak Harso dengan pandangan tajam.
"Pah...papah boleh pukul saya tapi tolong jangan pukul Risya. " teriak Arul pada mertuanya.
Pak Harso menghentikan pukulannya. nafasnya tersengal2 karena lelah dan emosi. sementara Arul mendekap erat tubuh istrinya.
" apa yang kamu lakukan sayang...kamu kan sedang sakit. "Arul mencium rambut Risya
" kamu lebih sakit mas. " Risya terisak ketika melihat wajah tampan suaminya lebam-lebam dan berlumuran darah. Risya menyentuh wajah suaminya.
" ini nggak sakit kok sayang. mas nggak papa." jawab Arul sambil menggenggam tangan Risya dan mengecupnya.
" jangan khawatir ya. " Arul membawa Risya duduk di sofa sambil terus memeluknya . memberikan rasa aman dan sayang yang begitu besar pada istrinya.
Bu Sari yang melihat itu tersenyum bahagia. Dia bahagia melihat cinta yang begitu besar yang diberikan Arul pada putri kesayangannya. cinta yg didambakan setiap wanita dari suaminya. Arul selalu melindungi istrinya dan bahkan Dia mengkhawatirkan istrinya daripada dirinya sendiri. Ada rasa haru dalam hatinya yang membuat bu Sari menitikkan airmata bahagia.
Walau dipukuli secara membabi buta Arul tetap menghargai mertuanya bahkan tidak membalas sedikitpun. Dan dia masih memberikan perhatian pada anaknya. "benar-benar anak yang baik." gumamnya lirih namun didengar oleh pak Harso
" kamu bilang apa mah? anak yang baik? pemuda yang menikahi anak kita diam-diam kamu bilang baik?"
" Pah jangan emosi dulu pah. lihat betapa sayangnya dia sama anak kita pak. liat dia begitu penuh perhatian dan melindungi anak kita. apa namanya kalo bukan baik? "
" jelas aja mereka kan pengntin baru jelas lagi sayang-sayangnya. sampe bermesraan nggak tau tempat. papah malu mah.mau ditaruh dimna muka papah. kalo orang pada tau anak gadis kita nikah sembarangan.dan siaa yang menjadi wali mereka?"