webnovel

Penjara Cinta Sang Presdir

[TAMAT] 21+ Harap bijak dalam membaca Vol 1* Haruna Azhar, gadis berusia tiga puluh tahun yang telah dikurung oleh seorang Presdir muda yang arogant. Saat pertama kali Haruna bertemu dengan sang Presdir, Haruna telah menyinggung perasaannya. Rupanya itu adalah awal penderitaan yang akan Haruna hadapi. Demi melindungi keluarganya, Haruna rela menjadi jaminan dan tinggal di rumah sang Presdir. Perlahan-lahan, sang Presdir mulai tertarik dan jatuh cinta. Apa Haruna bisa jatuh cinta pada Presdir? Di saat hatinya terus menerus terluka dan disakiti sang Presdir. Mungkinkah cinta dapat tumbuh di hatinya? Vol 2* vol2* Syahera telah membuka hatinya untuk Rendi. Namun, gadis itu tetap menolak ketika diajak menikah. Apa alasannya bisa diterima oleh Rendi? Di saat hubungannya dengan Rendi bermasalah, cinta pertamanya kembali hadir. Kenandra yang kehilangan ingatan, kembali dengan kenangan yang telah pulih. Ia kembali mengejar cinta Syahera. Siapa yang akan dipilih oleh Syasya untuk menjadi pendamping hidup? Simak ceritanya lengkapnya, masih di sini. Follow Instagram penulis @seka.r214 Facebook Sekar Laveina

Sekar_Laveina_6611 · Urbain
Pas assez d’évaluations
392 Chs

Pergi ke hotel

Haruna melangkah dengan cepat menuju rumah Mila. Perjalanan menuju rumah Mila yang jaraknya lumayan jauh itu, tidak Haruna pedulikan. Haruna berdiri sejenak dan berhenti berjalan. Kakinya sudah terasa pegal tetapi ia tidak ingin menyerah. Haruna kembali melangkah tetapi suara dering ponselnya menghentikan langkah Haruna.

"Halo," sapa Haruna. Haruna tidak mengenal nomor si pemanggil, tetapi ia tetap menerima panggilan itu.

[Kau sedang mencari anakmu bukan?]

"Siapa kau? Dimana Kiara? Kau pasti tahu dimana anakku," ucap Haruna dengan cemas.

[Kau tidak mengenal suaraku? Apa gigitanku tadi siang tidak cukup membuatmu mengenalku?]

"Pria brengsek ini, kenapa dia tahu nomor ponselku? Dan kenapa dia tahu kalau Kiara hilang?" Haruna terdiam dan bertanya-tanya dalam hati. 

[Kenapa diam? Kau tidak ingin tahu dimana anakmu?]

"Kenapa kau bisa tahu nomorku? Apa yang kau lakukan pada Kiara?" tanya Haruna dengan tangan terkepal menahan amarah.

[Datanglah ke hotel 'Grand' kamar 101. Aku akan memberitahu, jika kau menuruti keinginanku]

Tut! Tut! Tut!

Panggilan terputus. Haruna segera memesan taksi dan pergi menuju tempat yang Tristan sebutkan. Entah apa maunya Tristan, sampai dia mengajak Haruna bertemu di hotel. Dengan perasaan cemas, Haruna menyetujui ucapan Tristan untuk menemuinya di hotel. Tak lama kemudian Haruna tiba di depan hotel. Haruna turun dari taksi setelah membayarnya dengan aplikasi G*pay. Haruna menarik napas dalam sebelum masuk ke hotel dan melapor pada resepsionis.

"Permisi, saya ada janji dengan seseorang di kamar 101." Haruna berbicara dengan resepsionis.

"Oh, Tuan Tristan sudah menunggu Anda, Nona. Nona naik ke lantai dua, kamarnya ada di lantai dua." 

"Terima kasih." Haruna pergi ke lantai dua. Nama Tristan terus terngiang di telinga Haruna. Ia merasa pernah mendengar nama itu, tetapi ia tidak ingat dimana. Haruna mencari nomor kamar Tristan. Ia menemukannya dan sudah berdiri di depan pintu. Haruna mempersiapkan mentalnya sebelum mengetuk pintu. Belum juga tangan Haruna sampai di daun pintu, pintu itu sudah terbuka.

Levi, asisten Tristan yang membukakan pintu. Levi mengajak Haruna masuk ke dalam untuk menemui Tristan. Haruna melangkah di belakang Levi. Haruna sedikit bernapas lega karena ia tidak hanya berdua dengan Tristan. Namun rasa lega di hatinya hanya sekejap. Haruna seketika berpaling saat tiba di depan ranjang. Bagaimana tidak, di atas ranjang itu terlihat pemandangan yang membuat jantung Haruna seakan berhenti berdetak. Napas Haruna seakan berhenti berembus.

Tristan hanya mengenakan celana panjang dan dadanya polos tanpa baju. Namun yang membuat Haruna berpaling bukanlah keadaan setengah polos Tristan. Di atas ranjang itu juga ada seorang wanita yang hanya memakai lingerie. Mereka sedang berpagut penuh birahi. 

"Hei, siapa yang menyuruhmu berpaling? Apa kau tidak ingin tahu dimana anakmu?" tanya Tristan mengintimidasi. "Aku bilang, aku akan memberitahumu dimana anakmu, asalkan kau menuruti keinginanku. Aku ingin, kau menonton kami bercinta." Tristan tersenyum menyeringai dengan tatapan seakan menguliti tubuh Haruna.

Haruna masih belum berpaling dan tetap membelakangi Tristan. Kedua tangannya mengepal. Marah, benci dan rasa jijik menjalari hati Haruna. Bagaimana bisa ada orang yang seperti Tristan. Menyuruh orang lain untuk menonton dirinya bercinta. "Gila." Haruna memaki dalam hati.

"Levi, biarkan anak macan milikku bermain dengan gadis kecil itu. Telepon, dan beritahukan pada mereka untuk melepaskan macan di kandang. Biarkan gadis kecil bernama Kiara itu bermain dengan Coco." Tristan melancarkan ancaman yang sukses membuat Haruna segera berbalik menatap Tristan.

"Dasar brengsek! Apa sebenarnya maumu? Kenapa kau terus menggangguku?" tanya Haruna. Meskipun ia malu menatap dua insan berlainan jenis itu saling mengecup dan meraba tubuh, tetapi Haruna tidak mempunyai pilihan lain. Pemandangan menjijikkan di hadapannya sungguh membuat Haruna merasa mual. Haruna melihat Tristan yang sedang bercumbu, saling bertukar saliva, mencecap dengan suara yang lenguhan dan erangan penuh penuh napsu.

"Kau sudah mempunyai anak, bukankah hal seperti ini tidak asing bagimu. Dan … mengenai pertanyaanmu tadi, kenapa aku terus mengganggumu. Jawabannya, karena aku ingin membalas ucapanmu dengan lebih menyakitkan. Aku akan membuatmu menderita seumur hidup, hingga kau berpikir mati lebih baik bagimu." Tristan mendorong wanita penghibur itu dan bangun dari ranjang. Ia melangkah pelan menghampiri Haruna.

Levi mengambilkan baju wanita malam yang berserakan dan memberikannya. Wanita itu memakai bajunya dan menerima amplop dari Levi. Levi keluar bersama wanita malam, dan ia membiarkan Haruna dan Tristan berdua di dalam kamar hotel. 

"Apakah kau tidak berpikir jika sikap balas dendammu ini berlebihan. Hanya satu kali ucapan dariku dan kau ingin membalasnya seumur hidup." Haruna menatap tajam ke arah Tristan. 

"Lihat ini!" Tristan menunjukkan video Kiara yang sedang duduk di sofa. "Kalau kau masih mau melihatnya, lakukan apa yang aku suruh." Tristan kembali ke ranjang dan duduk di tepi ranjang. "Cumbu aku, seperti yang wanita itu lakukan padaku tadi."

"Apa?! Aku tidak mau. Aku bukan wanita murahan seperti dia."

"Terserah. Aku hanya tinggal menyuruh anak buahku yang menjaga Kiara untuk melepaskan anak macan itu. Pilihannya ada padamu. Aku beri waktu lima menit untuk mempertimbangkan jawabanmu," ucap Tristan. Ia menatap jam tangannya dan menunggu Haruna menjawab permintaannya. 

Haruna kebingungan untuk menjawab. Jika dirinya tidak mau menuruti Tristan, maka nyawa Kiara taruhannya. Namun, jika Haruna menuruti keinginan Tristan, harga dirinya akan jatuh. Haruna tak ubahnya seperti wanita malam yang tadi dibayar oleh Tristan. Waktu terus bergulir, lima menit yang Tristan berikan pada Haruna akan segera habis.

"Lima, empat, tiga, dua, sa …." Tristan menghitung mundur waktu lima detik yang tersisa.

"Tunggu! Aku akan melakukan apa yang kau suruh. Jangan sakiti Kiara," ucap Haruna dengan cepat. Haruna harus merelakan harga dirinya demi menyelamatkan Kiara. Bagaimanapun juga, Kiara tidak bersalah. Semua ini terjadi karena ucapan Haruna. Jika saja waktu bisa Haruna putar kembali, maka ia tidak akan mengatakan hal itu. 

"Aku akan kembalikan Kiara dengan selamat dan tidak terluka sedikitpun. Sekarang, kemari, dan lakukan apa yang menjadi pilihanmu."

Haruna melangkah perlahan dengan satu tangan menggenggam erat ponselnya dan satu tangan lainnya mencengkram kuat rok yang ia pakai. Haruna terus melangkah sampai ia berada tepat di depan Tristan.

Tristan menatap wajah tegang Haruna dengan senyum penuh kemenangan. Tristan menepuk pahanya dan mengisyaratkan Haruna agar duduk di pangkuannya. Haruna masih berdiri kaku di hadapan Tristan. Berbagai perasaan merasuk di dalam pikiran Haruna. Rasa marah, benci, malu dan merasa terhina. Bagaimana caranya Haruna menghindar dari Tristan. Ia tidak mempunyai jalan yang lain selain menuruti keinginan Tristan.