webnovel

PerihalCinta; Aku, Dia Dan Tuhan

Ringkasan: Fiksimini, Lika-Liku kisah cinta yang beraneka ragam CREDIT: PEMBUAT: Penulis Utama: Agung Permana TEMA: #unkownwirtter DUKUNGAN: Penulis Tambahan: Allaboutme, PENAMBAHAN KALIMAT: Nandailham

Nandailham · Théâtre
Pas assez d’évaluations
22 Chs

Bungkusan Busuk Yang Tidak Dibuka

"Lagi pula, siapa peduli?

Keluargamu pun belum tentu"

Begitulah bunyi catatan akhir paragraf pada kertas yang warnanya sudah kuning,

Ada satu pesan berupa tulisan dari seseorang yang sudah terbang ke alam lain, kertas itu diawali dengan:

Hargailah selagi masih ada.

Kita tak pernah tau sedalam apa letihnya ia, serunyam apa fikiramnya, sehancur apa batinnya. Namun, ia tetap mencoba memyempatkan waktunya walau saat gelap menjelma, walau cuma sebentar.

Bertatap muka atau tidak, salinglah mengingat satu sama lain, atau ingatkan keningmu pada beberapa memori yang tercirikhas hanya padanya seorang.

Berkomunikasilah sedapat mungkin;

Walau sekedar celoteh burung gereja, atau bahkan sekumpulan nasi aking yang baunya sudah busuk.

Tulisanku untukku seorang, agar aku selalu dan akan selamamya mengingat betapa pentingnya waktu. Kalau-kalau sudah atau susah bertemu, masih ada komunikasi yang sama seperti biasanya, masih bisa membicarakan hal yang sebenarnya konyol, dan itu-itu saja.

Yang jika sepiring nasi goreng di makan, si pemasak lupa menaruh bumbu. Di sanalah letaknya, kalau-kalau rasanya memang sudah hambar, ingatlah bagaimana si pemasak membuatnya sepenuh hati.

Apakah karena ada bumbu yang tak masuk seperti biasanya pada nasi goreng tersebut, menjadikan sebungkus nasi itu kau buang ke tempat sampah?

Atau kau diamkan saja bungkus tersebut tertutup entah sampai kapan.

Jika seringkali si pemasak melakukan hal tersebut, ada dua pilihan baik untuk pribadimu sendiri;

-Pertama: cari tempat nasi goreng yang sesuai dengan semua keinginan lidahmu

-Kedua: Pastikan pada si pemasak pertama secara nyata. Mengapa, dan bagaimana bisa bumbunya jadi tidak sama atau tak ada.

Pada kertas ini aku simpan, untuk mengingatkan diriku sendiri. Bukan untuk menyindir, menuding atau memfonis orang lain di dekatku. Karena beberapakali komunikasi sudah ku amati, tentang beberapa orang yang terdiam, dan mengingat, dan memutar kembali hal yang terlewat, dengan memperkecil komunimasi, hingga satu nafas selamamya pergi. Maka kertas ini ku abadikan dan ku camkan dalam hati sebagai pengingat diriku sendiri betapa pentingnya hal tersebut. Kalau bukan aku sendiri yang pertama menyadari.

"Lagi pula siapa yang peduli?

Bahkan keluargamu pun belum tentu"

"Lagi pula siapa yang peduli?

Bahkan keluargamu pun belum tentu"

Nandailhamcreators' thoughts