webnovel

Pernikahan Dingin

Beberapa jam setelah bertunangan: ___ Sepasang mata kecoklatan dan tajam itu tidak melepaskan Keyla dari pandangannya. Dan untuk pertama kalinya mata Stevan Antonius dan Keyla Laksama saling bertemu meski hanya untuk beberapa detik. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan seorang pria?" tanya Stevan menyelidik. Ia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Keyla yang masih terpaku. Ketika tubuh kekar Stevan mulai mendekat, tanpa sadar Keyla pun berjalan mundur. Semakin dia mendekat, Keyla terus mencoba untuk melangkah ke belakang. Dan akhirnya dibelakangnya tak ada lagi ruang untuk menjauh. Tembok itu membentang di sana. Stevan tak berbicara apa-apa lagi selain sorot mata tajam yang mengintimidasi. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan pria?" tanyanya untuk kedua kali lalu kedua tangannya bertumpu pada tembok untuk mengapit Keyla. "Apa kau terbiasa bertelanjang di depan pria?" tanya Stevan untuk ketiga kalinya. Dan nadanya terlihat sangat serius. Jantung Keyla tidak berhenti berdegup sekaligus takut. Sorot matanya berbeda dari sebelumnya dan tangan kirinya mencengkram pundak Keyla hingga ia meringis kesakitan. "Apapun yang terjadi, jangan pernah melepaskan pakaianmu di depan laki-laki yang bukan suamimu," lanjutnya lagi dengan nada yang tiba-tiba menjadi lebih lembut. *** Di usianya yang ke 25 tahun, Keyla dijodohkan dengan pria asing yang tidak ia kenal bernama Stevan Antonius. Pria yang dingin, tak banyak bicara dan selalu berhasil membuat hati Keyla berdebar keras. Akankah pernikahan mereka menjadi pernikahan hangat dan bahagia? Atau justru sebaliknya?

Maitra Tara · Urbain
Pas assez d’évaluations
52 Chs

Past

"Apa kau sudah lama menjadi seorang penulis, Steve?" tanya James dengan santai.

"Ya. Saat aku masih remaja menurutku seorang penulis itu keren dan banyak digilai para gadis."

"Hahaha ... jadi, itukah alasanmu menjadi seorang penulis? Ternyata kau sama saja seperti remaja lain.

"Tentu saja, James. Apalagi? Hahaha. Digilai para gadis adalah kebanggan tersendiri yang bisa dijadikan catatan sejarah. Hahaha."

Kedua pria itu tengah asik mengobrol sambil mengawasi Awan yang sedang mandi bola. Meskipun sejak tadi banyak mata yang mengawasi dan menggunjing ganteng-ganteng kok gay, sepertinya mereka tak peduli. Tidak penting mendengarkan omongan orang lain yang tak mengenal kita. Kalau didengarkan, hanya akan timbul sakit hati. Lagipula mereka laki-laki yang diciptakan Tuhan dengan akalnya, jadi tak mudah baper alis terbawa perasaan seperti kaum perempuan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com