webnovel

Kamu Tahu Siapa yang Menyuruhku?

Éditeur: Wave Literature

Shen Chengjing menolehkan kepalanya. Ia pun melihat kedua tangan Li Shuiwu baru dipatahkan oleh Wu Hao. Hal itu membuatnya ketakutan sampai mundur setengah langkah.

"Kalian beraninya memukulku? Kalian tahu siapa yang menyuruhku?" Teriak Li Shuiwu dengan mata penuh kebencian dan dipaksa berlutut di lantai.

Mendengar ucapannya yang seperti itu, Shen Chengjing hanya bisa diam tertegun. Ia dan Li Shuiwu sudah lama menjadi teman seangkatan, ia tidak menyangka bahwa pria ini bisa melakukan hal seperti ini.

"Periksa, mereka semua tidak boleh diampuni begitu saja." Perintah Mo Yanchen dengan tegas. Ia pun mengangkat orang yang menusuk Shen Chengjing dan melemparnya ke samping jendela dengan kuat.

Tubuh orang yang dilempar itu langsung memecahkan kaca dan terjatuh dari lantai atas.

"Jangan membunuh orang, itu adalah kejahatan! Aku tidak mempermasalahkan serangannya!" Shen Chengjing menarik Mo Yanchen sembari menahan luka di lengannya.

Hawa membunuh Mo Yanchen memancar sangat kuat, seolah bisa menelan segala sesuatu dalam sekejap.

Pada saat ini, Mu Wen berjalan ke arahnya, "Serahkan kepadaku." Ucapnya singkat.

Mo Yanchen hanya memperhatikan Shen Chengjing sekilas. Melihat luka gadis ini begitu parah, ia pun memeluk Shen Chengjing dan segera membawanya keluar dari rumah ini. Mo Yanchen berlari dengan sangat cepat seakan dirinya takut kehilangan Shen Chengjing.

Shen Chengjing diam-diam menatapnya di dalam pelukannya. Tepat saat mereka menuruni tangga yang gelap, ia seperti bisa melihat wajah tampannya yang sangat tegang. Shen Chengjing pun berusaha meraih wajahnya dan mengusapnya dengan gemetaran. 

"Paman, jangan marah ya." Ucap Shen Chengjing dengan perasaan khawatir.

Bila dipikir kembali, Shen Chengjing baru bertemu dengannya beberapa kali. Bisa dibilang, lelaki ini tampak seperti orang asing yang umumnya memiliki sikap baik kepadanya.

Walau Shen Chengjing biasanya merasa enggan menerima kebaikan dari orang asing, namun kali ini ia sama malah merasa terharu dengan perhatian pria ini.

"Kita akan segera pulang." Ucap Mo Yanchen saat merasakan pergerakan Shen Chengjing yang penuh luka.

"Baik." Jawab Shen Chengjing yang masih berada dalam pelukannya. Tidak tahu disebabkan oleh dirinya yang terlalu kelelahan atau darahnya yang sudah terlalu banyak keluar, ia pun tertidur dengan sangat nyenyak sekarang.

******

Di dalam rumah besar Keluarga Mo, suasana langsung menjadi tegang. Mu Qiu dipanggil dari markas untuk menghentikan pendarahannya. Setelah melapisi lukanya, ia baru menghela napas dengan lega, "Kekasihmu ini benar-benar sangat beruntung, ya! Dia benar-benar paham cara membuatmu begitu marah."

Mu Qiu sudah begitu lama bekerja bersama Mo Yanchen. Ia pun paham bahwa teman sekaligus komandannya ini sangat jarang memperlihatkan suasana hatinya. Mo Yanchen yang dikenalnya sejak dulu memang selalu bersikap dingin seperti kayu yang tidak berekspresi.

Disamping itu, Li Shuiwu sudah dipukul dan disiksa sedemikian rupa. Ia pun baru mengakui semua perbuatannya dan memberikan beberapa informasi terkait hal itu. Ya, ada orang yang sengaja memanggilnya dan bersedia memberikan sejumlah uang bila menuruti perintahnya.

Meski berhasil mendapatkan informasi darinya, mereka tetap tidak mengetahui pelaku yang sesungguhnya. Wu Hao pun memanfaatkan berbagai bukti yang didapat dari para penjahat itu termasuk ponsel milik Li Shuiwu. 

Wu Hao dengan terampil mencari informasi pelaku utama tersebut melalui nomor telepon yang menghubungi Li Shuiwu. Ia pun langsung mengetahui pelaku yang memerintah Li Shuiwu melakukan penculikan ini.

"Kak Chen, yang melakukannya adalah Nyonya Mo dari perusahan Keluarga Mo." Lapor Wu Hao setelah kembali ke rumah besar Keluarga Mo. 

"Keluarga Mo?" Sepasang mata Mo Yanchen menyipit, bagus sekali! Pikirnya. Ia memang sudah berencana untuk memusnahkan Keluarga Mo. Namun ia tidak menyangka, keluarga itu berani mencari masalah dengannya dengan melukai istrinya.

"Percepat rencana kita, aku ingin melihat Keluarga Mo bangkrut dalam tiga hari." Mo Yanchen memegang sandaran kursi yang indah itu dengan tenaga yang sangat menakutkan.

"Baik." Wu Han menganggukkan kepala dan melakukan perintahnya.

Mu Wen juga kembali dengan raut wajah datar. Kemudian ia baru berkata, "Ketua, Anda tidak pernah mencampuri masalah seperti ini, kali ini takutnya akan membuat Kakek Mo sangat tidak senang." 

Kekhawatiran Mu Wen tentu sangat jelas, ia khawatir bila Mo Yanchen yang biasanya sangat adil malah mencampuri urusan bisnis. Kepribadian Mo Yanchen tentu tidak cocok dengan hal ini. 

Andai Mo Yanchen tetap menjalankan rencananya dalam tiga hari kedepan, hal itu akan menyebabkan keruntuhan keluarga besarnya sendiri. Tidak hanya itu, hal itu juga akan membuat panik banyak pebisnis yang berinvestasi di Kota A.

"Tapi mereka yang sudah membuatku sangat tidak senang."

Wu Hao hanya menggaruk hidungnya dan menatap Mu Wen. Ia pun jadi merasa kasihan karena ucapan rekannya itu hanya dijawab dengan dingin. 

Dasar, kenapa banyak bicara! Masih tidak sadarkah kalau ada orang yang membuat Mo Yanchen tidak senang, maka mereka semua sama saja mencari kehancurannya sendiri! Pikir Wu Hao.

"Baik." Mu Wen akhirnya menerima perintah tersebut. Ia pun kembali ingat bahwa siapapun yang berani membuat ketuanya tidak senang, maka sama saja mencari kematian mereka sendiri.

Sejak selesai diobati, Shen Chengjing masih tertidur di tempat tidurnya. Ia tidak mengetahui apapun yang telah terjadi selama dirinya tertidur. Nyatanya, Kota A yang biasa terlihat tenang dan damai, kini sedang menghadapi masa-masa kacaunya.

"Kehilangan darah terlalu banyak, tetapi kalau dirawat dengan baik tentu tidak akan menjadi masalah." Ucap Mu Qiu. Ia pun berjalan ke depan dan berbisik, "Gadis ini memiliki rahim yang lemah. Kalau mau memiliki anak, perlu dirawat dari sekarang."

"Cukup, kamu sudah boleh pergi dari sini." Jawab Mo Yanchen dengan dingin.

Meski ucapannya sangat tegas, namun Mu Qiu menyadari ekspresi Mo Yanchen yang tampak sedih, "Ketua, wajahmu sungguh memperlihatkan bahwa kamu memiliki hasrat yang belum terpuaskan. Hal itu membuatmu tidak terlihat setampan biasanya." 

"Pergi!" 

Mendengar ucapan tegas Mo Yanchen barusan, Mu Qiu pun langsung kabur dari rumah besar Keluarga Mo.