Tiap aku berjalan dengan sandal yang usianya bertahan satu tahun, aku melewati pria paruh baya.
Karena kebiasaan, badanku membungkuk melewati pria itu. Lalu ia tersenyum, lantas aku senyum pula dan melanjutkan perjalanan.
Sepulangnya dari sebuah instansi, aku lewat jalan tadi tempat pria itu duduk bersantai.
Dan benar saja! Dia masih di sana meluruskan kaki-kakinya. Karena kebiasaan, aku membungkukkan badan di depannya. Lalu, ia tersenyum lagi.
Tapi malam ini aku dinerhentikkan. Ada cerita yang seru sekali di dalamnya. Jadi, aku berhenti, dan ia memintaku duduk di sebelahnya. Kami tak berkenalan, karena di saku masih ada beberapa rupiah, aku menyebrang ke warung hendak beli air putih dan segelas kopi.
Setelahnya, ia mulai bicara seperti orang wajar pada umumnya.
Menanyakan dari mana dan hendak ke mana kepergianku, setelah ku jawab, kopiku datang. Hendak basa-basi menawari, ia langsung menolak dan memperlihatkan gelas bekasnya. Terhitung sembilan gelas dengan ampas kopi yang sama hitamnya dengan yang ku minum.
-bersambung ya...